1. Pertanyaan dari Bapak Maruli Pasaribu
1) Di Indonesia, provider atau vendor atau perusahaan yang menyediakan industri 4.0 untuk industri terutama pabrik atau power plant contohnya apa saja?
2) Untuk model predictive control, apakah sudah ada pabrik atau plant di Indonesia yang sudah mengimplementasikannya?
Jawaban:
1) Di industri 4.0 untuk pabrik dan power plant , kalau pabrik lebih banyak implementasinya OED yaitu melakukan efisiensi untuk mesin-mesin, ditambah lagi dengan monitoring terhadap energy consumption mulai dari penggunaan listrik, air, gas, batu bara, perlu dimonitoring langsung karena itu cost yang cukup besar di pabrik itu, sehingga kadang-kadang manajemen harus memantau langsung. Kalau di power plan sampai saat ini, dia monitoring untuk IoTnya tidak berjalan, jadi kalau power plan itu di internal karena cukup berbahaya karena masih belum percaya untuk memonitoring power plant dari luar, yang dilakukan monitoringnya biasanya IoT yang impelementasinya adalah maintenancenya. Di power plant itu ada software yang namanya asset management, asset management inilah yang dipakai di power plant untuk mematikan bahwa peralatan-peralatan yang ada itu termaintenance dengan baik, larinya ke prediktif maintenance nantinya. Pemainnya sekarang masih sangat sedikit, kalau di pabrik sudah banyak yang main, jadi yang menawarkan solusi IoT dan industri power plant ini di pabrik sudah cukup banyak. Biasanya yang ditawarkan yaitu OED, monitoring energy consumption, integrasi data ke pabrik, misalnya satu pabrik datanya di collecting, kemudian integrasi antara produksi, quality dan purchasing raw material, itu diintegrasikan tapi datanya digital. Yang selama ini di entry data, datanya digitalisasi, biasanya itu yang diimplementasi di pabrik. Kita sudah kerjakan untuk integrasi raw material, untuk di UEE banyak sekali di farmasi (biofarma, kimia farma) sudah bergerak untuk menghitung efisiensi daripada mesin-mesin mereka. Kalau energy consumption itu sudah hampir semua pabrik untuk mereka monitoring.
2) Kalau predictive control bisa dihitung dengan jari, termasuk yang besar-besar seperti Coca Cola, Unilever, itu parsial. Jadi sebenarnya proses ini masih baru mulai bergerak, predictive control tidak akan jalan tanpa IoT, berarti automationnya harus jalan dahulu, automation sudah jalan lalu collecting data, baru mesin learning dimana mesin learning ini baru akan berkembang. Memang ada 1, 2 pabrik, seperti di Batam itu sudah memakai predictive control. Tapi kalau saya bilang masih sangat sedikit dan peluang untuk teman-teman yang masih kuliah sekarang itu kita cari untuk mengimplementasikan kedepannya.
2. Pertanyaan dari Bapak Adi Anggaran
1) Hampir diminimalisirnya campur tangan manusia pada industri 4.0 yang berbanding terbalik dengan meningkatnya angka pertumbuhan manusia, bagaimana nantinya fungsi manusia pada industri 4.0 ini?
2) Menyangkut riwayat pendidikan Bapak, saya ingin bertanya siapa tahu bisa membuka pikiran dari seorang mahasiswa S1 teknik juga, mengapa Bapak S2nya mengambil jurusan non teknik?
Jawaban:
1) Tadinya, orang teknik industri itu main di profesi (produknya engineer), mengumpulkan data, catat-catat, analisis di excel. Sekarang data analisis itu collectingnya sudah dilakukan digital, lalu mereka bergeser menjadi data saintis atau mengatur flow produksi. Jadi data dari big data diolah, bagaimana supaya memperbaiki proses produksi lagi, pekerjaan-pekerjaan yang sederhana menjadi berubah, bergeser. Jadi seharusnya teman-teman di mahasiswa juga mengikuti, kira-kira skill apa yang akan dipakai kedepannya, jadi kalau memang skill itu dibutuhkan, mulai sekarang ikutlah sertifikasi skill-skill yang dibutuhkan kedepannya. Bagaimana proses produksi saat ini terjadi di industri, kemudian kita bergeser kemana, jadi kita harus mengikuti, kita yang harus cepar mengejar.
