Manajemen Konstruksi
Dipublikasikan oleh Admin pada 13 Maret 2022
Alat berat adalah mesin berukuran besar yang didesain untuk melaksanakan fungsi konstruksi seperti pengerjaan tanah (earthworking) dan memindahkan bahan bangunan. Alat berat umumnya terdiri atas lima komponen, yaitu implemen, alat traksi, struktur, sumber tenaga dan transmisinya (power train), serta sistem kendali.[1] Pemanfaatan alat berat telah dilakukan sejak zaman Romawi. Vitruvius dalam bukunya De architectura tercatat menggunakan derek sederhana.
Definisi alat berat tidak hanya pada pekerjaan konstruksi. Dalam pertanian, truk pengangkut, traktor dan sebagainya juga disebut sebagat alat berat.[2]
Dalam bidang teknik sipil alat-alat berat digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan pembangunan suatu struktur bangunan atau pengilahan tanah. Saat ini alat berat merupakan faktor penting di dalam proyek, terutama proyek-proyek konstruksi dengan skala yang besar.[3]
Wacker Neuson wheel loaders at a trade fair
A typical European backhoe-loader; these usually have a side-shift backhoe mount and vertical stabilizers.
A tracked loader
A Caterpillar D10N bulldozer equipped with a single shank ripper.
Link-Belt excavator trenching.
Modern grader with a second blade in Jyväskylä, Finland
A typical Telescopic handler
Image of an electric forklift with component descriptions
Truk mixer pengaduk beton yang dilengkapi dengan pompa beton
Ekskavator dengan penghancur hidrolik yang terpasang pada lengannya
Pompa beton dengan selang yang terbentang dan bekerja sama dengan truk pengaduk beton
Derek menara (tower crane), salah satu jenis derek tetap
Dump truk sedang menurunkan muatannya
Bucket wheel excavator di tambang terbuka Garzweiler
Sumber: id.wikipedia.org
Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Admin pada 13 Maret 2022
Bendung atau Tebat[butuh rujukan] adalah pembatas yang dibangun melintasi sungai yang dibangun untuk mengubah karakteristik aliran sungai. Dalam banyak kasus, bendung merupakan sebuah kontruksi yang jauh lebih kecil dari bendungan yang menyebabkan air menggenang membentuk kolam tetapi mampu melewati bagian atas bendung. Bendung mengizinkan air meluap melewati bagian atasnya sehingga aliran air tetap ada dan dalam debit yang sama bahkan sebelum sungai dibendung. Bendung bermanfaat untuk mencegah banjir, mengukur debit sungai, dan memperlambat aliran sungai sehingga menjadikan sungai lebih mudah dilalui.
Bendung yang sering disalah artikan oleh orang awam sebagai bendungan
Sebuah bendung di sungai Humber dekat Raymore Park, Toronto, Ontario
Bendung di Bogor, Jawa Barat
Contoh bendung di Indonesia adalah Bendung Katulampa. Bendung ini tidak digunakan untuk menahan atau menyimpan air, namun memberi informasi ketinggian air yang bisa berguna untuk peringatan dini banjir yang akan memasuki Jakarta beberapa jam setelahnya.
Kementerian Pekerjaan Umum Indonesia membagi bendung menjadi dua, yaitu bendung tetap dan bendung gerak:[1]
Fungsi
Sebuah bendung di Thorp, Washington
Bendung menjadikan pakar hidrologi dan insinyur melakukan pengukuran laju aliran volumetrik sederhana dalam sungai berukuran medium atau di lokasi pembuangan industri. Karena geometri dari tnggi bendung diketahui dan semua air mengalir melewati bagian atas bendung, ketinggian air di belakang bendung dapat dihitung menjadi laju aliran atau debit. Perhitungan berdasarkan pada fakta bahwa fluida akan melewati kedalaman kritis dari aliran di sekitar belahan bendungan. Jika air tidak bergerak melewati bendung, maka perhitungan dapat lebih rumit, atau bahkan tidak mungkin dilakukan.
