1. Pertanyaan dari Ibu Bonita Putri Utami
1) Terkait produktivitas aset yang diperlukan untuk analisa dan optimalisasi aset, namun sangat banyak alat-alat berat sehingga masing-masing mungkin metode perhitungannya dan produktivitasnya berbeda-beda. Pendekatan apa yang dapat digunakan untuk aset alat berat secara Pareto? Seperti yang tadi disampaikan adalah berdasarkan biaya, ukuran luas, serta unit pekerjaan yang dilakukan.
2) Sebagai evaluasi, batasan apa yang perlu dilihat sehingga bisa kita simpulkan bahwa suatu aset tidak produktif?
Jawaban:
1) Dari awal saya selalu menekankan, produktivitas alat itu tidak ada yang sama satu dengan yang lain. Apakah kita bisa memakai ukurannya volumetrik selalu? Tidak, itu kembali lagi kita lihat dari nature pekerjaannya, pekerjaannya seperti apa. Kalau kita mau berbicara Asset Management, kita harus benar-benar membuat sebuah aset manajemen yang lengkap untuk kita tahu, fungsi dari alat tersebut, produktivitasnya seperti apa, dan sebagainya. Di awal saya mengatakan, produktivitas kita bisa yang penting itu adalah ada sebuah rumus umumnya yang bisa kita gunakan untuk semua alat. Jadi kalau kita mau berbicara aset, analisisnya, optimalisasinya kita tidak bisa pukul rata, kita harus menghitung masing-masing. Katakanlah kita mau menggunakan dozer, dozer mau pakai ukuran luas atau ukuran volumetrik. Kantor atau tempat kita bekerja biasanya dozernya digunakan untuk apa. Kalau Katakanlah Bapak Ibu itu kantor di daerah biasanya untuk pertambangan, pembukaan lahan, berarti kita kalau mau melakukan analisis dan optimalisasi aset kita, maka dozer tersebut kita mungkin akan memperhitungkan dalam ukuran luas. Tapi kalau kita mau menggunakan dozer itu lebih banyak untuk menggali dan lain sebagainya, maka kita kategorikan dozer yang kita miliki itu kedalam kategori yang lain. Karena bahkan dari satu alat pun bisa kita lihat dari dua sisi, terakhir saya bicara tentang waktu siklus atau alat pun bisa kita lihat dari dua sisi, waktu siklusnya yang aliran kontinu apa yang terputus, jadi tidak ada suatu hal yang pasti, harus merincikan nya satu persatu.
2) Anggap saja, kalau kita bicara evaluasi berarti pekerjaan sudah selesai dilakukan, atau pekerjaan sudah berjalan tetapi tidak sesuai dengan ekspektasi, lalu kita cepat-cepat melakukan evaluasi untuk mengantisipasi terjadinya keterlambatan. Katakanlah kita bicara beko, kita hitung saja dengan produk kapasitas berdasarkan manufakturnya, beko ukuran sekian ini harusnya bisa produktivitas seperti apa. Lalu kita tahu volume yang sudah dikerjakan itu sekian di lapangan, ternyata hasilnya tidak sesuai dengan hasil yang sudah dilakukan, begitu tidak sesuai berarti kita tahu ada yang tidak produktif di sana. Misalnya ternyata harusnya sudah diselesaikan pemindahan material Katakanlah 5000 M3, ternyata di lapangan baru dipindahkan 2000 M3, berarti kita harus melakukan evaluasi ada warning di sana bahwa alatnya tidak produktif, kita harus cepat-cepat mengambil tindakan, ada apa di sana, kita harus melakukan analisa, apakah itu karena alatnya rusak, atau operatornya kurang cakap, atau mungkin ada masalah lain, efisiensinya sangat turun. Jadi saya kira batasannya itu kita hitung dari hitungan optimalnya berdasarkan manufaktur.
2. Pertanyaan dari Ibu Ana Astuti
Bagaimana menghitung alat berat yang digunakan untuk mengangkat Equipment? Apakah sama seperti Wheel Loader? Apakah perhitungannya berbeda atau sama?
