1. Pertanyaan dari Bapak Majamas
Boleh tahu mana yang lebih mahal untuk maintenance menggunakan Infrared Analysis, Vibration Analysis atau Lubricant Analysis untuk di Refinary?
(Penjelasan pertanyaan diatas)
Kebetulan kita ada proses pembangunan refinery itu mengubah sampah urea menjadi cairan. Pabriknya baru pertama di Indonesia sedang dibangun di Morowali. Jadi saya ingin bertanya proses maintenance ini karena produknya dari Cina semua. Yang saya lihat yang dipasang itu bahannya yang rework, karena yang mau dihasilkan itu asam sulfat. Tanah yang sisa dari tambang emas itu diolah dan bisa menghasilkan asam sulfat. Pembakaran yang terjadi di tungkunya nanti dengan boiler akan terjadi asam sulfat, asam sulfat ini adalah untuk mengolah nikel. Kita coba berusaha membangun itu, sehingga pabrik-pabrik yang ada di Indonesia nanti membeli dari sini.
Jawaban dari Nara Sumber: Biasanya pada saat instalasi Project awal itu nanti pada saat commissioning ini sangat dibutuhkan. Dari pertanyaan tadi tiga pilihan tersebut itu sebenarnya semuanya harus jalan tidak bisa salah satu. Kalau secara fungsinya infrared analysis itu untuk mengecek kebocoran-kebocoran untuk listrik, panas dan juga nanti dari segi bangunan. Atau kalau memiliki chiller itu akan ketahuan ada dingin yang terbuang sia-sia, namun itu dilakukan ketika commissioning saat penerimaan, itu harus di set benar-benar. Terkadang lassan dari Cina kurang baik, mungkin akan banyak kebocoran atau mungkin Selama perjalanan saat pengiriman ada karat atau ada lasannya yang sedikit pecah karena benturan dan segala macam, itu sangat diperhatikan.
Yang pertama infrared analysis itu penting untuk dari sisi panel electrical itu (seperti pada video).
Kalau untuk vibration analysis biasanya di motor, pompa, genset itu dipakai. Kalau ada sampai 300 pompa harus dianalisa, ada hasil pengukuran, karena nanti arahnya ke alignment atau nanti pemasangan springnya kurang kencang moutingnya. Kalau yang terakhir lubricant itu lebih ke arah kalau bapak memiliki kompresor atau genset, atau mesin-mesin yang menggunakan lubricant, ada scrull, itu harus ada. Jadi setelah pemakaian setahun atau 2 tahun baru bisa kita analisa, kalau baru biasanya masih bawaan, belum terlihat, olinya masih ada kandungan bawaan gramnya atau mungkin ada campuran airnya dan segala macam, itu masih belum terasa sampai 2 tahun. Yang bisa kerasa nanti ketika jalan, secara inspeksi terutama dari operatornya. Efeknya itu getaran, panas secara indra perasa itu bisa kita dapat, kalau sudah muncul normal itu bisa dilakukan dengan olinya. Jadi semuanya digunakan, kalau pabrik baru biasanya sudah ada BMS, biasanya semua termonitor.
Pertanyaan lanjutan
Kalau untuk pemeriksaan ini apakah ada orang khusus atau memang kita harus membeli alat-alatnya, seperti infrared, kalau lubricant itu alat tertentu.
Jawaban: Ada, tetapi normalnya ketika commissioning, kontraktor yang akan monitor, harus ditagih sendiri. Biasanya kalau ada kontak service dilakukan maintenance.
Kalau sudah lama itu biasanya sudah tidak commissioning lagi, langsung pengecekan total, kalau pengecekan komisioning kita bandingkan dengan starload, gambarnya. Kalau oli ini harus flat, banyak di Jakarta. Kalau vibration dan infrared ini cukup umum, ada beberapa konsultan memiliki pekerjaan untuk bisa mengaudit ini.
Harusnya kalau menerapkan TPM, yang tadi saya jelaskan di awal itu sudah ada ceklisnya, jadi setiap barang itu oleh operator sudah ada ceklisnya, seharian sebelum menjalankan atau mungkin monitoring harian itu ada ceklisnya. Contohnya ceklisnya ada logo tangan artinya kita bisa pegang atau rasakan pompanya ke motornya dia panas atau tidak. Ada getaran atau tidak, ada suara berisik atau tidak, itu ada ceklisnya biasanya. Kalau biasa per bulan dilakukan maintenance itu bisa dicek amperenya balance atau tidak. Setelah dilakukan pengecekan amperenya naik atau seperti apa, itu yang dilakukan untuk PMnya, tapi itu setelah pabrik jadi, harus sudah ada ceklisnya. Karena untuk 300 pompa banyak, jadi sehari-hari harus dilakukan monitoring rutin.
