1. Pertanyaan dari Bapak Basuki Winarno
Dengan dasar Industri 4.0 yang sangat masif, kita melihat banyak sekali dinamika keruntuhan dan kelahiran industri manufaktur. Hal ini, karena inovasi yang terus harus dikembangkan antara inovasi sendiri. Artinya, investasi dan juga pertumbuhan yang terus-menerus. Bagaimana kita menyikapi supaya industri manufaktur tetap bisa tumbuh dan sustain, namun tetap dengan biaya yang kompetitif?
Jawaban: Harus mau reformulasi ulang dari strategi perusahaan, betul bahwa ini kebijakan, jadi perusahaan harus menyikapi dia di posisi mana dan bagaimana strategi agar bisa dihadapi untuk bermain di mana. Jadi strategi perusahaan ditetapkan dulu, apakah strategi efisiensi ataukah strategi yang sempat responsibilitas, responsif atau fleksibilitas. Ini saya kira menjadi kunci supaya dia tetap bisa masuk pada apa yang nanti bisa dia kembangkan dan bisa diambil dalam entah itu bisnis ataupun juga dalam bagaimana perusahaan itu bisa sustain. Jadi saya kira ketahui bagaimana perusahaan itu bisa membuat strateginya dulu. Bahwa keruntuhan terjadi ya, saya kira itu bukan masalah tidak semata-mata inovasi, inovasi itu juga tetap berkembang untuk suatu ranah tertentu, tidak semua inovasi diperlukan. Kebutuhan-kebutuhan produk dasar seperti misalnya makanan itu inovasi tidak perlu banyak, kalaupun inovasi mungkin hanya sekedar aksesoris, supaya tampilannya lebih bagus tapi pada dasarnya itu tidak banyak terjadi inovasi, hanya meningkatkan bagaimana supaya lebih sehat. Inovasi itu bukan untuk meruntuhkan, perusahaan yang kecil ataupun tidak bisa mengusahakan fasilitas yang perlu untuk mencapai inovasi itu, tapi novasi itu pasti ditujukan pada suatu lingkup perusahaan tertentu. Perusahaan sepandai-pandai menentukan strategi apa yang paling tepat yang bisa dimasuki untuk bisa tetap eksis. Kalau dalam hal teknologinya secara penggunaan teknologinya di praktek itu akan mengikuti dari strategi kebijakan itu. Kalau efisiensi misalnya itu banyak teknologi yang bisa dikembangkan untuk efisiensi misalkan penggunaan supaya lebih hemat yaitu real time, misalnya penggunaan data terintegrasi atau simulasi, itu untuk menghemat biaya prototipe atau untuk menghemat real time dari produknya sendiri. Saya kira itu bagaimana supaya eksis dan bisa sustain perusahaan-perusahaan itu, jadi tak sangat tergantung bagaimana mengetahui lingkup yang dia masuki atau strategi yang akan digunakan, harus belajar itu. Jadi informasi saja nanti mengenai strategi ini akan saya bahas di series manufaktur untuk paket tema berikutnya 11 sampai mungkin 15 nanti, tentang strategi perusahaan dan strategi manufakturnya, nanti mudah-mudahan bisa kita bahas lebih detail di sana.
2. Pertanyaan dari Ibu Nofriani Fajrah
Mengenai ergonomic aspect untuk Industri 4.0 itu mungkin seperti apa ya? Apakah sudah ada keterbaruan terkait itu? Mungkin boleh dishare?
Jawaban: Memang masih terus dikembangkan ergonomic ekonomika baik yang mikro maupun makro. Mikro, penyesuaian kerja pada alat-alat atau teknologinya, misalnya dengan robot, sekarang berbeda sikap kerjanya dengan adanya robot, atau dengan mesinnya yang terotomatisasi dengan IoT bekerja otomatis atau semi otomatis. Bagaimana posisi kerja atau postur kerja harus disesuaikan kalau keadaan mesinnya semacam itu itu masih terus dikembangkan bagaimana yang dulunya manual harus dengan motion state. Sekarang kalau dengan teknik semacam itu manusia harus bagaimana, secara fisik, tapi juga secara nonfisik yang tadinya manusia harus hadir di lantai produksi sekarang dia mungkin banyak duduk di belakang komputer sebagai moderator, dashboard misalkan.
Sudah berkembang juga bagaimana sikap kerja kalau di belakang meja atau di depan komputer atau pengendali semacam itu. Dengan waktu yang lebih lama lagi dibandingkan dengan dulu, kalau manusia harus hadir di lantai produksi itu harus diteliti. Maka muncul adanya interaksi manusia dengan mesin, atau manusia komputer. Itu juga sedikit banyak akibat dari perkembangan teknologi produksi yang menggeser manusia yang tadinya di floor ke belakang meja, itu contohnya mikro. Yang makro, bagaimana manusia ini secara dengan tenaganya yang tadinya dengan mesin sekarang dia banyak berhubungan dengan orang, koordinasi dengan organisasinya. Interaksi dengan mesinnya akan berkurang tetapi dia banyak berinteraksi secara sosial. Maka muncul organisasi ekonomi makro, maka saya kira karena pergeseran dari cara kerja manusia tadi dengan sebagai salah satu akibat pada penerapan industri 4.0 ini, perubahan cara kerja juga dan bagaimana makro ergonomik itu banyak akan diperlukan di sana, misalnya dalam membangun kelas sosial pada organisasinya, itu akan semakin bertambah. Saya kira pada ergonomic makro itu paling banyak riset di sana, karena pergeseran peran manusia itu. Jadi tetap pada saya kira di ergonomic micro maupun ergonomic makro itu tetap ada, terutama saya kira dugaan saya di ergonomic makanya itu akan nantinya kalau benar-benar sudah masif, teknologi produksi ini di manufakturnya itu, makro itu sangat dibutuhkan.
Profil InstrukturIr. B. Laksito Purnomo, S.T., M.Sc, IPM, ASEAN Eng, CSCA, CSCM
Dosen Teknik Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Deskripsi Pemateri:
Pendidikan
• Sarjana Teknik Industri– S.T. ITB (1998)
• Master Manufacturing Management – M.Sc. University of Bradford, England, UK (2014)
• Insinyur – PSPPI ITB (2021)
Pekerjaan
Staf Pengajar, Departemen Teknik Industri, Universitas Atma Jaya Yogyakarta (2000 s.d. skrg)
Sertfikasi
• IPM dan Asean Eng. [PII]
• Certified Supply Chain Analyst [CSCA] – ISCEA
• Certified Supply Chain Manager CSCM – ISCEA
Organisasi:
• Institute of Industrial and System Engineering [IISE]
• Persatuan Insinyur Indonesia [PII]
• Perhimpunan Ergonomi Indonesia [PEI]
Pengalaman Proyek
• Pengadaan Barang & Jasa Pemerintah for Any Indonesian Local Government Agencies
• Owner Estimate/HPS for Petrokimia Company, PJB Rembang
• Purchasing-Procurement Management for Bank Rakyat Indonesia, Panti Nugroho Hospital Yogyakarta
• Suply Chain Management for PT Pupuk Sriwijaya Company, PBJ Muara Karang
Dll.