Jawaban: Kalau untuk mengangkut alat lain berarti perhitungannya kita menggunakan berat alat bukan berdasarkan volumetrik, pertama itu dulu. Setelah kita tahu berapa beratnya, kita harus menghitung juga kapasitas alat pengangkutnya, baru kita bicara ke arah produktivitasnya. Dan memang karena beratnya mungkin berbeda-beda, katakanlah
Ada 1 yang beratnya tidak terlalu berat. Yang satu beratnya adalah X yang diangkat, tetapi alat berikutnya yang diangkat adalah 3x. Sebenarnya durasi pekerjaannya berapa lama, dari durasi maka ada satu yang X dan satu lagi 3x itu kita mungkin rata-rata, kita menghitung produktivitasnya berdasarkan rata-rata saja. Kalau contoh-contoh yang saya berikan itu memang lebih kepada suatu berat yang seragam atau kapasitas yang selalu seragam. Tetapi kalau saya lihat dari kasus ibu, berarti kadang-kadang alat-alat yang diangkutnya itu berbeda-beda, maka bukan kita pukul rata tetapi kita punya pertimbangan tadi. Dirata-rata itu dalam hal seperti ini, Katakanlah mengangkat yang X itu butuh waktu misalnya 30 menit, berikut persiapan dan lain sebagainya, tetapi begitu 3x mengangkatnya dia lebih lama karena lebih berat dan persiapannya juga lebih hati-hati karena jangan sampai jatuh dan lain sebagainya. Tapi secara total kita bisa katakan rata-rata dari X dan 3x tadi kita bisa rata-rata kan itu diselesaikan dalam berapa lama. Terus terang agak sulit kalau kita menghitung produktivitas barang yang berbeda-beda, dan itu memang biasanya dialami oleh alat-alat pengangkatan, seperti tower crane, atau crane-pun memang sulit kalau memang material atau apapun yang ditanganinya itu memiliki karakter bahkan dimensi yang berbeda satu dengan yang lainnya, berat bisa sama tapi dimensinya berbeda, lain lagi konsernnya yang harus dipertimbangkan. Memang sulit menghitung produktivitas bisa dipukul rata tapi kita bisa tentukan dari berapa jam kira-kira harus diselesaikan.
3. Pertanyaan dari Bapak Seljusep
Apakah ada aturan main mengenai produktivitas atau adakah aturan main hukum untuk produktivitas alat berat? Karena, pada saat diaudit oleh BPK sering dipertanyakan.
Jawaban: Ini pekerjaan dari pemerintah ya, memang kalau proyek-proyek pemerintah kita harus menggunakan aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Ada peraturannya untuk menghitung produktivitasnya tadi. Secara hukum BPK akan selalu berdasarkan peraturan pemerintah, begitu berbeda dia akan bertanya kenapa begini, tapi memang kalau proyek-proyek pemerintah dia menggunakan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 1 Tahun 2022 tentang pedoman penyusunan perkiraan biaya pekerjaan konstruksi bidang pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat. Kalau untuk proyek pemerintah mungkin kita harus mengacu ke sana.
4. Pertanyaan dari Bapak I Putu Chandra Wibawa
Apakah pemeliharaan dan servis merupakan faktor yang mempengaruhi efisiensi alat berat? Seberapa besar pengaruh waktu dari alat berat pertama kali digunakan sampai waktu alat berat yang akan ke depannya? Karena, tentunya seiring berjalannya waktu efisiensi suatu alat berat akan berkurang karena terus digunakan untuk beraktivitas. Misalnya, truk yang digunakan pada pertama kali tahun pertama tentunya efisiensi akan berkurang pada tahun ketiga dan demikian juga berkurang lagi pada tahun kelima, di waktu tersebut sehingga alat berat tersebut perlu dilakukan pemeliharaan dan servis.
Jawaban: Tentu efisiensi itu memang akan berubah, berpengaruh ya, besar ya. Tapi mengapa alat berat itu sebenarnya perlu ada maintenance, perawatan dan pemeliharaan, fungsinya adalah menjaga nilai efisiensi itu tetap tinggi. Walaupun efisiensi itu tidak hanya berurusan dengan kondisi alatnya tetapi ada faktor-faktor lain, karena dia memiliki pengaruh yang besar maka kita menjaga efisiensi itu dengan menjaga alatnya, memelihara alatnya. Walaupun mungkin di tahun pertama katakanlah efisiensinya dari sisi alat itu 100%, di tahun ketiga misalnya kalau tidak dipelihara bisa jadi hanya tinggal 70%, Tetapi kalau dipelihara turun dari 100%nya itu tidak terlalu banyak, demikian juga di tahun kelima. Maka fungsi pemeliharaan di dalam menjaga efisiensi itu sangat berkaitan dan penting, tidak mungkin sesuatu itu tidak kita pelihara, begitu tidak kita pelihara maka efisiensinya akan turun dengan drastis. Kalau dipelihara memang akan menurun Itu sudah pasti, karena ada keausan dan lain sebagainya, tetapi penurunannya itu bisa kita jaga.