2) Karena saya cita-citanya bangun bisnis, jadi kalau teknik saya sudah punya dari pengalaman kerja, yang saya tidak kuasai Manajemen Financing , jadi saya S2 Manajemen Financing tujuannya untuk bangun bisnis. Jadi tahun 2013 saya sudah keluar dari tempat kerja dan bangun bisnis sendiri, jadi ini tergantung kebutuhan masing-masing.
3. Pertanyaan dari Bapak Dimas Sasyo Wisatya Nugroho
Berhubung dengan adanya industri 4.0, apakah kita sebagai mahasiswa yang fresh graduate harus memiliki dasar keahlian? Seperti halnya basic dasar pada IT dan elektronika yang berkaitan dengan industri 4.0 ini, untuk menjenjang karier di perusahaan, khususnya perusahaan yang sudah bergerak di 4.0 tersebut.
Jawaban: Jadi waktu saya mengimplementasi power plant itu di sebuah pabrik, saya hanya memberi ilustrasi saja, pada saat kita mengimplementasi sebuah sistem IoT kenyataannya yang ngelead adalah orang produksi bukan orang IT atau IoT. Yang ngelead orang produksi, mengapa? Karena orang IT dan orang IoT mengkonsumsi analisis proses produksi dari orang produksi, maunya apa?. Karena setiap implementasi industri 4.0 itu harus dicari tahu dahulu apa maunya, mau bagaimana, tidak semua data harus diambil. Pada saat itu kepala produksi di pabrik tersebut itu ikut training data saintis di salah satu seminar. Jadi sebenarnya tidak harus benar-benar menguasi, yang penting itu konsepnya tahu, jadi kalau teman-teman di teknik industri, tidak perlu belajar elektronika, programming, tetapi konsepnya harus mengerti, karena memang pada kenyataannya nanti di pabrik ada kolaborasi. Kita tahu gambaran besar daripada industri itu sendiri.
4. Pertanyaan dari Bapak Tri Hanyono
Contoh platform apa terkait kebutuhan IoT dalam industri 4.0?
Jawaban: Kalau Go IoT yang kami bangun, itu IoT platform dalam bentuk general, jadi multi purpose yaitu bisa dipakai untuk sistem apa saja. Tapi kalau teman-teman bertanya adakah untuk tambak ikan atau tambak udang? Ada, yang sudah dibangun. Ada yang sudah membangun platform untuk monitoring tambak ikan dan tambak udang. Jadi kalau misalnya teman-teman cari setiap aplikasi itu orang akan bangun IoT platform, IoT platformnya bisa general, bisa khusus untuk aplikasi itu saja. Jadi kalau khusus untuk aplikasi, itu 2 atau 3 tahun yang lalu itu banyak yang membangun, ada yang membangun smart home, dia buat platformnya jadi kita tinggal nebeng ke dia untuk mengimplementasi smart home. Jadi, banyak yang sudah berkembang tapi memang sekarang semuanya masih belajar, bahkan perusahaan besar pun, itupun masih learning karena mereka belum mature, penjualannya masih tidak begitu bagus karena sekarang prosesnya edukasi. Jadi teman-teman sekarang kalau ingin membangun IoT platform sekaranglah saatnya, karena kompetisi atau perusahaan besarpun masih learning bagaimana menggrab pasar.
5. Pertanyaan dari Ibu Sarah Salsabila
1) Kalau kita keamanannya menggunakan IoT, sebenarnya seberapa secure jika kita mengandalkan IoT itu sendiri?
2) Apa yang dimaksud dengan data secara real time?
Jawaban:
1) Kalau kita bicara security, itu bicara antara device, 1 device diberikan internet kemudian ada di cloud, ini dikirim datanya, seperti kita membuat email itu email kita di cloud, pernahkah email atau WA kita di hack? Pernah. Oleh karena itu, proses pengiriman data ini itu yang namanya secure atau tidak atau juga SSL, biasanya sudah ada standar securitynya, apakah bisa di hack? Jangankan sebuah IoT sistem yang secure, bank saja bisa di hack dimana sudah sangat secure. Jadi, tidak perlu khawatir dengan security, go on saja, karena tangga security itu akan terus berkembang, jadi kami membangun IoT platform, kami tidak membangun securitynya, kami pakai security yang sudah ada, karena kami bukan bidangnya untuk menghandle security, tinggal pakai, beli, sewa. Jadi kalau security tidak perlu dikhawatirkan, go on saja nanti pelan-pelan kita akan learning dan belajar bahwa itu sangat secure sebenarnya.