Perhitungan debit secara sederhana yaitu:
{\displaystyle Q=CL{H^{n}}}
Di mana:
Ketika digunakan di dalam pengukuran debit, penting untuk diketahui bahwa belahan bendung harus bebas dari karat atau sampah yang menghambat. Kekasaran belahan bendung akan mengakibatkan perhitungan menjadi berbeda dari tabel standar yang telah ditetapkan. Air juga harus dipastikan bebas dari gelembung udara sebelum melewati bendung.[2]
Selain digunakan untuk pengukuran, bendung juga dimanfaatkan untuk mengaliri saluran irigasi. Muka air yang tinggi menyebabkan air dapat mengalir melalui saluran irigasi karena sifat air yang bergerak dari tempat tinggi ke tempat yang rendah.
Dampak
Sumber: id.wikipedia.org
Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Admin pada 13 Maret 2022
Kebobolan bendungan, keruntuhan bendungan, atau bendungan jebol adalah jenis bencana keruntuhan yang ditandai dengan pelepasan air yang ditampung secara tiba-tiba, cepat, dan tidak terkendali atau kemungkinan adanya pelepasan yang tidak terkendali tersebut.[1] Antara tahun 2000 hingga 2009 terjadi lebih dari 200 kebobolan bendungan yang terkenal di seluruh dunia.[2]
Kebobolan Bendungan Teton
Reruntuhan bendungan Vega de Tera (Spanyol) setelah jebol pada tahun 1959.
Bendungan adalah penghalang atau pembatas yang digunakan untuk menghalangi atau memperlambat aliran air. Bendungan biasanya dibuat untuk menciptakan waduk, danau buatan, atau tanggul. Sebagian besar bendungan memiliki bagian yang disebut saluran pelimpah atau bendung di atasnya. Saluran pelimpah juga biasanya dibuat pada bagian di mana air mengalir, baik dengan sistem buka tutup, atau terus menerus, beberapa diantara saluran pelimpah ini dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga air.
Bendungan dianggap sebagai "instalasi yang mengandung kekuatan berbahaya" di bawah hukum kemanusiaan Internasional karena dampak besar dari kemungkinan kehancuran pada penduduk sipil dan lingkungan. Kebobolan bendungan relatif jarang terjadi, tetapi dapat menyebabkan kerusakan besar dan hilangnya banyak nyawa ketika terjadi. Pada tahun 1975, jebolnya Bendungan Waduk Banqiao dan bendungan-bendungan lainnya di Provinsi Henan, Tiongkok menyebabkan lebih banyak korban daripada kebobolan bendungan lain yang pernah tercatat dalam sejarah. Bencana tersebut menewaskan sekitar 171.000 orang[3] dan menyebabkan 11 juta orang kehilangan rumah mereka.
Sumber: id.wikipedia.org
Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Admin pada 13 Maret 2022
Bendungan atau Empangan atau istilah pinjaman Inggris dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Seringkali bendungan juga digunakan untuk mengalirkan air ke sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air. Kebanyakan dam juga memiliki bagian yang disebut pintu air untuk membuang air yang tidak diinginkan secara bertahap atau berkelanjutan.
Bendungan Scrivener, Canberra Australia, dibangun untuk mengatasi banjir 5000-tahunan.
Kementerian Pekerjaan Umum Indonesia mendefinisikan bendungan sebagai "bangunan yang berupa tanah, batu, beton, atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan menampung air, dapat juga dibangun untuk menampung limbah tambang atau lumpur."[1]
Bendungan (dam) dan bendung (weir) sebenarnya merupakan struktur yang berbeda.[2] Bendung (weir) adalah struktur bendungan berkepala rendah (lowhead dam), yang berfungsi untuk menaikkan muka air, biasanya terdapat di sungai. Air sungai yang permukaannya dinaikkan akan melimpas melalui puncak / mercu bendung (overflow). Dapat digunakan sebagai pengukur kecepatan aliran air di saluran / sungai dan bisa juga sebagai penggerak pengilingan tradisional di negara-negara Eropa. Di negara dengan sungai yang cukup besar dan deras alirannya, serangkaian bendung dapat dioperasikan membentuk suatu sistem transportasi air. Di Indonesia, bendung dapat digunakan untuk irigasi bila misalnya muka air sungai lebih rendah dari muka tanah yang akan diairi.
