Identifikasi Waste dalam Lean Construction: Studi Kasus Proyek Tower X di Jakarta

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

08 Mei 2025, 08.02

freepik.com

Indonesia tengah giat membangun. Namun di balik geliatnya, proyek konstruksi kerap menghadapi masalah pembengkakan biaya dan keterlambatan waktu, yang sebagian besar disebabkan oleh waste aktivitas yang menghabiskan biaya tanpa memberikan nilai tambah. Di sinilah Lean Construction mengambil peran penting. Dengan prinsip meminimalkan waste dan memaksimalkan value, Lean Construction berusaha menciptakan proyek yang lebih efisien, lebih cepat, dan lebih hemat biaya.

Namun, mengimplementasikan Lean Construction tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bahkan di proyek yang sudah mengadopsinya, seperti Proyek Pembangunan Tower X, masih ditemukan berbagai bentuk waste yang menghambat produktivitas.

Studi Kasus: Penerapan Lean Construction di Proyek Tower X

Penelitian yang dilakukan berfokus pada mengidentifikasi jenis waste paling dominan yang terjadi dalam proyek pembangunan Tower X. Untuk itu, tim peneliti menggunakan dua metode utama:

  • Metode Borda untuk menentukan peringkat waste berdasarkan persepsi responden,
  • Root Cause Analysis (5-Why's) untuk mencari akar masalah dari waste yang terjadi.

Variabel Waste yang Diteliti

Penelitian ini mengkategorikan waste menjadi tujuh jenis utama:

  1. Defect (kecacatan)
  2. Waiting (waktu menunggu)
  3. Unnecessary Inventory (persediaan tidak perlu)
  4. Unnecessary Motion (gerakan tidak produktif)
  5. Over Production (produksi berlebih)
  6. Inappropriate Processing (proses tidak sesuai)
  7. Transportation (transportasi tidak efektif)

Hasil Penelitian: Tiga Waste Paling Dominan

1. Defect (Kecacatan)

  • Skor Borda: 166 poin (27% dari total waste)
  • Penyebab Utama: Ketidaksesuaian proses pengerjaan.
  • Akar Masalah: Pekerjaan tidak dilakukan sesuai urutan yang tepat, menyebabkan kerusakan pada hasil kerja yang sudah selesai.

2. Inappropriate Processing (Proses Tidak Sesuai)

  • Skor Borda: 157 poin (23%)
  • Penyebab Utama: Kebutuhan repair akibat pekerjaan sebelumnya yang tidak memenuhi spesifikasi.
  • Akar Masalah: Subkontraktor yang bekerja tidak disiplin terhadap jadwal, menyebabkan pekerjaan tumpang tindih dan tidak sesuai urutan.

3. Waiting (Waktu Menunggu)

  • Skor Borda: 115 poin (18%)
  • Penyebab Utama: Perubahan desain di tengah pelaksanaan proyek.
  • Akar Masalah: Tidak adanya ketegasan dalam menetapkan batas waktu approval shop drawing dari owner.

Waste Lainnya

Waste lain seperti Unnecessary Inventory, Unnecessary Motion, Over Production, dan Transportation juga ditemukan, namun dengan skor yang lebih rendah.

Analisis Mendalam: Mengapa Waste Tetap Terjadi?

Faktor Internal Proyek:

  • Manajemen proyek yang belum ketat, terutama dalam memastikan urutan pengerjaan dan koordinasi antar-subkontraktor.
  • Kurangnya disiplin waktu dari subkontraktor, yang berdampak pada kualitas hasil kerja.
  • Minimnya prosedur standar approval, menyebabkan desain bisa berubah kapan saja dan mengacaukan jadwal kerja.

Faktor Eksternal:

  • Cuaca tidak menentu yang mempengaruhi ketepatan jadwal (walaupun ini bukan penyebab dominan).
  • Fluktuasi harga material yang mendorong manajemen stok berlebih, meskipun ini bukan kategori waste dominan di proyek ini.

Studi Kasus Angka: Memahami Skala Permasalahannya

Beberapa angka penting dari studi ini:

  • Defect menyumbang 27% dari total waste, dengan ketidaksesuaian pengerjaan sebagai faktor utama (63 poin).
  • Inappropriate Processing menyumbang 23%, dengan faktor repair yang menyumbang 71 poin.
  • Waiting menyumbang 18%, dengan perubahan desain mencatat 79 poin.

Dengan waste sebesar ini, proyek bisa mengalami:

  • Keterlambatan jadwal hingga beberapa minggu,
  • Pembengkakan biaya hingga 5–15% dari total anggaran awal (berdasarkan benchmark industri Lean Construction global).

Rekomendasi Strategis untuk Mengurangi Waste

1. Menetapkan Urutan Pekerjaan yang Tepat SOP (Standard Operating Procedure) tentang urutan kerja harus diterapkan dan diawasi secara ketat di lapangan.

2. Peningkatan Disiplin Subkontraktor Sistem reward dan punishment yang adil perlu diterapkan untuk mengontrol kinerja subkontraktor.

3. Perbaikan Proses Approval Desain Penerapan batas waktu approval shop drawing secara resmi dan ketat, sehingga perubahan desain bisa diminimalkan saat proyek sudah berjalan.

4. Training Lean Construction untuk Tim Lapangan Semua supervisor dan mandor harus dibekali pelatihan tentang prinsip Lean Construction, bukan hanya manajer proyek.

5. Visual Management dan Daily Meetings Menggunakan papan visual proyek dan rapat harian singkat dapat meningkatkan transparansi dan mempercepat penyelesaian masalah di lapangan.

Hubungan dengan Tren Industri: Digitalisasi Konstruksi

Menariknya, di tengah perkembangan teknologi seperti BIM 5D dan Construction Management Software, penerapan Lean Construction tetap menjadi dasar penting. Digitalisasi memang membantu monitoring proyek, namun tanpa prinsip lean yang kuat, penggunaan teknologi hanya akan mempercepat kekacauan.

Sebagai contoh:

  • BIM mempermudah visualisasi desain, tapi tanpa disiplin urutan kerja, waste seperti defect tetap akan terjadi.
  • Aplikasi scheduling otomatis bisa mempercepat jadwal, tapi jika approval desain molor, waktu menunggu tetap tidak terhindarkan.

Artinya, Lean Construction adalah fondasi, sedangkan digitalisasi adalah akselerator.

Kesimpulan: Lean Construction, Masihkah Relevan?

Penelitian ini membuktikan bahwa:

  • Meski Lean Construction sudah diterapkan di Proyek Tower X, waste tetap terjadi jika disiplin implementasi tidak dijaga.
  • Waste terbesar berasal dari defect, inappropriate processing, dan waiting — semuanya berakar pada masalah manajemen lapangan dan komunikasi yang lemah.
  • Mengurangi waste bukan hanya soal mengubah metode kerja, tetapi juga soal perubahan budaya kerja menuju lebih disiplin, transparan, dan terstruktur.

Lean Construction tetap relevan, bahkan menjadi semakin penting di era modernisasi konstruksi berbasis teknologi.

Jika Indonesia ingin meningkatkan produktivitas sektor konstruksi dan bersaing di era smart cities dan mega infrastructure project, penerapan Lean Construction secara konsisten adalah keharusan, bukan lagi pilihan.

Sumber Artikel Asli: Setiono, Muji Rifai, Lintang Anggana Wibawa. (2023). Identifikasi Waste dalam Penerapan Lean Construction (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Tower X, Jakarta Pusat). Jurnal Matriks Teknik Sipil, Vol 11, No 3.