2) Data real time itu adalah data yang dibaca oleh sensor, di hp kita dengan di sensor sama angkanya jadi tidak ada bedanya. Kenyataannya memang tidak real time 1 second, tapi real timenya mungkin 2 atau 3 second karena ada delay.
6. Pertanyaan dari Bapak Doni Montriano
1) Mengapa Go IoT lebih memakai ISP daripada arduino, dll?
2) Dalam pressing duality apa yang dimaksud dengan 200.000 hit?
3) Bagaimana IoT menjamin kecepatan real time data pada konsumen yang butuh kecepatan tinggi, misalnya transportasi darat?
Jawaban:
1) Jadi, Go IoT itu komunikasinya ISP, ISP itu hanya kita munculkan tapi pada kenyataannya kami bisa berkomunikasi dengan semua controller, termasuk industrial controller. Kami membangun IoT platform itu komunikasi ke PLT bukan ke arduino, tapi supaya lebih terkenal, karena pemain industri sedikit, oleh karena itu untuk marketting promotion kami menggunakan ISP, micro controller, micro controller ini untuk retail, jadi untuk industri smart home, smart environment karena tidak mungkin menggunakan industrial tetapi harus menggunakan arduino.
2) Jadi di IoT platform itu ada 1 page yang bayar, bayarnya itu berdasarkan jumlah data yang di up. Berarti 200.000 data yang di kirim ke atas, jadi misalnya ada temperatur sensor kita kirim per menit, berarti kalau 1 bulan berapa? Artinya permenit x 60 menit x 24 jam x 30 hari, itulah untuk 1 data jumlah hitnya atau jumlah hit yang dipakai.
3) Transportasi darat atau tracking sistem itu secara teori real time, tapi secara praktek tidak, karena GSM sendiri tidak bisa menjamin komunikasi kita real time. Jadi kebanyakan memang ada delay. Kalau misal kita menggunakan google maps, itu terkadang ditulis + - erornya nya itu sekian meter, itu problemnya, karena pergerakkan datanya dan keakuratannya itu dipengaruhi oleh akses internet device itu sendiri. Jadi, kalau kita bilang akurasi, semakin mahal barangnya, semakin akurat, karena erornya semakin kecil.
7. Pertanyaan dari Bapak Joko Setiawan
Bagaimana cara kita mengaplikasikan IoT di desa? Yang mungkin terganggu masalah koneksi, sedangkan kita menginginkan data yang real time.
Jawaban: IoT (Internet of Things), jadi salah satu yang paling penting itu adalah internet akses, Internet akses kalau tidak ada itu masalahnya bukan IoT lagi, tapi itu masalah communication, jadi kita harus ngobrol dengan orang communication, biasanya orang communication yang akan menghandle itu. Memang IoT ini akan dibaca banyak unsur, jadi kalau lari ke controller itu ada di bidang automation, tapi kalau bicara communication saya bukan ahlinya. Kalau di desa kita harus mencari cara bagaimana menangkap data dari akses internet terdekat, kalau misalnya akses telkomsel putus-putus, IoT akan kalah, karena IoT itu sangat tergantung dengan internet.
8. Pertanyaan dari Bapak Ruli Hermawan
1) Sebagai orang yang berkecimpung dalam pengolahan data, yang kita dapati di lapangan perbedaan format dalam kolom database hingga butuh waktu untuk dapat menyatukan database. Bagaimana solusi untuk keseragaman format database agar proses pengamatan dan pengolahan lebih cepat dan lebih baik? dimana pada masing-masing provider membawa format yang berbeda.
2) Tadi dijelaskan bahwa narasumber memiliki perusahaan JPE automation yang membuat beberapa sensor, apakah sensor-sensor sudah siap pakai sesuai kebutuhan industri atau pengguna untuk operasional? Apakah data yang dihasilkan metode, bahan, dan peralatan, dan kontinuitasnya sudah dipastikan siap guna?
