1. Pertanyaan dari Bapak Iwan Jayadi
Di mana kita bisa mendapatkan data pembanding dengan perusahaan sejenis untuk rasio keuangan?
Jawaban: Kalau untuk perusahaan kecil memang sedikit susah, karena mereka tidak mengeluarkan data keuangannya tapi kita bisa kira-kira kurang lebih dari banyak penjualan yang dia punya, dsb, jadi bisa kita kira-kira. Tetapi kalau perusahaan-perusahaan besar itu datanya ada di Bursa Efek Indonesia, jadi BEI itu mengeluarkan data-data, seperti liabilitis, aset, profit, itu ada semuanya karena perusahaan-perusahaan tersebut sudah terbuka, sudah menjadi milik publik sehingga dia harus memberikan informasi yang cukup untuk publik. Jadi itu ada kalau untuk perusahaan yang punya saham, tapi kalau untuk perusahaan kecil mereka memang tidak punya kewajiban untuk menshare keuangan mereka tapi kita bisa kira-kira dan melihat. Kita bisa bandingkan misalnya perusahaan yang punya konsumen di tokonya banyak didatangi orang, jadi kita bisa kira-kira penjualan dia seberapa banyak, jadi kita bisa kira-kira apakah perusahaan kita lebih bagus atau tidak.
2. Pertanyaan dari Bapak Yudi Yusuf
Ada nilai toleransi setiap parameter dianggap masih sehat, jadi untuk masing-masing rasio keuangan apakah ada range atau kisaran suatu rasio itu masih dianggap aman, diluar itu rasio keuangan dianggap tidak sehat?
Jawaban: Tidak ada absolut nilainya, pasti ada toleransinya itu namun toleransinya itu kita tidak bisa melihat berapa persennya, karena untuk masing-masing industri itu memiliki toleransi yang berbeda-beda, karakteristik dari satu perusahaan ke perusahaan yang lain juga punya karakteristik yang berbeda, jadi kalau dari persentase kita tidak bisa mencari toleransi yang sama. Kalau misalnya Bapak sering buka-buka web, perusahaan di Amerika itu lebih open, dia lebih mudah kita cari info-info keuangannya.
3. Pertanyaan dari Bapak Tumburu Siahaan
1) Untuk current ratio jika nilainya dibawah 100% apakah bisa?
2) Apakah jika Dept Equity Ratio melebihi 4 banding 1 apakah yang terjadi dengan kondisi perusahaan?
3) Bagaimana performance dari rasio keuangan yang baik atau standart sehingga bisa meyakinkan pihak bank apabila ingin melakukan pinjaman usaha, sehingga tidak MPL dan mengganggu kesehatan bank?
Jawaban:
1) Current ratio itu artinya kita menghitung tingkat likuiditas dari perusahaan kita, kalau rasio itu harus diatas 100%, kalau kurang dari 100% artinya ada masalah cash flow di perusahaan tersebut, atau perusahaan tersebut bisa jadi memiliki masalah untuk bayar kewajiban-kewajiban jangka pendek dia, jadi cash flownya tidak lancar.
2) Dept Equity Ratio itu masalahnya relatif, jadi kalau kita bandingkan antara banyaknya hutang dengan banyaknya ekuitas kita. Kalau misalnya kita banyak hutang, itu artinya kita punya kewajiban bayar hutang kita kepada pihak bank. Kalau misalkan Dept Equity Rationya kurang dari 4 artinya ada ekuitas yang dipakai disitu, jadi masalahnya Dept Equity Ratio ini juga hanya melihat resikonya secara hutangnya, apakah dia hutangnya banyak atau tidak, kalau misalkan kurang dari 4 artinya hutangnya sedikit, hutangnya lebih sedikit dibandingkan kalau diatas 4. Dari hal itu kita bisa melihat kewajibannya dia, dengan Dept Equity Ratio makin besar yang artinya hutangnya membesar apakah mampu perusahaan tersebut untuk membayar kewajiban jangka panjangnya.
3) Rasio tentang hutang itu ada untuk bayar pokok dan bayar hutang, dan itu harus ada ukurannya, diatas 0.5. Sebenarnya kalau bank sudah punya angka-angkanya untuk memberikan kredit kepada calon konsumennya atau debitornya. *Tertera pada layar power point, bisa menggunakan Fixed Payment Coverage Ratio, ini adalah salah satu pengukuran yang bisa dipakai oleh bank karena ini nilainya harus lebih besar daripada 1, artinya perusahaan ini punya kemampuan untuk membayar kewajiban pokok tiap tahunnya.
4. Pertanyaan dari Bapak Sudrajat
Rasio keuangan seperti apa yang bisa di toleransi dengan kondisi pandemi saat ini? Mengingat banyak perusahaan yang perusahaan yang kinerjanya buruk bahkan bangkrut, satu sisi pihak investor atau bank selalu menginginkan rasio keuangan yang baik untuk proyeksi keuangan pasca pandemi seperti apa yang wajar? Apakah harus tetap melihat rasio keuangan 2 tahun terakhir?
Jawaban: Kalau kita pakai rasio keuangan di 2 tahun terakhir itu bisa jadi untuk melihat kinerja perusahaan ketika belum ada pandemi, karena pandemi ini sifatnya adalah nasional dan ini mempengaruhi hampir semua perusahaan yang ada di Indonesia maupun di seluruh dunia jadi pasti ada toleransi dari bank, jadi bank juga pasti memberikan kebijakan kredit yang lebih longgar. Melihatnya tidak saat pandemi ini, karena kalau melihat saat pandemi ini sudah pasti rasio-rasio keuangannya amburadul semua, nilai-nilai saham pada rontok semua, belum ada yang kembali harga-harganya ke harga-harga sebelum pandemi, artinya bank bisa melihat bahwa perusahaan besar atau kecil mulai terkena dampak dari pandemi ini. Jadi kalau misalnya bank ingin survive, dia harus memberikan pinjaman, pinjaman yang prudential jadi harus hati-hati, kita harus melihat prospek dari perusahaan itu seperti apa kedepannya, apakah masih ada prospek, dan kita harus lihat secara historikalnya dia, misalnya 1 atau 2 tahun yang lalu bagaimana performansi rasio-rasio keuangannya, kalau bagus dan perusahaan masih prospek artinya why not bank memberikan pinjaman kepada mereka. Namun kalau misalnya dari historikalnya tidak bagus ditambah perusahaan tidak prospek di masa depan karena adanya pandemi ini, itu kita bisa lihat, kita bandingkan sehingga kita bisa melihat bagaimana bank memberikan kebijakannya kepada perusahaan-perusahaan tersebut.
Profil InstrukturDr. Sinta Aryani, ST, MAIS, IPU
Dosen Teknik Industri Telkom University
Deskripsi Pemateri:
PENDIDIKAN
S1, Teknik Industri, Institut Teknologi Bandung, 1992
S2, Bisnis dan Ekonomi, Oregon State University, 2000
S3, Ilmu Manajemen, Institut Teknologi Bandung, 2021
PEKERJAAN
·Part-time Faculty at School of Business and Management, August 2016 – Now
·Full-time Faculty at Telkom University, January 2015 – Now
·New Business Starter/Owner: Bandung-Lembang, December 2009 – 2016
·Industry Advisor at SENADA Indonesia Competitiveness, a program funded project by USAID, Bandung-Jakarta, June 2007 - July 2009
·Relationship Manager at SENADA Indonesia, a competitiveness program funded project by USAID, Bandung, May 2006 - May 2007