[Tanya Jawab] Sistem Perusahaan: Strategi dan Pengelolaan
Badan Kejuruan Teknik Industri Persatuan Insinyur Indonesia (BKTI - PII)

[Tanya Jawab] Sistem Perusahaan: Strategi dan Pengelolaan

Sistem Manufaktur Series #11
0 Peserta Enroll
0 Peserta Lulus
Average: 0
Rating Count: 0
You Rated: Not rated
( 0 )
Biaya untuk Umum
Rp0
Biaya untuk Mahasiswa/Freshgraduate
Rp0
Pemateri
Ir. B. Laksito Purnomo, S.T., M.Sc, IPM, ASEAN Eng, CSCA, CSCM

1. Pertanyaan dari Bapak Ghazali S.
Tadi sudah dipaparkan strategi di dunia Manufaktur. Mungkin bisa sedikit dibandingkan, kalau ini saya melihatnya lebih ke strategi ke mikronya, bagaimana strategi menangani Manufakturnya? Bisa diceritakan sedikit perbedaannya?

Jawaban: Kalau saya tadi tarik dari intelijen manufakturnya lalu ke atas, karena memang sekarang ini sangat bergantung pada industri 4.0. Di perusahaan manufaktur harus melihat isu itu kedepannya perusahaan harus menerapkan atau merespon bagaimana, tapi yang jelas jawabannya intelijen, perusahaan harus cerdas, inovatif. Memang klise tetapi itu jawabannya, strategi perusahaan yang bisa untuk menghadapi hal itu, itu inovasi yang dibutuhkan disana, inovasi dari semua lini. Kita sekarang ini sudah di era digital marketing, kemudian pekerjaan itu bisa tidak harus berada pada soft floor, karena kita berada pada IoT misalnya. Yang bekerja itu dari antar mesinnya, proses produksi, mesin itu bisa berinteraksi, pengendaliannya bisa dimana saja. Artinya strategi-strategi pengendalian itu sudah berubah, kalau evisit bisa diminimalkan. Komponen komponen biaya seperti teknologi untuk ke arah industri 4.0 itu semakin harus ditambah mau tidak mau, level manajerialpun tidak harus bekerja secara efisit bertemu. Perencanaannya semua bisa digitalkan, bisa dicoba di komputasi di cloud, sehingga orang bisa bekerja dimanapun, mungkin kantor juga tidak ada tapi orang bekerja dengan virtual, bisa dimanapun, meskipun faktornya ada, tapi faktornya pun hanya mesin yang bekerja saja mereka seperti manusia berinteraksi tapi  pengendalinya tidak terlihat tapi ada. Itu yang sangat kental pengaruhnya kedepannya termasuk UMKM, jadi jangan berkecil hati UMKM itu nanti bagaimana kedepannya, mudah-mudahan tetap, meskipun tidak sepenuhnya seperti perusahaan-perusahaan besar, minimal digital marketing itu yang selalu digaungkan, mereka harus bermetamorfosis ke sana. Jadi bagaimana bisa mendelivery produknya dan juga mendapatkan pasar harus disesuaikan dengan keadaan yang sekarang ini, dan juga kedepannya di industri 4.0. Saya kira itu isu-isu yang bisa ditarik dari softwarenya kemudian ke strategi korporasinya, tapi secara bisnis sama saja, rumusnya sama begitu-begitu saja namanya profit adalah revenue dikurangi cost, hanya sekarang komponennya, komponen dari masing-masing itu harus menyesuaikan dengan keadaan, entah itu teknologi, inovasi yang dilakukan, termasuk juga ruang lingkup, dengan adanya industri 4.0 ruang lingkupnya cukup besar lagi. Maka disesuaikan komponen-komponen itu, tetapi tetap ujungnya profit itu revenue dengan cost. Rumus tetap tetapi elemen yang berubah, maka perusahaan harus pintar-pintar mengidentifikasi cost-cost yang hidden, yang selama ini cost-nya tidak tampak, yang di era-era sebelumnya itu tidak tampak tapi sekarang harus ditampakkan, misalkan biaya untuk internet virtual, termasuk cost untuk Psychosocial. Hidden cost itu semakin dilihat, semakin diperhitungkan, tapi ada juga cost yang hilang tapi bermetamorfosis ke keadaan yang lain tetapi cost yang selama ini ada misalnya cost untuk listrik pada suatu kantor, karena pekerjaan ini sudah tidak di fisik di kantor jadi cost atau biaya untuk listrik yang dikantor bermetamorfosis di cost yang lain, mungkin harus ditanggung cost sendiri-sendiri tapi biaya itu akan semakin murah karena tidak harus melibatkan suatu gedung atau suatu tempat yang membutuhkan biaya yang lebih besar. Seharusnya untuk industri yang semakin maju price itu semakin bisa lebih kompetitif, tapi komponen price harus dikalikan dengan demand, demand-nya semakin customize, karena rumus dari revenue adalah price * demand. Price tantangannya semakin kompetitif, semakin tetap atau lebih kecil lagi lebih murah. Tapi demand-nya tidak hanya satu jenis tapi variatif karena customize, harus berhati-hati di situ.

