[Tanya Jawab] Pengendalian Kualitas Pekerjaan Konstruksi
1. Pertanyaan dari Bapak Ismail Siregar
1. Ini berkaitan dengan perkuatan tanah, jika tanah mempunyai PI tinggi maka tanah mengandung banyak butiran lempung, jika PI rendah seperti lanau sedikit pengurangan kadar air berakibat tanah menjadi kering. Batasan mengenai harga atterburg swinger lempung dan tingkat ekspasivitas lempung terdapat berapa Pak?
2. Untuk pertimbangan pemilihan metode perbaikan seperti apa Pak?
Jawaban dari Nara Sumber:
1. Ini sebetulnya ada cat yang memang sebelumnya tidak disampaikan bahwa dari hasil uji tadi, uji plastisitas tanah, ada batas cair dan ada batas plastis, lalu nanti ada indeks plastisitas, setelah itu kita dapat melakukan suatu klasifikasi daripada tanah. Pada umumnya dari klasifikasi tanah itu nanti akan bisa digolongkan bahwa dari nilai-nilai yang ada itu akan digolongkan apakah dia termasuk tanah lempung atau dia termasuk tanah lano. Jadi itu diklasifikasikan berdasarkan sistem AASHTO ataupun juga berdasarkan sistem unified classification system. Sebagai contoh untuk yang nilai batas cairnya lebih dari 50%, misal ada tanah yang memiliki nilai batas cairnya 50%, lalu PI-nya juga lebih dari 40 bahwa itu menunjukkan tanah lempung yang nilai plastisitasnya tinggi. Tapi kalau ada suatu lano itu, di grafik saya tidak bisa memperlihatkan tapi untuk tanah lano ini adalah nilai batas plastisnya hampir sama dengan nilai plastis indeksnya.
2. Metode perbaikan itu bisa bermacam-macam metodenya, kita tidak bisa dengan cara yang demikian itu harus cocok dengan ini, tidak bisa seperti itu tetapi sebagai gambaran bahwa bisa pertama dipilih dahulu metode perbaikan yang memang di sana ketersediaan bahan dan lain-lain itu tersedia atau mungkin di relatif bisa lebih murah. Perbaikan tanah itu macam-macam, bisa juga misalnya perbaikan tanah dengan soil semen, itu bisa cocok dengan soil semen tapi juga mungkin bisa cocok dengan metode yang lain. Itu memang tidak menjadi ukuran bahwa kasus-kasus tertentu bisa memakai ini, tidak seperti itu, jadi tetap harus selalu uji laboratorium. Bisa juga misalnya tanah ini menggunakan soil semen harus dilakukan uji laboratorium, karena di situ nanti akan ditetapkan misalnya berapa nilai kadar semen yang diperlukan dan sebagainya.
2. Pertanyaan dari Bapak Ismail Siregar
1. Saya pernah melakukan penimbunan di daerah raw bergambut, sekitar hampir 2 meter lebih dan di situ kita setelah jalur itu kita ada penimbunan, ini jalan di perkebunan, penyusutan cukup besar. Jadi faktor apa yang mempengaruhi konsistensi tanah itu Pak?
2. Metode perbaikan kami sudah melakukan pengembangan dengan metode tradisional menggunakan kayu di gambang dan kita buat penimbunan dengan tanah merah, itu standar yang tradisional. Kita tinggi sampai 2 meter untuk membuat jalan dan setelah kita lihat ternyata penurunan cukup drastis. Jadi menurut Bapak hal apa yang harus kita lakukan agar stabilitas tanah itu tetap terjaga?
Jawaban dari Nara Sumber:
1. Berarti tadi nilai plastis indeks-nya besar, misalnya kalau nilai batas cairnya tinggi itu adalah itu salah satu yang memang penyusutannya besar. Misalnya Bapak contoh penyusutannya seperti apa? Setelah dicampur atau bagaimana Pak? Atau metode perbaikannya?
2. Yang jelas Bapak ada data laboratorium tidak untuk itu? Jadi kita tidak bisa menyebutkan dulu metode yang tepat seperti apa, tetapi harus dilihat juga mengenai jenis tanahnya. Jadi Bapak harus melakukan klasifikasi dulu, baru setelah itu ditentukan bahwa ini cocoknya dengan metode perbaikan ini, begitu Pak. Jadi caranya Bapak data laboratorium dulu, uji atterburg limit tadi, berapa nilai LL-nya, berapa nilai plastis indeks-nya, baru setelah itu akan ditemukan mengenai metode yang cocok. Saya terus terang karena tidak ada data, kemudian kondisi lapangannya belum jelas saya belum bisa menetapkan mengenai tipe perbaikan yang cocok.