3) Kalau boleh dikira-kira asumsinya perusahaan itu sudah implementasi industri 3.0 kemudian mereka ingin menuju IoT atau menuju industri 4.0, kira-kira in general ROI nya berapa kalau investasi di industri 4.0? Karena pasti di Top management akan concern mengenai ini, kalau saya tangkap tadi kita bisa compare OEE after dan before implementasi sejauh ini dari pengalaman improvementnya berapa persen?
Jawaban:
1) Jadi di industri ada IoT protokol, jadi dari T ke cloud itu ada protokolnya, dulu kalau orang IT protokolnya http, kalau IoT itu ada protokolnya juga, kalau anak-anak IoT yang dari bawah biasanya menggunakan 2 protokol. Problem saya pada saat mengimplementasi di pabrik itu, mengintegrasi semua data plant, itu plant yang pertama yang saya lakukan adalah memastikan semua protokolnya jadi satu, jadi saya harus punya sebuah gateway yang membaca semua controller yang ada di pabrik, kita baca, kita kumpulkan, kita jadikan satu protokol, batu bisa kita tarik ke atas. Mungkin protokol yang banyak ini berbeda-beda menarik ke atas, IoT platformnya juga tidak bisa terima, karena IoT platform hanya menerima 2 protokol itu. Jadi, itu yang sudah standar yang dilakukan oleh semua IoT sistem.
2) Sensor itu bukan saya yang buat, jadi saya mengintegrasikan, jadi sensor-sensor itu ada di tokopedia semua jualannya, tinggal dipakai saja. Yang kami bangun itu IoT platformnya, jadi bukan sensor-sensornya. Sensor-sensornya itu sangat sulit untuk didevelop di Indonesia karena supporting industrialnya tidak ada di kita, begitupun dengan elektronika itu sulit sekali untuk berkembang. Tapi kita bisa ambil peran-peran yang bisa kita lakukan, saya ambil IoT platform, jadi sensor-sensor yang ada kita beli sebenarnya tinggal di rakit, controllernya juga kita beli kemudian di program lalu dipakai IoT platformya.
3) Jadi, OEE atau IoT itu tidak menjamin pengurangan OEE, jadi OEEnya jadi lebih bagus gara-gara IoT itu tidak. Jadi OEE, IoT itu mempresentasikan data itu secara digital dan real time tanpa gangguan manusia. Begitu data itu ada, misalnya down timenya karena sesuatu yang tidak dikerjakan jadi tidak akan naik OEEnya. Jadi tetap ada yang namanya action plan setelah data-data itu terkumpul. Biasanya waktu kita implementasi, OEE, ROI nya itu, kalau kita melakukan efisiensi itu 10%-30% produksi meningkat atau costnya turun 10%-30%. Tapi itu sangat tergantung terhadap orang, orang itu yang paling penting, kalau orangnya tidak siap, begitu datanya ada tetapi dia hanya “bengong” saja tidak akan terimplementasi.
9. Pertanyaan dari Bapak Kristian
Seberapa besar pengaruh dari IoT itu sendiri di era revolusi industri 4.0 ini pada sebuah pabrik manufaktur dalam efisiensi proses produksi. Dan manufaktur itu sendiri dibandingkan dengan sebuah pabrik yang belum menerapkan IoT tapi hanya otomatisasi saja, apakah ada sebuah perbedaan yang besar dan apakah terdapat kerugian atau kelemahan dari penerapan IoT itu sendiri? Apakah saat ini adalah waktu yang sudah tepat untuk menerapkan IoT dan bagaimana posisi bangsa Indonesia dibanding dengan negara lain?
Jawaban: Jadi kalau IoT sistem di pabrik, pertanyaan saya ke orang produksinya dahulu harusnya, apakah sudah optimum. Proses lama, 3.0 itu masih harus dijalankan, dengan lean manufacture, dll supaya dia lebih efisien menggunakan otomatisasi, kalau itu sudah jalan next ke 4.0. Sebenarnya di Indonesia ini kalau masalah kesiapan mungkin 50% sudah siap karena sudah otomatisasi, biasanya semakin kompetitif industri itu semakin cepat dia lari ke IoT, tapi kalau dia tidak kompetitif, banyak bocor sana sini, banyak yang harus diperbaiki, kapasitas produksi misalnya masih 60%, itu tidak akan banyak berpengaruh. Karena kalau dia perbaiki proses produksinya secara manual saja, produksinya sudah meningkat cukup besar.