Jenis bendungan
Bendungan Hoover, sebuah bendungan beton lengkung di Black Canyon di Sungai Colorado.
Dam dapat diklasifikasikan menurut struktur, tujuan atau ketinggian.
Berdasarkan struktur dan bahan yang digunakan, bendungan dapat diklasifikasikan sebagai dam kayu, "embankment dam" atau "masonry dam", dengan berbagai subtipenya.
Tujuan dibuatnya termasuk menyediakan air untuk irigasi atau penyediaan air di perkotaan, meningkatkan navigasi, menghasilkan tenaga hidroelektrik, menciptakan tempat rekreasi atau habitat untuk ikan dan hewan lainnya, pencegahan banjir dan menahan pembuangan dari tempat industri seperti pertambangan atau pabrik. Hanya beberapa dam yang dibangun untuk semua tujuan di atas.
Menurut ketinggian, dam besar lebih tinggi dari 15 meter dan dam utama lebih dari 150 m. Sedangkan, dam rendah kurang dari 30 m, dam sedang antara 30 - 100 m, dan dam tinggi lebih dari 100 m.
Kadang-kadang ada yang namanya Bendungan Sadel sebenarnya adalah sebuah dike, yaitu tembok yang dibangun sepanjang sisi danau untuk melindungi tanah di sekelilingnya dari banjir. Ini mirip dengan tanggul, yaitu tembok yang dibuat sepanjang sisi sungai atau air terjun untuk melindungi tanah di sekitarnya dari kebanjiran.
Bendungan Pengecek check dam adalah bendungan kecil yang didisain untuk mengurangi dan mengontrol arus erosi tanah.
Bendungan kering dry dam adalah bendungan yang didisain untuk mengontrol banjir. Ia biasanya kering, dan akan menahan air yang bila dibiarkan akan membanjiri daerah dibawahnya.
Bendungan Separuh
Bendungan separuh diversionary dam adalah bendungan yang tidak menutup sungai. sebagian dari arus ditampuh di danau terpisah, di depan bendungan.
Bendungan kayu
Bendungan kayu kadang-kadang digunakan orang karena keterbatasan lokasi dan ketinggian di tempat ia dibangun. Di Lokasi tempat bendungan kayu dibuat, kayulah bahan yang paling murah, semen mahal dan sulit untuk diangkut. Bendungan kayu dulu banyak digunakan, tetapi kebanyakan sudah diganti dengan beton, khususnya di negara-negara industri. Beberapa bendungan dam masih dipakai. Kayu juga bahan dasar yang digunakan berang-berang, sering juga ditambah lumpur dan bebatuan untuk membuat bendungan berang-berang.
Contoh bendungan
Bendungan gagal
Sumber: id.wikipedia.org
Manajemen Strategis
Dipublikasikan oleh Admin pada 12 Maret 2022
Dalam ekonomi, persaingan atau kompetisi adalah bersaingnya para penjual yang sama-sama berusaha mendapatkan keuntungan, pangsa pasar, dan jumlah penjualan. Para penjual biasanya berusaha mengungguli persaingan dengan membedakan harga, produk, distribusi dan promosi. Menurut Adam Smith dalam The Wealth of Nations (1776), persaingan akan mendorong alokasi faktor produksi ke arah penggunaan yang paling bernilai tinggi dan efisien.[1] Proses ini sering disebut tangan tak terlihat (invisible hand).[2]
Industri penerbangan adalah contoh persaingan yang menyebabkan bertambahnya pilihan dan turunnya harga.