2. Pertanyaan dari Bapak Indra Jacobalis
Apakah proses pembelajaran Learning Curve bisa dikuantitatifkan?

Jawaban: Seingat saya learning curve itu ada modelnya, jadi ada rumusnya, rumus eksponensial. Jadi misalnya operator itu, operator baru dia harus bekerja misalnya di work centre yang baru, dia harus melalui kurva belajar dulu, naik dahulu kemudian nanti konstan, itu sudah ada model rumus matematisnya. Jadi kalau dikuantitatifkan iya sudah bisa, dan memang ada, learning curve itu sudah ada persamaannya. Tapi model itu untuk setiap orang berbeda karena kemampuan orang berbeda, jadi mungkin harus dilihat kembali kemampuan apa yang dituntut untuk suatu pekerjaan, kemudian dari sisi umur operatornya, latar belakang pekerjaan itu berpengaruh juga. Mungkin tiap orang berbeda tetapi dengan semakin banyak data yang bisa dikumpulkan akan mendapatkan kecenderungan berapa orang itu akan cenderung konstan untuk kemampuan learning-nya itu, kurva ini naik kemudian cenderung datar, titik datar itulah yang harus di cari. Semakin banyak data-data yang didapatkan dari setiap orang itu kita bisa melihat, memetakan seberapa lama orang itu sampai pada tahap penyesuaian belajarnya.

Profil Instruktur

Ir. B. Laksito Purnomo, S.T., M.Sc, IPM, ASEAN Eng, CSCA, CSCM

Dosen Teknik Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta


Deskripsi Pemateri:

Pendidikan

• Sarjana Teknik Industri– S.T. ITB (1998)

• Master Manufacturing Management – M.Sc. University of Bradford, England, UK (2014)

• Insinyur – PSPPI ITB (2021)

Pekerjaan

Staf Pengajar, Departemen Teknik Industri, Universitas Atma Jaya Yogyakarta (2000 s.d. skrg)

Sertfikasi

• IPM dan Asean Eng. [PII]

• Certified Supply Chain Analyst [CSCA] – ISCEA

• Certified Supply Chain Manager CSCM – ISCEA

Organisasi:

• Institute of Industrial and System Engineering [IISE]

• Persatuan Insinyur Indonesia [PII]

• Perhimpunan Ergonomi Indonesia [PEI]

Pengalaman Proyek

• Pengadaan Barang & Jasa Pemerintah for Any Indonesian Local Government Agencies

• Owner Estimate/HPS for Petrokimia Company, PJB Rembang

• Purchasing-Procurement Management for Bank Rakyat Indonesia, Panti Nugroho Hospital Yogyakarta

• Suply Chain Management for PT Pupuk Sriwijaya Company, PBJ Muara Karang

Dll.

 

Kursus Lainnya

Operasi Warehousing

Operasi Warehousing

[Tanya Jawab] Perencanaan Kapasitas Manufaktur: Instrumen Validasi Perencanaan dan Pengendalian Produksi (Part 2)

[Tanya Jawab] Perencanaan Kapasitas Manufaktur: Instrumen Validasi Perencanaan dan Pengendalian Produksi (Part 2)

[Tanya Jawab] Teknologi Produksi Manufaktur dalam Konteks Industry 4.0

[Tanya Jawab] Teknologi Produksi Manufaktur dalam Konteks Industry 4.0

Perencanaan Tata Letak Fasilitas: Cellular Manufacturing

Perencanaan Tata Letak Fasilitas: Cellular Manufacturing

Perencanaan Tata Letak Fasilitas: Macro Level Design

Perencanaan Tata Letak Fasilitas: Macro Level Design

Perencanaan Tata Letak Stasiun Kerja

Perencanaan Tata Letak Stasiun Kerja

Next Generation Factory Layout (NGFL)

Next Generation Factory Layout (NGFL)

[Tanya Jawab] Pengelolaan Order Produksi: Respon dan Antisipasi Permintaan Konsumen

[Tanya Jawab] Pengelolaan Order Produksi: Respon dan Antisipasi Permintaan Konsumen

[Tanya Jawab] Sales and Operation Planning (S&OP): Rencana Agregat

[Tanya Jawab] Sales and Operation Planning (S&OP): Rencana Agregat