Faktor Pendorong dan Hambatan dalam Implementasi Green Supply Chain Management di UKM Ritel Makanan di Inggris: Dampak pada Kinerja Organisasi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati

20 Februari 2025, 10.58

unplash.com

Artikel ini mengeksplorasi faktor pendorong dan hambatan dalam implementasi Green Supply Chain Management (GSCM) di UKM, dengan fokus pada sektor ritel makanan di Inggris. Penelitian ini mengidentifikasi elemen-elemen utama GSCM, seperti manajemen lingkungan internal, pembelian hijau, dan kerja sama dengan pelanggan, serta bagaimana hal-hal tersebut memengaruhi efisiensi operasional, citra merek, dan profitabilitas.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan data dari 84 UKM yang terlibat dalam praktik GSCM. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner berbasis skala Likert 5 poin, dengan variabel utama meliputi:

  1. Internal Drivers (ID): Dukungan manajemen senior, nilai perusahaan, dan potensi keuntungan bisnis.
  2. External Pressures (EP): Regulasi pemerintah, tekanan pasar, dan ekspektasi pelanggan.
  3. Praktik GSCM: Pengelolaan lingkungan internal, desain ramah lingkungan, dan kerja sama pelanggan.
  4. Kinerja Organisasi: Efisiensi operasional, citra merek, dan profitabilitas.

Analisis data dilakukan menggunakan Structural Equation Modelling (SEM) berbasis Partial Least Squares (PLS).

Temuan Utama

1. Faktor Pendorong Internal Lebih Signifikan daripada Tekanan Eksternal

  • Faktor internal, seperti dukungan manajemen senior dan nilai perusahaan, memiliki pengaruh signifikan terhadap adopsi GSCM (R² = 87,9%).
  • Sebaliknya, tekanan eksternal seperti regulasi pemerintah dan ekspektasi pelanggan tidak menunjukkan dampak signifikan terhadap praktik GSCM di UKM (R² rendah).

2. Dampak GSCM pada Kinerja Organisasi
Praktik GSCM berkontribusi positif terhadap:

  • Efisiensi Operasional: Penurunan waktu tunggu produksi hingga 15%.
  • Citra Merek: Peningkatan kepercayaan pelanggan sebesar 25%.
  • Profitabilitas: Pengurangan biaya hingga 20%, serta peningkatan penjualan yang signifikan.

3. Hambatan Implementasi GSCM

  • Keterbatasan Keuangan: Sebagian besar UKM menghadapi kesulitan dalam mengakses teknologi hijau.
  • Kurangnya Pengetahuan: Minimnya pelatihan membuat adopsi teknologi ramah lingkungan sulit dilakukan.
  • Skala Usaha: Karena ukurannya yang kecil, UKM tidak mengalami tekanan kompetitif yang sama seperti perusahaan besar.

Studi Kasus: UKM Ritel Makanan di Inggris

UKM A

  • Praktik Hijau: Menggunakan bahan daur ulang dalam proses pengemasan.
  • Dampak: Penurunan limbah produksi sebesar 20%, dengan peningkatan kepuasan pelanggan.

UKM B

  • Manajemen Lingkungan Internal: Mengurangi konsumsi energi melalui efisiensi proses.
  • Dampak: Penurunan biaya energi sebesar 15%.

Rekomendasi Strategis

  1. Fokus pada Pendorong Internal:
    UKM perlu memanfaatkan komitmen internal dari manajemen senior untuk memulai praktik GSCM.
  2. Dukungan Pemerintah dan Insentif:
    Pemerintah dapat memberikan subsidi atau insentif pajak untuk mendorong adopsi teknologi ramah lingkungan.
  3. Pelatihan dan Edukasi:
    Meningkatkan kesadaran dan keterampilan karyawan melalui pelatihan khusus tentang keberlanjutan dan teknologi hijau.

Kesimpulan

Praktik GSCM terbukti meningkatkan efisiensi, citra merek, dan profitabilitas UKM meskipun terdapat hambatan seperti keterbatasan dana dan kurangnya pengetahuan. Faktor internal menjadi pendorong utama dalam mengadopsi GSCM. Untuk memaksimalkan potensi ini, UKM perlu dukungan dari pemerintah dan mitra bisnis.

Sumber:
Priyanka Yadav, Oshin Yadav (2024). A Study on Green Supply Chain Management System: Drivers and Challenges in SME. International Journal of Management, Vol. 15(1), pp. 294–307.