Dalam teori mikroekonomi, persaingan dalam suatu pasar dibedakan menjadi persaingan sempurna dan persaingan tidak sempurna. Pasar yang tidak memiliki persaingan disebut monopoli. Adanya persaingan menyebabkan perusahaan-perusahaan komersial untuk mengembangkan produk, teknologi dan jasa, sehingga menyebabkan lebih banyaknya pilihan, menghasilkan produk yang lebih baik, dan harga yang lebih rendah.
Menurut ahli ekonomi Jerman dari lembaga Friedrich Naumann Stiftung, Dr. Rainer Adam berpendapat bahwa persaingan adalah suatu mekanisme yang efektif dan efisien yang bertujuan untuk menemukan solusi-solusi baru atas masalah-masalah baru dan tantangan-tantangan baru yang selalu muncul dalam dunia ekonomi.[3]
Rainer Adam juga menambahkan, persaingan juga dapat diartikan sebagai instrumen non-otoriter yang mencegah munculnya kekuatan dominan dalam sistem ekonomi, sekaligus membatasi kekuasaan pada umumnya.[4]
Ahli ekonomi Britania Raya berdarah Austria, August von Hayek menyatakan persaingan dalam ekonomi terkait dengan mekanisme pasar terhadap harga-harga. Menurutnya secara singkat, sistem harga mentransfer informasi dengan cara yang paling singkat dan sederhana antara produsen dan konsumen. Dari transfer informasi itu kemudian para pelaku pasar dapat menganalisa indikator-indikator ekonomi untuk menghasilkan suatu kesimpulan sendiri. Hasil analisa para pelaku pasar itu kemudian akan menghasilkan perubahan pada perilaku pasar berdasarkan inovasi-inovasi organisasional dan teknis.[3]
Mekanisme
Menurut August von Hayek, mekanisme persaingan mulai dari proses analisa, hingga terciptanya kesimpulan dan invoasi dari pelaku pasar akan menciptakan suatu iklim pasar yang memaksa pelaku pasar untuk beradaptasi. Proses adaptasi itu kemudian terdiri dari banyak langkah-langkah kecil yang diambil berdasarkan keputusan orang per orang dalam sistem pasar. Proses ini berfungsi menciptakan suatu iklim keseimbangan dalam pasar, keseimbangan antara kepentingan dan membentuk sifat sosial dan politis.[3]
Setelah proses adaptasi, kemudian ada yang disebut proses evaluasi atau juga disebut "trial and error". Proses trial and error ini berguna untuk mencegah masyarakat melakukan kesalahan fatal yang berujung pada kolaps-nya ekonomi suatu negara.[5] Proses ini juga berguna untuk membuktikan pasar merupakan mekanisme alokasi sumber daya yang terbatas dan unggul.[4]
Kelebihan Persaingan Ekonomi
Menurut Rainer Adam, ada tiga hal yang dapat dipandang sebagai kelebihan atau keuntungan dengan adanya persaingan dalam ekonomi. Tiga hal tersebut antara lain:
Kelebihan Persaingan dalam Sistem Ekonomi Makro
Rainer Adam juga menambahkan secara spesifik beberapa hal yang membuat persaingan ekonomi adalah hal baik dalam ekonomi makro. Kelebihan-kelebihan yang dimaksud itu antara lain:[9]
Peraturan Mengenai Persaingan
Adam Smith, bapak ekonomi liberal.