3. Pertanyaan dari Bapak Ismail Siregar
Bapak berbicara juga dengan batas plastis tadi dan batas cair, parameternya seperti apa Pak yang diukurnya?
Jawaban dari Nara Sumber: Penentuan plastisnya tinggi atau tidak dari berdasarkan uji laboratorium ini salah satunya seperti di slide, dengan uji batas cair lalu ada uji batas plastis seperti ini, lalu di sini bisa kita lihat berapa besarnya indeks plastis tadi.
4. Pertanyaan dari Bapak Herly Purnawanto
Untuk balok beton, seringkali kita terpaksa harus memasang pipa dengan menembus balok beton, mulai dari pipa conduit sampai pipa 4'. Apakah ada perhitungan atau syarat-syarat khusus untuk ini?
Jawaban dari Nara Sumber: Terkait dengan pelaksanaan, jadi mungkin saya belum bisa menyampaikan sekarang, tentunya ada syarat-syarat itu tapi tidak bisa disampaikan di sini. Mungkin nanti saya jawab Itu menyusul karena agak spesifik.
5. Pertanyaan dari Ibu Azarin Nismara
1. Tadi untuk batas-batas atterburg yang liquid limit test untuk jumlah pukulan itu berdasarkan apa ya Pak?
2. Kalau kemarin dosen saya bilang di antara 7 sampai 25, tapi jangkanya itu tidak boleh jauh-jauh, seperti misalnya 7, lalu setelah itu tujuh pukulan, kemudian 15 pukulan atau 20 pukulan.
Jawaban dari Nara Sumber:
1. Jumlah pukulannya itu berdasarkan ketentuan itu adalah jumlah pukulan yang ke 25, ada ketentuan dari AASHTO ataupun dari ASTM dan SNI.
2. Jadi persyaratannya bahwa penentuan batas cair itu adalah berdasarkan ketukan ke-25, tetapi dalam pelaksanaan laboratorium tentu saja untuk uji ketukan ke-25 itu agak susah untuk didapat, jadi harus dilakukan percobaan yaitu dengan melakukan percobaan minimal 3 benda uji atau lebih baik 4 benda uji, mulai dari ketukan yang rendah di 7 boleh, 10 atau 20, 30 seperti itu, tapi nanti dicari yang ketukan 25.
6. Pertanyaan dari Bapak Cahya Pratolo
Bila pelaksanan rigid pavement apa masih wajib memakai LPA LPB, walau dengan kondisi tanah dasar subbase cb tercapai CBR>5%?
Jawaban dari Nara Sumber: Kalau untuk lapis rigid pavement itu memang yang disyaratkan lapis konstruksinya tidak beberapa lapis, fleksibel jadi nanti tiada LPA dan LPB tetapi memang tanah dasarnya itu tidak apa-apa nilainya kecil tetapi harus seragam. Kenapa harus seragam? Artinya kalau tidak seragam itu memang harus ada penebalan dari bagian yang lain, jadi didesain, nanti dari hasil evaluasi di dalam penentuan ketebalan lapisan itu nanti akan didasarkan pada evaluasi daripada tanah dasar, di mana salah satu evaluasi tanah dasar itu berdasarkan nilai CBR atau California Bearing Ratio. Umumnya perencana melihatnya dari situ, mungkin kalau CBR-nya 5% mungkin saja itu bisa terpenuhi, jadi yang terpenting dari evaluasi tadi nanti ada ketentuan mengenai ketebalan lapisan baik untuk rigid pavement maupun untuk fleksibel pavement itu demikian.
Profil InstrukturIr. Dedey Drajat
Direktur MBT Training
Deskripsi Pemateri:
Alumni Teknik Sipil Institut Teknologi Nasional Bandung (1989), Usia 59 tahun, saat ini bekerja di PT MBT Konsultan sejak tahun 1990. Memiliki pengalaman sebagai Tenaga Ahli pada Proyek Jalan dan Jembatan khususnya yang terkait dengan Penegendalian Mutu. Sering juga menjadi Tenaga Ahli untuk berbagai kegiatan dalam penyelidikan tanah pada proyek jembatan, bangunan gedung/ landasan dan bangunan sipil lainnya. Aktif pula memberikan tarining terkait dengan pengendalian untuk pekerjaan tanah, pekerjaan beton semen dan pekerjaan beton aspal semen berbagai macam instansi seperti Dinas–dinas PU di berbagai daerah di seluruh tanah air, Perusahaan-perusahaan BUMN, SWASTA, Asosiasi Perusahan dan Asosiasi Profesi.
Selain itu sering pula menjadi konsultan untuk memberikan training dan pendampingan dalam mempersiapkan suatu lembaga khususnya laboratoroium penguji bidang konstruksi untuk memeperoleh Akreditasi dari Komite Akrditasi Nasional (KAN).