Evaluasi Stabilitas Lereng pada Pertambangan Bawah Tanah: Pendekatan Berbasis Indeks dan Model Cloud

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati

30 April 2025, 17.07

freepik.com

 Pendahuluan
Pertambangan bawah tanah sering kali menimbulkan risiko ketidakstabilan lereng, yang dapat berakibat fatal dengan kerugian ekonomi yang besar dan bahkan mengancam keselamatan jiwa. Untuk mencegah bencana yang mungkin terjadi akibat ketidakstabilan ini, diperlukan model evaluasi yang tidak hanya ilmiah tetapi juga praktis. Dalam konteks ini, Chen dkk. (2022) mengidentifikasi tujuh indikator utama yang mencakup berbagai aspek, mulai dari derajat tambang hingga metode penyangga atap, untuk menilai stabilitas lereng di Kabupaten Xing, Shanxi, Cina.

 Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa langkah. Pertama, sistem indeks evaluasi disaring menjadi tujuh indikator kunci, yaitu derajat tambang, kualitas massa lereng, curah hujan tahunan, posisi zona ekstraksi relatif lereng, sudut lereng, tinggi lereng, serta ketebalan tambang dan metode penyangga atap. Selanjutnya, penentuan bobot dilakukan melalui pendekatan subjektif menggunakan metode IAHP, di mana para pakar memberikan interval penilaian, serta pendekatan objektif dengan metode CRITIC dan Entropy untuk menghitung kontras dan korelasi. Gabungan dari kedua pendekatan ini menghasilkan bobot yang lebih representatif. Selain itu, model cloud digunakan untuk mengonversi rentang kualitatif menjadi distribusi normal terbatasi, diikuti dengan simulasi 1.000 cloud drops per tingkat stabilitas. Terakhir, tingkat stabilitas dihitung dengan mengakumulasi nilai membership dari setiap indeks untuk menentukan level stabilitas tertinggi.

 Studi Kasus & Hasil
Dalam studi kasus yang dilakukan di Zona 1313 di Kabupaten Xing, kondisi geologi menunjukkan sudut lereng antara 30–80° dengan tanah kuning tebal di atas tanah merah Baode. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa lereng A, C, D, dan E berada dalam kondisi tidak stabil, sedangkan lereng B hanya mengalami retakan ringan. Validasi lapangan mengonfirmasi hasil model, di mana lereng A, C, D, dan E mengalami longsor masif, sementara lereng B hanya menunjukkan retakan minor. Hal ini menunjukkan bahwa model evaluasi yang diterapkan memiliki akurasi yang tinggi dalam memprediksi kondisi stabilitas lereng.

 Pembahasan & Implikasi
Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa bobot tertinggi diperoleh dari posisi zona ekstraksi (Y₄) dengan nilai 0,249, yang menunjukkan bahwa ekstraksi di pangkal lereng dapat mempercepat kegagalan. Selain itu, fuzzy entropy yang tinggi pada lereng A, C, D, dan E (0,735–0,843) menunjukkan kompleksitas yang tinggi, sehingga memerlukan pemantauan yang intensif. Metode komprehensif yang menggabungkan pendekatan subjektif, objektif, dan model cloud terbukti jauh lebih akurat dibandingkan dengan penggunaan metode AHP atau CRITIC secara tunggal.

 Kesimpulan
Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tujuh faktor utama yang diidentifikasi berhasil memetakan risiko longsor pasca-tambang dengan validitas yang tinggi. Penggunaan gabungan metode IAHP, CRITIC, dan Min. Discriminative Information menghasilkan bobot yang seimbang dan representatif. Akurasi model juga terbukti dengan konsistensi 100% antara prediksi dan realita lapangan. Rekomendasi yang dihasilkan mencakup prioritas mitigasi di lereng A, C, D, dan E, pengaturan zona tambang yang menjauhi pangkal lereng, serta pemantauan curah hujan dan retakan secara intensif di area dengan fuzzy entropy tinggi.

Sumber : Chen H, Guo Q, Wang L, Meng X. Evaluation of Slope Stability within the Influence of Mining Based on Combined Weighting and Finite Cloud Model. Energy Exploration & Exploitation. 2023;41(2):636–655.