Banyak negara membuat hukum dan undang-undang untuk mempertahankan persaingan pasar dan mencegah praktik anti-persaingan atau persaingan usaha tidak sehat. Contohnya, di Indonesia terdapat Komisi Pengawas Persaingan Usaha yang diamanatkan undang-undang,[10] dan di Amerika Serikat terdapat berbagai undang-undang yang disebut antitrust law.[11]
Contoh praktik-praktik yang dilarang menurut Undang-Undang RI No 5 tahun 1999 diantaranya adalah penetapan harga, pembagian wilayah, pemboikotan, kartel, dan persengkongkolan yang menyebabkan persaingan tidak sehat.[10]
Kritik
Prinsip persaingan dalam sistem ekonomi liberal kerap disalahartikan dalam semata-mata prinsip laissez-faire.[12] Bahkan bapak ekonomi liberal Adam Smith menyadari bahwa suatu perekonomian tidak akan dapat berkembang di dalam suatu wilayah yang menihilkan keberadaan negara. Sebaliknya, menurut Adam Smith peran negara diperlukan untuk membentuk kerangka hukum moral yang berfungsi sebagai pembatas dan pengatur tindakan para pelaku ekonomi. Pada 1776 Adam Smith juga pernah memperingatkan adanya potensi kecenderungan para pelaku ekonomi untuk berkonspirasi membatasi pasar dan menaikkan harga-harga demi keuntungan masing-masing korporasi.[13]
Sumber: id.wikipedia.org
Ilmu Pendidikan
Dipublikasikan oleh Admin pada 12 Maret 2022
Pengondisian klasik adalah suatu proses belajar yakni stimulus netral dapat memunculkan respon baru setelah dipasangkan dengan stimulus yang biasanya mengikuti respon tersebut.[1] Pengondisian klasik ini pada mulanya ditemukan oleh Ivan Pavlov, fisiolog dari Rusia ketika sedang melakukan penelitian eksperimen mengenai proses produksi air liur pada anjing.[2] Ia melihat bahwa anjing tersebut tidak hanya merespon berdasarkan kebutuhan biologis (rasa lapar), tetapi juga sebagai hasil dari proses belajar yang kemudian disebut sebagai pengondisian klasik.[1] Dalam ilmu psikologi, pengondisian klasik digunakan sebagai terapi untuk mengubah perilaku individu.[3]
Ivan Pavlov, penemu pengondisian klasik
Eksperimen Pavlov
Pengondisian anjing Pavlov
Pada awal kariernya, Ivan Pavlov bukanlah peneliti di bidang psikologi.[4] Ia adalah fisiolog yang mempelajari sistem pencernaan pada anjing.[4] Pada eksperimennya, Pavlov memasang sebuah selang pada kelenjar liur seekor anjing untuk mengukur jumlah produksi air liur anjing tersebut.[5] Ia membunyikan sebuah bel dan setelah beberapa detik kemudian memberikan makanan kepada anjing tersebut.[1] Pemasangan stimulus antara membunyikan sebuah bel dan memberikan makanan kepada anjing tersebut dilakukan berulang kali dan direncanakan dengan sangat hati-hati.[1] Pada awalnya, anjing tersebut akan mengeluarkan air liur ketika makanan telah dimunculkan.[1] Tidak lama kemudian, anjing tersebut mengeluarkan air liur ketika mendengar suara bel.[1] Bahkan pada eksperimennya, ketika Pavlov menghentikan pemberian makanan, anjing tersebut masih mengeluarkan air liur setelah mendengar suara bel.[1] Anjing tersebut telah mengalami pengondisian klasik dalam mengeluarkan air liur setelah mendengar suara bel.[1] Berkat eksperimennya, pada tahun 1904 Ivan Pavlov memenangkan hadiah Nobel di bidang psikologi dan kedokteran atas karyanya mengenai pencernaan.[6]
Komponen Pengondisian Klasik
Refleks Baru
