Analisis Pengukuran Kinerja Rantai Pasok pada Proyek Konstruksi: Studi Kasus Proyek Jalan di Indonesia

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati

14 Maret 2025, 08.15

pixabay.com

Pendahuluan

Manajemen rantai pasok telah menjadi fokus utama dalam penelitian manajemen dan industri manufaktur dalam beberapa tahun terakhir. Dalam industri konstruksi, rantai pasok memainkan peran penting dalam memastikan kelancaran proyek. Namun, pengukuran kinerja rantai pasok dalam proyek jalan masih jarang dibahas, meskipun sektor ini memiliki peran strategis dalam pembangunan infrastruktur. Penelitian oleh M. Agung Wibowo dan Moh Nur Sholeh dari Universitas Diponegoro menyoroti bagaimana model SCOR (Supply Chain Operations Reference) digunakan untuk menganalisis kinerja rantai pasok pada proyek jalan, khususnya dalam aspek keandalan, responsivitas, fleksibilitas, biaya, dan aset.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini mengukur kinerja rantai pasok dengan menggunakan model SCOR sebagai indikator kinerja utama (Key Performance Indicators/KPI). Untuk menilai bobot masing-masing indikator, digunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), sedangkan hasil pengukuran dianalisis menggunakan Objective Matrix (OMAX) dan sistem traffic light. Studi kasus dilakukan pada proyek pelebaran Jalan Siliwangi di Semarang, Indonesia, yang melibatkan kontraktor PT Adhi Karya (Persero) sebagai pelaksana proyek.

Temuan Utama

1. Implementasi Model SCOR dalam Pengukuran Kinerja Rantai Pasok

Pengukuran kinerja rantai pasok dilakukan berdasarkan lima indikator utama dalam model SCOR, yaitu Perfect Order Fulfillment (POF), Order Fulfillment Lead Time (OFLT), Production Flexibility (PF), Supply Chain Management Cost (SCMC), dan Inventory Days of Supply (IDS). Hasil pengukuran menunjukkan bahwa tingkat pemenuhan pesanan (POF) mencapai 94,5%, yang berarti mayoritas material tiba tepat waktu. Rata-rata waktu pemenuhan pesanan (OFLT) adalah 12 hari, menunjukkan ketepatan waktu yang cukup baik. Fleksibilitas produksi (PF) mencapai 97,5%, mencerminkan kesiapan proyek dalam menghadapi perubahan kebutuhan material. Biaya manajemen rantai pasok (SCMC) tercatat sebesar 89,1% dari total anggaran, yang berarti efisiensi biaya cukup tinggi. Sementara itu, Inventory Days of Supply (IDS) berada pada angka 11 hari, yang menunjukkan efektivitas dalam pengelolaan stok material.

2. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Rantai Pasok

Keberhasilan rantai pasok dalam proyek ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk kesiapan kontraktor dalam perencanaan pengadaan material, kemitraan dengan pemasok, strategi rantai pasok, serta kemampuan tenaga kerja dalam menangani proses distribusi. Namun, beberapa tantangan juga diidentifikasi, seperti keterlambatan pengadaan baja akibat kendala logistik dan dampak bencana alam seperti letusan Gunung Merapi yang menghambat pasokan pasir.

3. Evaluasi Kinerja Menggunakan AHP dan OMAX

Metode AHP digunakan untuk menentukan bobot prioritas dari setiap indikator kinerja, dengan hasil menunjukkan bahwa keandalan dalam pemenuhan pesanan (POF) memiliki bobot tertinggi, karena keterlambatan material dapat berdampak langsung pada kelangsungan proyek. Setelah itu, sistem OMAX dan traffic light digunakan untuk mengevaluasi hasil pengukuran, yang menunjukkan bahwa proyek berada dalam kategori "cukup baik" dengan skor 6,4 dari skala 10.

Strategi Optimal untuk Meningkatkan Efisiensi Rantai Pasok

1. Optimalisasi Perencanaan dan Manajemen Material

Kontraktor perlu meningkatkan sistem perencanaan pengadaan material yang lebih proaktif, dengan mempertimbangkan faktor risiko seperti bencana alam dan ketidakpastian pasokan. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah membangun cadangan material strategis atau bekerja sama dengan lebih dari satu pemasok untuk mengurangi ketergantungan pada satu sumber.

2. Penguatan Kolaborasi dengan Pemasok dan Pengguna Teknologi Digital

Untuk mengurangi keterlambatan pengiriman, kontraktor dapat mengembangkan kerja sama yang lebih erat dengan pemasok melalui kontrak berbasis kinerja dan sistem pemantauan stok berbasis digital. Pemanfaatan teknologi seperti Enterprise Resource Planning (ERP) dan Internet of Things (IoT) dapat meningkatkan transparansi dalam rantai pasok, memungkinkan kontraktor dan pemasok memantau stok dan jadwal pengiriman secara real-time.

3. Implementasi Sistem Pemantauan Kinerja yang Lebih Akurat

Dengan menerapkan pengukuran kinerja berbasis data, kontraktor dapat melakukan evaluasi secara berkala terhadap efektivitas rantai pasok. Selain itu, penggunaan analitik prediktif dapat membantu dalam merancang strategi pengadaan material yang lebih efisien, dengan mempertimbangkan pola permintaan dan pasokan di masa mendatang.

Kesimpulan

Penelitian ini menegaskan bahwa model SCOR dapat digunakan sebagai alat yang efektif dalam mengukur dan meningkatkan kinerja rantai pasok pada proyek konstruksi jalan. Dengan menggunakan AHP untuk menentukan bobot KPI dan OMAX sebagai alat evaluasi kinerja, proyek dapat mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan untuk mencapai efisiensi yang lebih tinggi. Studi ini juga menunjukkan bahwa tantangan dalam rantai pasok dapat diatasi dengan perencanaan pengadaan yang lebih baik, kolaborasi yang lebih erat dengan pemasok, serta pemanfaatan teknologi dalam manajemen rantai pasok.

Dengan menerapkan strategi yang lebih terstruktur dan berbasis data, perusahaan konstruksi dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi risiko keterlambatan, dan memastikan kelangsungan proyek yang lebih efisien.

Sumber : M. Agung Wibowo, Moh Nur Sholeh (2015). The Analysis of Supply Chain Performance Measurement at Construction Project. Procedia Engineering 125: 25-31.