Pertanyaan Lanjutan
Kalau untuk kita menginspeksi secara infrared analysis itu lebih mahal?
Jawaban: Tidak, tidak mahal. Kalau bapak bisa membeli sendiri, bisa membeli sendiri untuk maintenance.
2. Pertanyaan dari Bapak Reza
Kebetulan salah satu aktivitas saya ini sebagai Project Manager untuk pembangunan pabrik baru. Ada pabrik untuk tradisional, ada pabrik kosmetik juga.
Yang ingin saya tanyakan, karena memang sebelumnya saya belum mengetahui mengenai analisa kekuatan bangunan, sebelumnya bangunan yang saya tempati ini dibangunnya oleh pihak yang lain, Kami ingin mengetahui apakah bangunan lantai 2, lantai 3, per meter perseginya bisa untuk menampung beban seberapa berat maksimalnya, Mohon informasi pencerahannya.
Jawaban dari Nara Sumber: Betul, mesin-mesinnya biasanya kalau di industri Farmasi itu bangunannya bertingkat, jadi bukan memanjang karena lahannya juga terbatas, kasusnya dulu saya pernah mengalami juga.
Sebelum kita melakukan suatu Project itu biasanya kita harus tahu kedepannya ini equipment terutama termasuk building itu fungsinya untuk apa. Jadi ketika bangunannya lantai 2 dibutuhkan kekuatannya per meter persegi itu berapa itu harus dilihat lagi ke gambar desain bangunan saat awal. Ketebalannya berapa, saya bukan ahli bidang sipil atau konstruksi tetapi ketika beberapa Project pembangunan itu kita terlibat, jadi kita tahu sebenarnya nanti bangunan ini kekuatannya per meter persegi itu mampu menampung berapa kg atau ton. Sehingga nanti kalaupun tidak kuat harus
Dilakukan penambahan kekuatan, penambahan fondasi plus nanti di bawahnya dikasih kolong-kolong juga, tetapi itu nanti didiskusikan ke ahlinya saja atau ke kontraktornya. Karena kita tidak tahu mesinnya itu, pertama aspek mesinnya berarti berapa, balance atau tidak beratnya, kedua dia ada vibrasi atau tidak, dan yang ketiga dia ada penampungan air atau tidak, ataupun ada kemungkinan lain.
Tetapi yang pasti harus dilihat dari desain bangunannya sendiri itu seperti apa di awal, kalaupun tidak kuat nanti tetap bisa ditambah kolom atau perkuatan-perkuatan lain. Itulah pentingnya TPM dalam manufaktur itu biasanya ada ahli manajemen, jadi kita bisa tahu dalam beberapa kolom itu bangunannya akan untuk apa lalu kita akan melakukan ekspansi mesin-mesin apa saja, mesinnya kompatibel atau tidak dengan bangunan dan lingkungan. Semoga bisa membantu menjawab.
3. Pertanyaan dari Bapak Majamas
Kalau sistem manajemen perusahaan Cina dengan Jepang itu berbeda ya?
Jawaban dari Nara Sumber: Beda Pak, maintenance Jepang sudah jelas lebih bagus, mereka lebih ke quality. Memang concer-nya belum ke arah situ, tapi pelan-pelan kita melihat mungkin seperti Korea, zaman dulu tidak ada apa-apanya manufaktur. Kalau manajemen Cina ini biasanya mereka bisa menjual barang sebanyak-banyaknya dengan harga yang murah sehingga pasar itu larinya ke mereka semua. Tapi kalau saya lihat beberapa tahun terakhir, 5 tahun terakhir itu perusahaan-perusahaan asing terutama yang terkenal, elektronik branded, mesin mereka punya pabrik di Cina, karena disana tenaga kerjanya lumayan murah dan mereka juga mengawasi secara quality. Kalau mindset perusahaan Cina biasanya mereka itu orang-orangnya kerjanya luar biasa, karena mereka terbiasa polanya dibayar secara output, kalau di kita itu dibayarnya masih secara jam kerja. Tapi outputnya ada pertimbangan, kalau outputnya kurang dari standar mereka mungkin dapat potongan, kalau outputnya lebih mereka mendapat reward. Oleh karena itu mereka bekerja output sampai gila-gilaan, hingga tiap tahun dievaluasi outputnya akan dinaikkan lagi standarnya sampai sudah optimal.