Menurut Pavlov, refleks mengeluarkan air liur pada anjing tersebut terdiri dari sebuah stimulus tidak terkondisi (unconditioned stimulus) berupa makanan, dan sebuah respon yang tidak terkondisi (unconditioned response) yakni produksi air liur.[2] Stimulus tidak terkondisi adalah sebuah kejadian atau suatu hal yang menghasilkan sebuah respon secara otomatis atau menghasilkan refleks yang alami.[2] Sedangkan respon tidak terkondisi adalah respon yang dihasilkan secara otomatis.[2] Menurut Pavlov, proses pengondisian klasik terjadi ketika sebuah stimulus netral (stimulus yang tidak atau belum menghasilkan sebuah respon tertentu) dipasangkan secara teratur dengan sebuah stimulus tidak terkondisi selama beberapa kali.[2] Stimulus netral ini kemudian akan berubah menjadi stimulus yang terkondisi (conditioned stimulus) yang menghasilkan sebuah proses pembelajaran atau respon terkondisi (conditioned response), serupa dengan respon alamiah.[2] Contoh pada eksperimen Pavlov adalah bel yang dibunyikan.[2] Sebelumnya bel yang dibunyikan tidak menghasilkan air liur pada anjing.[2] Bel ini kemudian menjadi sebuah stimulus terkondisi yang menghasilkan respons produksi air liur.[2]
Generalisasi dan Diskriminasi
Pavlov mencatat bahwa respon terkondisi juga akan muncul sebagai respon terhadap stimulus yang mirip dengan stimulus terkondisi.[7] Hal ini mengindikasikan terjadinya generalisasi stimulus (stimulus generalization) pada semua stimulus yang mirip.[7] Generalisasi stimulus adalah kemampuan individu untuk bereaksi terhadap stimulus baru yang mirip dengan stimulus yang telah dikenalinya.[5] Contohnya adalah seorang anak kecil bernama Albert yang sudah terkondisi untuk merasa takut terhadap tikus berwarna putih, kemungkinan juga ia akan mengembangkan ketakutan terhadap benda lain yang berbulu dan berwarna putih.[1] Akan tetapi respons terkondisi tidak akan muncul untuk semua stimulus yang mirip, menunjukkan bahwa individu juga dapat belajar untuk membedakan stimulus yang berbeda.[7] Hal ini disebut sebagai diskriminasi stimulus (stimulus discrimination).[7] Diskriminasi stimulus adalah kecenderungan untuk merespon dengan cara yang berbeda pada dua atau lebih stimulus yang serupa.[2] Sebagai contoh anjing bernama Milo telah dikondisikan untuk mengeluarkan air liur pada nada C suara piano dan dipasangkan dengan makanan.[2] Ketika memainkan nada C pada suara gitar tanpa diikuti oleh makanan maka hasilnya adalah Milo akan belajar untuk menghasilkan air liur pada nada C di piano dan tidak pada nada yang sama ketika memainkan pada suara gitar.[2] Dalam hal ini Milo dapat membedakan atau melakukan diskriminasi terhadap kedua suara tersebut.[2]
Extinction
Extinction (pemadaman) adalah proses melemahnya respon terkondisi yang telah dipelajari dan pada akhirnya menghilang.[2] Kondisi ini terjadi ketika stimulus terkondisi tidak lagi dipasangkan dengan stimulus tidak terkondisi.[2] Misalnya korban pemerkosaan yang mempunyai kepribadian penakut ketika pergi ke suatu pesta dapat mengalami perubahan kepribadian yang signifikan jika ia mau mencoba untuk berulang kali menghadapi ketakutannya dengan ditemani oleh teman yang mendukungnya.[7]
Counterconditioning
Counterconditioning merupakan prosedur dalam pengondisian klasik untuk melemahkan sebuah respon terkondisi dengan mengasosiasikan stimulus penyebab ketakutan dengan respon baru yang tidak sesuai dengan ketakutan.[8] Seorang peneliti bernama Mary Cover Jones mampu menghilangkan ketakutan seorang anak berusia 3 tahun bernama Peter.[8] Peter memiliki banyak ketakutan terhadap tikus putih, mantel berbulu, katak, ikan dan mainan mekanik.[8] Untuk menghilangkan ketakutannya, Jones membawa seekor kelinci ke hadapan Peter, namun tetap menjaga jarak agar tidak terlalu dekat dan membuat Peter kesal.[8] Di saat yang sama ketika kelinci dibawa ke hadapan Peter, Peter diberikan biskuit dan susu. Selama beberapa hari berturut-turut, kelinci dibawa semakin dekat kepada Peter selama Peter makan biskuit dan minum susu.[8] Akhirnya, Peter sampai pada suatu titik ia memakan makanannya dengan satu tangan, dan memberi makan kelinci dengan tangannya yang lain.[8] Perasaan senang yang dihasilkan oleh biskuit dan susu tidak sesuai dengan rasa yang takut dihasilkan oleh kelinci, sehingga kahirnya rasa takut Peter hilang melalui counterconditioning.[8]
