Tantangan Kualitas Air Danau Batur di Bali
Danau Batur, danau terbesar di Bali dengan peranan penting sebagai sumber air dan pengatur hidrologi di kawasan Kintamani, menghadapi tekanan pencemaran yang signifikan akibat aktivitas manusia di sekitarnya. Aktivitas pertanian, budidaya ikan dengan keramba jaring apung (KJA), serta limbah domestik rumah tangga menjadi sumber utama pencemaran yang berpotensi menurunkan kualitas air danau. Kondisi ini diperparah oleh sistem perairan yang tertutup dan tingginya volume limbah yang dihasilkan masyarakat sekitar.
Penelitian oleh Ni Komang Ayu Septiani dkk. (2022) bertujuan menganalisis kualitas air Danau Batur berdasarkan parameter fisika, kimia, dan mikrobiologi, mengukur status mutu air menggunakan metode indeks pencemaran, serta merumuskan strategi pengendalian pencemaran dengan menggunakan analisis force field.
Pengambilan Sampel dan Analisis Parameter
Pengambilan sampel air dilakukan tiga kali di lima lokasi strategis yaitu Songan, Toya Bungkah, Kedisan, Abang, dan Trunyan pada bulan Maret dan April 2021. Pengujian parameter dilakukan secara in situ (suhu, pH, DO) dan di laboratorium (TDS, TSS, BOD, COD, nitrat, fosfat, sulfat, timbal, total coliform, fecal coliform).
Status mutu air ditentukan dengan metode indeks pencemaran berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003 dan Peraturan Gubernur Bali No. 16 Tahun 2016. Strategi pengendalian pencemaran dirumuskan menggunakan analisis force field yang mengidentifikasi faktor pendorong dan penghambat pengendalian pencemaran melalui wawancara dan observasi terhadap aktivitas masyarakat di sekitar danau.
Hasil Penelitian: Indikasi Pencemaran dan Status Mutu Air
- Total Dissolved Solids (TDS): Nilai TDS berkisar antara 1025,67 mg/L hingga 1030 mg/L, melebihi baku mutu maksimum 1000 mg/L. Nilai tertinggi ditemukan di Desa Abang dan Kedisan, dipengaruhi oleh limbah rumah tangga yang mengandung deterjen dan surfaktan.
- Dissolved Oxygen (DO): DO di sebagian besar lokasi pengambilan sampel berada di bawah baku mutu, kecuali di Toya Bungkah dengan kisaran 4,81–6,01 mg/L. Rendahnya DO di lokasi lain menunjukkan adanya tekanan pencemaran organik yang mengurangi oksigen terlarut.
- Chemical Oxygen Demand (COD): Nilai COD tertinggi terdapat di Desa Abang, mencapai 23 mg/L, melebihi baku mutu yang ditetapkan. Hal ini disebabkan oleh aktivitas pertanian intensif dan budidaya ikan KJA yang menghasilkan limbah organik berlebih.
- Mikrobiologi: Total coliform dan fecal coliform secara keseluruhan masih berada di bawah baku mutu, dengan nilai total coliform antara >1,8–33 MPN/100 ml dan fecal coliform rata-rata >1,8–13 MPN/100 ml.
- Indeks Pencemaran (IP): Semua lokasi menunjukkan status cemar ringan dengan nilai IP berkisar 1,52–2,07. Nilai tertinggi di Desa Abang, yang merupakan kawasan dengan aktivitas pertanian dan KJA paling intensif.
Dampak Aktivitas Pertanian dan Keramba Jaring Apung
Desa Abang menjadi contoh nyata bagaimana aktivitas pertanian dan budidaya ikan dapat meningkatkan pencemaran air danau. Penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan serta pakan ikan yang tidak termakan menyebabkan peningkatan bahan organik dan nutrien di perairan. Akumulasi limbah ini berkontribusi pada tingginya nilai COD dan TDS serta penurunan kadar DO, yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem danau dan kesehatan ikan.
