Evaluasi Strategis Penerapan K3 Berbasis ISO 45001 di Proyek Pembangunan Pasar Singamandawa Bali

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati

09 Mei 2025, 15.40

pixabay.com

Konstruksi dan Risiko Kecelakaan: Kenyataan yang Tak Terelakkan

Sektor konstruksi menyumbang angka kecelakaan kerja tertinggi di dunia, termasuk Indonesia. Proyek berskala besar hingga revitalisasi pasar rakyat seperti Pasar Singamandawa Tahap I di Kintamani, Bali, tetap menyimpan potensi bahaya yang serius. Artikel karya I Kadek Bayu Widiantara, Ida Ayu Putu Sri Mahapatni, dan I Made Harta Wijaya ini mengevaluasi penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) sesuai ISO 45001:2018, dalam konteks proyek pembangunan pasar tersebut.

Penelitian ini tak hanya menyentuh pemenuhan regulasi, tetapi juga menggunakan pendekatan PDCA (Plan-Do-Check-Action) serta model evaluasi Countenance Stake, mengintegrasikan data kualitatif dan kuantitatif dari wawancara, observasi, dan kuesioner terhadap 35 responden yang terdiri dari manajer proyek, staf K3, pengawas, hingga pekerja lapangan.

Studi Kasus: Proyek Pasar Singamandawa Kintamani

Pasar Singamandawa dibangun untuk memperbaiki fasilitas publik dan mendukung kegiatan ekonomi masyarakat sekitar Kintamani. Namun, seperti banyak proyek konstruksi lainnya, penerapan K3 masih menghadapi kendala utama, seperti:

  • Rendahnya penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) karena dianggap menghambat gerak.
  • Kurangnya kesadaran bahwa K3 adalah pelindung utama pekerja, bukan hanya formalitas perusahaan.
  • Belum optimalnya dokumentasi dan pencatatan kejadian insiden kerja.

Evaluasi Tiga Tahapan Kunci Penerapan K3

Penelitian ini membagi evaluasi dalam tiga dimensi utama, yaitu:

1. Antecedents (Masukan)

Evaluasi pada tahap perencanaan dan kebijakan K3 memperlihatkan hasil sangat sesuai menurut persepsi:

  • Staff (rata-rata skor: 40,00)
  • Pekerja (rata-rata skor: 41,08)

Faktor kunci keberhasilan tahap ini meliputi:

  • Adanya komitmen manajemen tertulis dalam bentuk kebijakan K3.
  • Struktur organisasi K3 yang aktif, lengkap dengan papan informasi dan sistem pelaporan internal.
  • Pengalokasian dana K3 yang jelas dalam anggaran proyek.

2. Tracedents (Proses)

Penilaian dilakukan pada dua aspek besar: perencanaan dan pelaksanaan K3.

  • Perencanaan K3 (identifikasi bahaya):
    • Staff: 34,09
    • Pekerja: 34,63
  • Pelaksanaan K3 (komunikasi, pengawasan, kesiapsiagaan):
    • Staff: 45,64
    • Pekerja: 46,00

Indikator pelaksanaan sangat sesuai karena:

  • Identifikasi bahaya dilakukan sejak awal proyek dan didokumentasikan dengan baik.
  • Tersedia APAR, rambu evakuasi, air bersih, MCK, dan fasilitas P3K lengkap.
  • Komunikasi rutin antara manajemen dan pekerja untuk pelaporan kondisi berbahaya.

3. Output (Keluaran)

Evaluasi tahap akhir difokuskan pada pemantauan, evaluasi, dan perbaikan sistem K3.

  • Staff: 18,82
  • Pekerja: 18,96

Hal ini mencakup:

  • Pelaporan kecelakaan kerja sudah berjalan namun masih perlu perbaikan dalam pendokumentasian.
  • Sarana dan prasarana kerja diperiksa dan diperbaiki secara berkala.
  • Audit internal dilakukan, namun belum sepenuhnya terdokumentasi secara sistematis.

Pendekatan ISO 45001:2018 dan PDCA

Proyek ini mengadopsi ISO 45001:2018 sebagai acuan utama. Standar ini menggabungkan aspek hukum, manajemen mutu, dan prinsip risiko dalam satu sistem terpadu. Pendekatan PDCA digunakan sebagai kerangka kerja:

  • Plan: Pembentukan P2K3 dan penetapan kebijakan K3.
  • Do: Implementasi program kerja seperti pelatihan dan pengendalian bahaya.
  • Check: Audit dan inspeksi lapangan (safety patrol).
  • Act: Evaluasi dan tindakan korektif berdasarkan hasil audit.

Kelebihan dan Kekurangan Implementasi di Lapangan

Yang Sudah Berjalan Baik:

  • Komitmen manajemen tertuang dalam struktur dan anggaran.
  • APD tersedia lengkap dan sosialisasi terus dilakukan.
  • Kegiatan pengawasan dan identifikasi bahaya rutin dilakukan.

Yang Masih Perlu Ditingkatkan:

  • Kesadaran pekerja untuk memakai APD secara konsisten.
  • Dokumentasi pelaporan insiden dan evaluasi internal belum optimal.
  • Integrasi sistem pelaporan berbasis digital belum diterapkan.

Rekomendasi Strategis untuk Proyek Selanjutnya

  1. Digitalisasi sistem pelaporan dan evaluasi K3 untuk meningkatkan transparansi dan pelacakan progres.
  2. Pelatihan berjenjang untuk seluruh pekerja, termasuk sesi khusus untuk pemahaman risiko kerja.
  3. Penguatan audit internal dengan dokumentasi lengkap dan rekomendasi perbaikan nyata.
  4. Pemberian insentif berbasis kinerja K3 untuk memotivasi pekerja.
  5. Pemasangan lebih banyak media visual edukatif K3 seperti infografik dan signage dinamis.

Perbandingan dengan Penelitian Lain

Hasil evaluasi proyek Singamandawa konsisten dengan studi oleh Kani et al. (2013) dan Kemala (2017), yang menegaskan pentingnya integrasi sistem K3 dalam setiap tahapan proyek konstruksi. Dibandingkan dengan proyek konstruksi di Bitung dan Badung, proyek Singamandawa tergolong berhasil dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan, meski masih tertinggal dalam dokumentasi dan evaluasi berkelanjutan.

Kesimpulan: K3 Adalah Budaya, Bukan Sekadar Regulasi

Evaluasi implementasi K3 di proyek Pasar Singamandawa Tahap I menunjukkan tingkat kesesuaian yang tinggi berdasarkan standar ISO 45001:2018. Rata-rata penilaian dari seluruh responden menempatkan proyek ini dalam kategori “sangat sesuai”, yang berarti telah memenuhi standar internasional dalam aspek keselamatan kerja.

Namun demikian, keberhasilan tidak cukup hanya dari kepatuhan terhadap prosedur. Kesadaran dan budaya keselamatan harus terus dibangun dari bawah ke atas, melalui pendidikan, evaluasi berkelanjutan, dan teknologi pendukung. Tanpa itu, semua regulasi hanya menjadi teks tanpa makna.

Proyek ini menunjukkan bahwa dengan komitmen, koordinasi, dan evaluasi yang tepat, penerapan K3 bisa menjadi motor penggerak produktivitas sekaligus pelindung nyawa manusia di balik beton dan baja.

Sumber : Widiantara, I. K. B., Mahapatni, I. A. P. S., & Wijaya, I. M. H. (2024). Evaluasi Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Proyek Pembangunan Pasar Singamandawa Tahap I. Jurnal Widya Teknik, 19(2), 54–59.