Evaluasi Waste dan Implementasi Lean Construction pada Proyek Gedung Kampus X

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

08 Mei 2025, 07.28

freepik.com

Di tengah upaya industri konstruksi Indonesia mengejar efisiensi dan daya saing global, Lean Construction (LC) hadir sebagai pendekatan yang menjanjikan. LC bukan sekadar metode teknis, tetapi filosofi manajemen yang berorientasi pada peningkatan nilai (value) dan pengurangan pemborosan (waste). Dalam konteks tersebut, artikel berjudul Evaluasi Waste dan Implementasi Lean Construction Proyek Gedung Kampus X oleh Suripto dan Ajeng Renita Susanti dari Politeknik Negeri Jakarta menjadi kontribusi penting dalam memperkaya praktik LC di tingkat lokal.

Artikel ini mengangkat studi kasus nyata pembangunan gedung kampus dan menyoroti secara sistematis bentuk-bentuk waste yang terjadi, serta menilai efektivitas penerapan tools LC—khususnya Last Planner System (LPS). Dengan pendekatan kuantitatif dan wawancara lapangan, penulis menyuguhkan gambaran konkret tentang apa yang berhasil dan apa yang belum optimal.

Konsep Waste dan Lean Construction

Lean Construction berakar dari filosofi lean manufacturing Toyota, dan dalam konteks konstruksi, bertujuan untuk mengeliminasi kegiatan yang tidak memberi nilai tambah. Kategori waste utama menurut Koskela (2000) meliputi:

  • Defect (Cacat)
  • Waiting (Menunggu)
  • Unnecessary Inventory
  • Inappropriate Processing
  • Unnecessary Motion
  • Excessive Transportation
  • Over Production
  • Non-Utilized Talent

Dengan pendekatan seperti value stream mapping, flow, pull system, dan continuous improvement, LC berupaya menjadikan proses konstruksi lebih ramping dan responsif.

Metodologi: Kombinasi Borda dan Wawancara

Studi ini menggunakan metode campuran:

  • Kuesioner kepada 7 anggota proyek untuk menilai variabel waste dan faktornya.
  • Metode Borda untuk pemeringkatan variabel berdasarkan bobot poin.
  • Wawancara mendalam untuk menilai implementasi tools LC.

Hasil diolah dengan spreadsheet dan disajikan dalam bentuk deskriptif analitis.

Temuan Utama: Inappropriate Processing sebagai Waste Dominan

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa bentuk waste paling dominan di proyek gedung Kampus X adalah Inappropriate Processing dengan nilai 36 poin (18% dari total). Ini diikuti oleh:

  • Unnecessary Inventory
  • Unnecessary Motion
  • Defect dan Waiting (nilai seimbang)
  • Transportation
  • Non-Utilized Talent (terkecil)

Studi Kasus Faktor Penyebab Waste

  1. Defect (Cacat):
    • Faktor utama: Material tidak sesuai standar mutu.
    • Faktor minor: Alokasi tenaga kerja untuk pekerjaan perbaikan.
  2. Waiting (Menunggu):
    • Penyebab utama: Perubahan desain.
    • Terendah: Keterlambatan material ke lokasi.
  3. Unnecessary Inventory:
    • Faktor terbesar: Perencanaan dan penjadwalan buruk.
    • Terkecil: Material terlambat tiba.
  4. Unnecessary Motion:
    • Penyebab utama: Layout lokasi kerja yang tidak sesuai.
    • Terlemah: Peralatan tidak ergonomis.
  5. Overproduction:
    • Penyebab tertinggi: Perubahan desain.
    • Terendah: Kurangnya skill tenaga kerja.
  6. Transportation:
    • Penyebab dominan: Layout lokasi kerja tidak efektif.
    • Faktor minor: Jadwal pengiriman material tidak sesuai.
  7. Non-Utilized Talent:
    • Penyebab utama: Kurangnya skill tenaga kerja.
    • Faktor terkecil: Waktu lembur yang berlebihan.