10. Pertanyaan dari Bapak Reza Firdaus
Apakah yang tidak mempunyai dasar ilmu non teknik dapat terjun ke bidang kerja data analisis? Lalu dalam kurun waktu berapa tahun idealnya untuk dapat terjun langsung di bidang tersebut untuk yang tidak memiliki ilmu non teknik?
Jawaban: Jadi ada beberapa ilmu yang memang bisa dilakukan tanpa memiliki background pendidikan, contohnya programmer ILP backgroundnya itu orang teknik elektro, elektronika, teknik fisika, tapi ada orang yang belajar programmer ILP karena hobi sehingga dia bisa mengevaluate program-program itu. Sama dengan data analis, menurut saya data analis itu ilmu yang bisa dipelajari siapa saja, tapi prosesnya yang lebih lama, kalau dari IT mungkin proses belajar data analisnya lebih cepat. Tapi teman-teman yang belum punya background apapun, ikut saja belajarnya, prosesnya memang akan lama, tapi kalau skill itu menurut saya adalah pengulangan, yang dilakukan terus menerus dalam waktu yang lama akan bisa.
11. Pertanyaan dari Bapak Diki Siregar
Untuk plant yang menggunakan software SAP, apakah bisa terintegrasi ke IoT platform? Atau saat implementasi 4.0 software SAP tidak terpakai lagi?
Jawaban: Ini salah, SAP ini tidak tergantikan, saat ini masih menjadi ujung tombak perusahaan. Sekarang data SAP itu rata-rata banyak di entry untuk manufacturing, data yang di entry itu, itulah yang di digitalisasi. IoT itu kalau kita bilang adalah fondasi awal untuk ke ERP, karena ada IoT, SAP minta data dari IoT sistem, jadi IoT sistem yang memberi data ke SAP, supaya SAP kalkukasi secara manual. Contohnya yaitu Stock Opname, karena ada IoT sistem, Stock Opname bisa kapan saja, karena sudah diukur, masuk apa, berapa, di storage berapa, produksi berapa. Semuanya sudah tercatat di dalam satu platform.
12. Pertanyaan dari Bapak Agung Cakra Buana
Apakah scada masuk ke dalam platform IoT?
Jawaban: Jadi sekarang sudah ada IoT platform yang menyediakan namanya web scada, apakah menggantikan? Tidak, scada itu tetap dipakai di pabrik, maka dia lokal, karena dia untuk operasi. Sedangkan IoT sistem bukan adalah operation, IoT sistem adalah sebuah sistem data dan analisisnya, jadi tidak akan mengganggu. Scada 3.0, IoT sistem lanjutan dari 3.0.
13. Pertanyaan dari Bapak Agus Purnomo
1) Untuk membangun sistem IoT, komponen apa saja yang dibutuhkan atau hardware maupun software misalnya RFID, dll?
2) Teknologi komunikasi atau connecting antar perangkat yang berkembang saat ini apa saja? Adakah yang harganya kompetitif? Saya bergerak di industri Rumah Sakit, mohon gambaran implementasi teknologi IoT apa saja yang mungkin dapat diterapkan?
Jawaban: Kalau untuk membangun sebuah IoT sistem balik lagi leadnya, kalau di pabrik orang IT, kalau di Rumah Sakit siapa? Dokterkah atau orang-orang yang mengerti operasional di Rumah Sakit. Kalau dia sudah mengerti operasional di Rumah Sakit apa yang ingin dibereskan? Misalnya, banyak yang sakit jantung, tolong dibuatkan panic botton. Kalau kita ingin mengimplementasi IoT harus tahu valuenya apa, manfaatnya apa, sehingga membuat Rumah sakit menjadi lebih baik.
Profil InstrukturIdham Mashar, S.T., M.M.
Praktisi Internet of Things
Deskripsi Pemateri: