Hazardous Materials Transportation: A Literature Review and an Annotated Bibliography

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

21 Februari 2025, 13.46

skmtraining.co.id

Transportasi bahan berbahaya (Hazardous Materials atau HAZMAT) merupakan salah satu tantangan utama dalam industri logistik modern. Paper ini menggunakan metode tinjauan pustaka (literature review) yang mencakup penelitian dari berbagai bidang seperti sains komputer, riset operasi, serta penilaian risiko kuantitatif. Artikel ini mengklasifikasikan model-model dalam literatur berdasarkan pendekatan yang digunakan, mulai dari persamaan risiko sederhana hingga model matematis yang lebih kompleks.

Paper ini menyoroti bahwa risiko dalam transportasi bahan berbahaya tidak hanya bergantung pada kemungkinan kecelakaan, tetapi juga pada dampaknya terhadap lingkungan dan populasi. Berdasarkan analisis dari berbagai penelitian, probabilitas kecelakaan yang melibatkan bahan berbahaya berkisar 3,0 × 10⁻⁶ kecelakaan per kilometer kendaraan. Meskipun probabilitasnya rendah, konsekuensinya bisa sangat besar, terutama dalam kasus kebocoran bahan kimia atau ledakan.

Berdasarkan standar Departemen Transportasi AS, bahan berbahaya diklasifikasikan dalam sembilan kategori utama:

  • Kelas 1 – Bahan peledak (dynamite, petasan)
  • Kelas 2 – Gas (propana, klorin, oksigen)
  • Kelas 3 – Cairan mudah terbakar (bensin, minyak, diesel)
  • Kelas 4 – Padatan mudah terbakar (plastik, aspal)
  • Kelas 5 – Zat pengoksidasi (peroksida)
  • Kelas 6 – Zat beracun dan infeksius (pestisida, herbisida)
  • Kelas 7 – Material radioaktif
  • Kelas 8 – Korosif (asam sulfat, natrium hidroksida)
  • Kelas 9 – Bahan berbahaya lainnya (PCB, limbah industri)

Salah satu tantangan utama dalam transportasi HAZMAT adalah penolakan masyarakat yang tinggal di sepanjang rute pengiriman. Studi menunjukkan bahwa penolakan ini sering kali berkaitan dengan:

  • Ketidakseimbangan antara risiko dan manfaat – Masyarakat yang tinggal di sepanjang rute transportasi sering kali tidak mendapatkan manfaat langsung dari pengiriman bahan berbahaya tetapi harus menghadapi risiko kecelakaan.
  • Kekhawatiran terhadap serangan teroris – Kendaraan HAZMAT dianggap sebagai target potensial bagi serangan sabotase atau aksi teroris.
  • Dampak lingkungan – Kebocoran bahan kimia dapat mencemari sumber air dan tanah, dengan efek jangka panjang bagi kesehatan masyarakat.

Paper ini mengidentifikasi beberapa metode utama yang digunakan dalam penilaian risiko transportasi bahan berbahaya:

  • Penilaian risiko kuantitatif (QRA) – Menggunakan pendekatan statistik untuk menghitung kemungkinan dan dampak kecelakaan.
  • Analisis skenario terburuk – Mengevaluasi dampak dari kemungkinan kebocoran atau ledakan di sepanjang rute transportasi.
  • Metode indeks risiko – Menggunakan kombinasi faktor seperti kepadatan populasi, jenis bahan berbahaya, dan kondisi lalu lintas untuk menentukan tingkat risiko di suatu wilayah.

Pemilihan rute transportasi merupakan elemen krusial dalam manajemen risiko HAZMAT. Beberapa strategi yang dikembangkan meliputi:

  • Menjauhi daerah berpenduduk padat – Rute yang melewati area perkotaan memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan jalur alternatif yang melewati daerah pedesaan atau jalan tol khusus.
  • Penggunaan algoritma optimasi – Model berbasis teori graf dan analisis jaringan digunakan untuk menemukan jalur dengan risiko terendah berdasarkan faktor lingkungan dan lalu lintas.
  • Pengaturan waktu perjalanan – Menghindari pengiriman pada jam sibuk untuk mengurangi kemungkinan kecelakaan.

Sejumlah teknologi telah dikembangkan untuk meningkatkan keamanan transportasi bahan berbahaya, termasuk:

  • Pelacakan GPS dan sensor kebocoran – Memungkinkan operator untuk memantau kondisi muatan secara real-time dan merespons insiden dengan cepat.
  • Sistem deteksi tabrakan dan peringatan dini – Menggunakan teknologi radar dan kamera untuk mencegah kecelakaan.
  • Pemantauan berbasis AI – Menganalisis pola lalu lintas dan cuaca untuk mengantisipasi potensi risiko selama perjalanan.

Paper ini juga membahas berbagai regulasi yang mengatur transportasi HAZMAT di tingkat internasional, termasuk:

  • Clean Air Act (CAA) Section 112(r) – Regulasi AS yang mengatur penyimpanan dan transportasi zat berbahaya.
  • Emergency Planning and Community Right to Know Act (EPCRA) – Mengharuskan perusahaan untuk melaporkan inventaris bahan kimia yang disimpan dan diangkut.
  • United Nations Recommendations on the Transport of Dangerous Goods – Standar global untuk pengemasan, pelabelan, dan penanganan bahan berbahaya.

Berdasarkan temuan dalam paper ini, beberapa rekomendasi utama untuk meningkatkan keselamatan transportasi HAZMAT adalah:

  1. Peningkatan transparansi dan keterlibatan publik – Masyarakat yang tinggal di sepanjang rute pengiriman harus diberikan informasi yang jelas tentang risiko dan langkah-langkah mitigasi yang diambil.
  2. Peningkatan pelatihan bagi pengemudi dan operator – Pengemudi yang menangani HAZMAT harus memiliki sertifikasi khusus dan dilatih dalam prosedur darurat.
  3. Penguatan regulasi dan inspeksi – Pemerintah harus meningkatkan frekuensi inspeksi terhadap kendaraan dan fasilitas penyimpanan bahan berbahaya.
  4. Investasi dalam infrastruktur transportasi khusus – Jalur khusus untuk pengangkutan HAZMAT dapat mengurangi risiko bagi masyarakat umum.

Kompleksitas dan tantangan dalam transportasi bahan berbahaya, serta berbagai strategi yang dapat digunakan untuk mengurangi risiko. Dengan menerapkan teknologi terbaru, meningkatkan regulasi, dan memperkuat keterlibatan publik, industri transportasi HAZMAT dapat lebih aman dan efisien dalam operasionalnya.

Sumber Artikel: Giampaolo Centrone, Raffaele Pesenti, Walter Ukovich, "Hazardous Materials Transportation: A Literature Review and an Annotated Bibliography", Università degli Studi di Trieste, Dipartimento di Elettrotecnica, Elettronica ed Informatica, 2021.