Terapi Perilaku Pengondisian Klasik
Terapi perilaku menggunakan prinsip-prinsip belajar untuk mengurangi atau menghilangkan perilaku maladaptif.[9] Beberapa perilaku terutama rasa takut dapat dipelajari melalui pengondisian klasik.[9] Bila rasa takut dapat dipelajari, maka tentu saja dapat dibalikkan dengan prinsip yang sama juga.[9] Beberapa terapi perilaku yang menggunakan pengondisian klasik adalah desensitisasi sistematis dan pengondisian aversif.[9]
Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis (systematic desensitization) adalah sebuah metode perilaku terapi yang didasarkan pada pengondisian klasik dengan membuat individu mengasosiasikan relaksasi mendalam secara bertahap dengan stiuasi yang menimbulkan kecemasan.[9] Pada desensitisasi sistematis, terapis bertanya tentang aspek yang paling menakutkan dan paling tidak menakutkan.[9] Lalu terapis mengatur individu dalam situasi-situasi berdasarkan daftar urutan mulai dari yang paling menakutkan hingga tidak menakutkan.[9]
Tahap berikutnya adalah mengajarkan individu untuk rileks.[9] Individu dapat belajar mengenali adanya kontraksi otot atau tegangan pada berbagai bagian tubuh dan kemudian bagaimana untuk menegangkan dan melemaskan otot-otot yang berbeda.[9] Ketika individu sudah merasa rileks, terapis meminta individu untuk membayangkan stimulus yang paling kurang ditakut dalam daftar urutan.[9] Kemudian terapis bergerak ke atas sesuai dengan daftar yang telah dibuat, dari yang paling kurang ditakuti hingga paling ditakuti.[9] Sementara posisi klien tetap bertahan dalam kondisi rileks. Maka kemudian, individu dapat membayangkan situasi yang paling menakutkan tanpa harus merasa takut.[9] Dengan cara ini individu belajar untuk rileks sementara, bukan mencemaskannya.[9] Desensitisasi sitematis sering digunakan sebaga cara mengatasi fobia secara efektif seperti ketakutan memberi pidato, ketakutan akan ketinggian, ketakutan akan terbang, ketakutan akan anjing dan ketakutan akan ular.[9] Bila individu takut dengan ular, seorang terapis awalnya akan meminta individu menyaksikan orang lain memegang ular dan kemudian meminta individu melakukan perilaku yang semakin ditakuti.[9] Pertama-tama, individu akan berada pada satu ruang yang sama dengan ular, lalu kemudian mendekati ular tersebut, kemudian menyentuh ular tersebut dan pada akhirnya dapat bermain dengan ular.[9]
Pengondisian Aversif
Pengondisian aversif adalah terjadinya pemasangan berulang dari sebuah perilaku yang tidak diharapkan dengan sebuah stimulus aversif untuk menurunkan penguatan yang didapatkan dari perilaku.[9] Pengondisian aversif digunakan untuk mengajarkan individu menghindari perilaku tertentu, seperti merokok, makan berlebihan, dan minum alkohol.[9] Cara yang digunakan dalam pengondisian aversif untuk mengurangi konsumsi alkohol individu adalah ketika individu minum minuman beralkohol, ia juga harus mengonsumsi minuman campuran yang membuat pusing dan mual.[9] Dalam istilah pengondisian klasik, minuman alkohol adalah stimulus yang dikondisikan, dan zat yang membuat mual adalah stimulus yang tidak dikondisikan.[9] Melalui pemasangan berulang antara alkohol dengan zat yang membuat mual, alkohol akan menjadi stimulus terkondisi yang menghasilkan mual.[9] Mual pada pengondisian aversif ini akan menjadi respon yang dikondisikan.[9] Sebagai konsekuensi, alkohol tidak lagi diasosiasikan dengan sesuatu yang menyenangkan, tetapi sesuatu yang sangat tidak menyenangkan.[9]
Sumber: id.wikipedia.org