Evaluasi Implementasi Lean Construction Tools

Studi ini menemukan bahwa meskipun sebagian besar tools LC sudah diterapkan, masih terdapat kekurangan signifikan, terutama pada aspek komunikasi visual.

1. Last Planner System (LPS)

Telah diterapkan dengan lengkap:

  • Master Schedule dan Phase Schedule
  • Six Week Look Ahead
  • Weekly Work Plan
  • Daily Plan
  • Percent Plan Complete

LPS terbukti membantu koordinasi tim dan pengendalian proyek, khususnya dalam meminimalkan penundaan.

2. Increased Visualization

Belum diterapkan. Hal ini menjadi salah satu penyebab utama waste jenis Inappropriate Processing karena komunikasi non-verbal di lapangan tidak optimal.

3. Daily Huddle Meetings

Dilakukan dua minggu sekali, belum secara harian. Padahal dalam prinsip LC, komunikasi harian sangat disarankan untuk respon cepat terhadap masalah lapangan.

4. First-run Studies

Sudah dilakukan melalui simulasi BIM (menggunakan Autodesk Revit), tapi belum menjadi praktik rutin.

5. 5S Process (Visual Workplace)

Telah diterapkan, mulai dari Seiri hingga Shitsuke. Ini membantu penataan tempat kerja yang lebih efisien.

6. Fail-Safe for Quality and Safety

Dilakukan secara aktif melalui inspeksi material dan peralatan.

Kritik dan Analisis Tambahan

Kelebihan Studi

  • Menggunakan data nyata dari proyek berjalan.
  • Menganalisis faktor penyebab waste secara rinci.
  • Memberikan insight langsung tentang efektivitas masing-masing tool LC.

Keterbatasan

  • Jumlah responden terbatas (hanya 7 orang).
  • Tidak dilakukan pengukuran kuantitatif atas dampak penerapan LC terhadap waktu dan biaya.
  • Tools LC non-LPS seperti kanban digital atau lean dashboard tidak dievaluasi.

Rekomendasi untuk Penerapan Lean Construction Lebih Baik

  1. Integrasikan Increased Visualization: Gunakan papan informasi proyek, label warna, dan rambu di lapangan untuk meningkatkan komunikasi visual.
  2. Tingkatkan Frekuensi Huddle Meetings: Jadikan pertemuan singkat harian sebagai forum pemecahan masalah cepat.
  3. Kembangkan First-run Studies secara sistematis: Simulasi pekerjaan bisa dijadikan rutinitas sebelum pelaksanaan kegiatan kritis.
  4. Lakukan Pelatihan Lintas Fungsi: Mengatasi masalah Non-Utilized Talent melalui peningkatan kompetensi dan rotasi kerja.
  5. Adopsi Platform Digital: Integrasikan alat digital untuk manajemen constraint, perencanaan mingguan, dan pencatatan realisasi lapangan.

Kesimpulan

Penelitian ini menegaskan bahwa keberhasilan implementasi Lean Construction sangat dipengaruhi oleh konsistensi penerapan tools dan kualitas komunikasi tim proyek. Waste terbesar dalam studi ini, yaitu Inappropriate Processing, terjadi karena kurangnya komunikasi visual dan ketidaksesuaian prosedur.

Sebaliknya, minimnya waste pada kategori Non-Utilized Talent menunjukkan bahwa alat seperti Fail-safe for Quality and Safety efektif dalam memastikan kompetensi SDM.

Dengan evaluasi mendalam terhadap variabel waste dan penerapan LC tools, studi ini memberikan model yang aplikatif untuk proyek serupa di Indonesia. Langkah selanjutnya adalah memperluas studi ke proyek infrastruktur dan mengukur dampak finansial serta temporal dari penerapan Lean secara menyeluruh.

Sumber Artikel

Suripto & Ajeng Renita Susanti. (2021). Evaluasi Waste dan Implementasi Lean Construction Proyek Gedung Kampus X. Jurnal Rivet (Riset dan Invensi Teknologi), Vol. 01 No.02, Teknik Sipil - Universitas Dharma Andalas.