5. Pertanyaan dari Bapak Praditya Tama
Apakah produktivitas Alat Breaker, faktor untuk pekerjaan produksi alat berat apakah yang harus diperhatikan? Apakah faktornya sama dengan Alat Excavator? Apakah Alat Breaker faktor produktivitas alatnya sama dengan produktivitas Alat Excavator? Faktor-faktor apa saja yang harus diperhatikan?
Jawaban: Kalau ekskavator mungkin kita menghitung produktivitasnya berapa banyak material yang berhasil digali, jadi yang berhasil diambil dari dalam permukaan tanah digali kemudian kita pindah. Berarti kita bicaranya dari sisi volume, kalau breaker berarti kita bicara untuk, beko bisa dipasangkan bucket dan juga bisa breaker, mudah-mudahan maksudnya ini, tentu itu sudah tidak bicara dalam segi volumetrik tetapi produktivitasnya adalah luasan yang sudah dihancurkan. Kalau kita bicara luasan maka faktornya tentu juga berbeda dengan faktor penggalian, bicara breaker berarti faktornya kekerasan materi yang ingin dihancurkan, kalau di produktifitas untuk ekskavator untuk menggali maka material tanahnya seperti apa. Ini dari sisi luas tetapi kekerasan, artinya semakin keras dia semakin lambat menghancurkan sebuah area.
Profil InstrukturDr. Ir. Susy Fatena Rostiyanti, M.Sc
Dosen Manajemen dan Rekayasa Konstruksi Universitas Agung Podomoro
Deskripsi Pemateri:
PENDIDIKAN FORMAL
2006-2011 Institut Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia
Doktor, Manajemen Rekayasa Konstruksi pada Program Studi Teknik Sipil
1996–1997 Virginia Polytechnic Institute and State University, Virginia, USA
M.Sc., Construction Engineering Management pada Civil Engineering Department.
1988–1993 Institut Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia
ST., Jurusan Teknik Sipil.
PENGALAMAN KERJA AKADEMISI
Universitas Agung Podomoro, Jakarta, Indonesia 2015-Sekarang
2016-2017 Wakil Rektor bidang Administrasi Akademik
2015-2017 Ketua Program Studi Manajemen dan Rekayasa Konstruksi
2015-Sekarang Dosen tetap Program Studi D4 Manajemen dan Rekayasa Konstruksi
2019-Sekarang Kepala Bagian Administrasi Akademik
2019-Sekarang Kepala Bagian Pusat Pengembangan Pembelajaran
Universitas Bakrie, Jakarta, Indonesia 2012-2015
2012-2015 Ketua Lembaga Penelitian dan Pengembangan
2012-2015 Dosen tetap Program Studi S1 Teknik Sipil
Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, Indonesia 2007-2010
Dosen tidak tetap Program Studi S1 Teknik Sipil
Universitas Tarumanagara, Jakarta, Indonesia 1998-Sekarang
1998-2012 Dosen tetap Program Studi S1 Teknik Sipil
2002-Sekarang Dosen tidak tetap Program Studi Magister Teknik Sipil, Konsentrasi Manajemen Konstruksi
PENGALAMAN KERJA STRUKTURAL
Universitas Agung Podomoro, Jakarta, Indonesia
2016-2017 Wakil Rektor bidang Administrasi Akademik
2015-2017 Ketua Program Studi Manajemen dan Rekayasa Konstruksi
2019-Sekarang Kepala Bagian Administrasi Akademik
2019-Sekarang Kepala Bagian Pusat Pengembangan Pembelajaran
Universitas Bakrie, Jakarta, Indonesia
2012-2015 Ketua Lembaga Penelitian dan Pengembangan KEANGGOTAAN ASOSIASI
Ikatan Quantity Surveyor Indonesia 2017-Sekarang