Faktor Pendorong dan Penghambat Pengendalian Pencemaran
Analisis force field mengidentifikasi beberapa faktor pendorong pengendalian pencemaran, antara lain:
- Kesadaran sebagian masyarakat dan pelaku usaha terhadap pentingnya menjaga kelestarian danau.
- Dukungan pemerintah melalui penyuluhan dan pengawasan.
- Upaya pengelolaan air danau sebagai sumber air minum dalam skala kecil.
Sementara faktor penghambat meliputi:
- Kurangnya sosialisasi yang merata dan inovatif terkait dampak aktivitas pencemar.
- Minimnya kebijakan desa yang mengatur penggunaan lahan pertanian dan KJA.
- Terbatasnya pengawasan dan pemantauan terutama selama pandemi COVID-19.
- Sistem pengelolaan sampah yang belum terpadu dan kurangnya fasilitas bank sampah di beberapa desa.
- Minimnya IPAL mandiri dan pengujian air limbah secara berkala oleh pelaku usaha pariwisata.
Strategi Pengendalian Pencemaran yang Direkomendasikan
Berdasarkan analisis tersebut, strategi pengendalian yang diusulkan meliputi:
- Peningkatan Sosialisasi Inovatif: Mengedukasi masyarakat secara berkelanjutan tentang dampak pencemaran dan solusi alternatif.
- Promosi Pelestarian Danau: Mengangkat keunggulan produk organik dan bioflok sebagai alternatif bahan kimia dan pakan KJA.
- Sinergi Kebijakan Pemerintah: Koordinasi antara pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, dan desa dalam pengendalian pencemaran.
- Pembentukan Satgas Pengendalian: Melibatkan unsur desa dan pemerintah untuk pengawasan dan penegakan kebijakan.
- Pelatihan Kewirausahaan: Diversifikasi mata pencaharian masyarakat untuk mengurangi ketergantungan pada pertanian dan KJA.
- Pengelolaan Sampah Terpadu: Pengembangan fasilitas bank sampah dan tempat pengelolaan sampah di desa penunjang.
- Pengelolaan Limbah Usaha: Mewajibkan pelaku usaha menengah memiliki IPAL mandiri dan melakukan pengujian air limbah secara berkala, serta meningkatkan keterlibatan CSR.
Opini dan Hubungan dengan Tren Pengelolaan Lingkungan
Penelitian ini memberikan gambaran komprehensif mengenai kondisi kualitas air Danau Batur dan mengintegrasikan pendekatan teknis dan sosial dalam merumuskan strategi pengendalian pencemaran. Pendekatan force field analysis sangat efektif dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan pengelolaan lingkungan.
Strategi yang diusulkan sejalan dengan tren global pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dan berbasis partisipasi masyarakat. Pengembangan kewirausahaan dan pengelolaan sampah terpadu merupakan langkah penting untuk mengatasi tekanan sosial-ekonomi yang berdampak pada lingkungan.
Kesimpulan
- Kualitas air Danau Batur menunjukkan indikasi pencemaran ringan, terutama pada parameter TDS, DO, dan COD yang tidak memenuhi baku mutu Peraturan Gubernur Bali No. 16 Tahun 2016.
- Aktivitas pertanian dan budidaya ikan keramba jaring apung di sekitar danau menjadi sumber utama pencemaran.
- Strategi pengendalian yang efektif harus menggabungkan peningkatan sosialisasi, sinergi kebijakan, pengelolaan sampah, pelatihan kewirausahaan, dan pengawasan limbah usaha.
- Pemantauan kualitas air secara rutin dan koordinasi antar stakeholder sangat diperlukan untuk menjaga kelestarian Danau Batur.
Sumber:
Septiani, N.K.A., Suyasa, I.W.B., & Rai, I.N. (2022). Analisis Kualitas Air dan Strategi Pengendalian Pencemaran di Danau Batur Menggunakan Analisis Force Field. Ecotrophic, 16(1), 10-19.