Saya pernah pakai kontraktor Jepang, kalau Cina pernah pakai water sistemnya, perbedaannya adalah Jepang jauh lebih mahal tapi secara kualitas, kerapihan mereka menjaga, tapi untuk harga lama-lama perusahaan melihatnya itu setengahnya, dua sampai tiga kali lipat, pelan-pelan sekarang banyak yang masuk dari Cina, Taiwan juga, karena secara teknologi mereka sudah dapat karena memang banyak perusahaan asing masuk ke tempatnya, mereka sudah mengembangkan juga sudah bisa mencuri ilmunya, tapi memang banyak faktor yang harus diperhatikan. Oleh karena itu harus dikuatkan dari sisi safety dan commissioning, karena mereka kejar cepat, belum tentu kualitasnya akan serapi kalau pakai kontraktor Jepang. Kalau Jepang sudah jelas mahal sekali, itu sulit bersaing.
Pertanyaan Lanjutan
Saya ingin bertanya Kalau kita membeli proyek dari Cina dan Jepang, kalau Jepang itu sudah fix dia tidak akan berubah cost-nya?
Seperti di tempat saya ini cost-nya membengkak. Kenapa selalu seperti itu Cina berhenti di tengah jalan?
Jawaban: Itu sepertinya karena kontraknya tidak jelas, bisa dari beberapa faktor, kita tidak tahu ada permainan atau segala macam. Karena biasanya kalau di swasta, mulai dari kontrak aanwijzing-nya sampai tendernya sampai terakhir itu jelas terbuka semua. Semua kerjaan all-in, all-in artinya tidak ada kerja tambah, kalau ada kerja tambah dia yang diminta oleh user, jadi user benar-benar minta. Jadi selama sekopnya masih jelas tidak ada kerja tambah. Kalau biasanya saya dari awal aanwijzing sudah jelas, ada statement seperti itu, kalau tidak mampu menyelesaikan tepat waktu pinalti. Kita pernah kontraktor Jepang atau Cina tapi tidak, bahkan terakhir kita beli dari Cina tidak ada pembengkakan biaya bahkan kita proteksi dengan kalau tidak tepat waktu kita kasih pinalti. Kalau ada percepatan ada biaya ekstra mungkin, balik lagi ke kontraknya seperti apa.
Profil InstrukturJacky Chin, S.T., M.T,, CEM, Ph.D
Praktisi Profesional Industri, Senior Engineering Manager PT. Argo Manunggal Triasta, Dosen Teknik Industri Universitas Mercubuana
Deskripsi Pemateri:
Pendidikan
Ph.D, Doctoral Degree - National Taiwan University of Science and Technology (NTUST)
Majoring in Industrial Engineering Management GPA 3.95
Post Diploma BMC College Singapore – MEP Design
Magister Degree Industrial Engineering – Mercu Buana University
Bachelor Degree Mechanical Engineering - Catholic University of Atma Jaya
Trainings & Professional Certificate:
• Certified Energy Manager (Association of Energy Engineers-USA)
• Fire Safety Manager (BNSP)
• ISCEA Certified Supply Chain Analysis
• Prasetya Mulya Univ, Middle Management Program (Mini MBA)
• Training SGS for internal Auditor (ISO 9001:2008, ISO14001:
2004; OHSAS 18001, ISO 17025 Calibration)
• Training (ISO 9001:2015, ISO14001: 2015; ISO 45001)
• Total Productive Maintenance system JIPMS
• Energy Management system, Building Maintenance and Environmental Proper
• LEAN MANUFACTURING & KAIZEN ( CONTINUOUS IMPROVEMENT) & 5S
• FAT in Italy for Autoclave machine
• FAT in Shanghai China for Mixing tank machine
• FAT in Italy for Pure Steam Generator machine
• ERP ORACLE system
• Quality Risk Assessment
• AutoCad for MEP and Autodesk Revit for Building
• Good Manufacturing Practices (GMP)
Achievements