1. Pertanyaan dari Bapak Majamas
Kebetulan dikonstruksi laut yang daerah zona 3, yang nanti banyak dihadiri oleh konser-konser yang bisa orang lihat. Itu kapasitas enggak enggak berapa orang maksimal?
Jawaban dari Nara Sumber: Memang detailnya saya kurang mengingat, tetapi kapasitas orangnya adalah kapasitas untuk satu band, satu panggung di situ, beserta alat-alatnya serta untuk pembawa acara. Biasanya jembatan temporary dibuat, karena memang itu tidak diperuntukkan untuj masyarakat. Jika ada tari-tarian itu biasanya ditempatkan di plaza amphitheater.
(Penjelasan pada layar powerpoint) kalau di sini sekitar 500-an bisa.
2. Pertanyaan dari Bapak Hendri Sitepu
Untuk menentukan titik koordinat tiang pancang yang ke dasar laut bagaimana caranya?
Jawaban dari Nara Sumber: Kita memiliki data borlock, sebenarnya memang untuk kedalaman tiang pancang itu ditentukan memang sama. Kita memang penyedia jasa di sini, tentunya ada yang namanya borlock atau hasil soal investigasi. Jadi memang disitu sudah ditentukan sampai kedalaman berapa tanah keras itu. Tapi pada beberapa kondisi kita bertemu yang namanya lensa, kemudian untuk menentukan itu juga kita harus berkoordinasi dengan konsultan perencana maupun konsultan MK. Jadi lensanya itu kita paksa dulu primuringnya sampai dengan tembus berapa kemudian itu kedalamannya itu kita tahu dan kita sesuaikan dengan data hasil founder dan kita tentukan dengan, apakah memang data hasil founder itu per kedalaman tanah itu akan diketahui berapa sebenarnya daya dukung tanahnya tersebut. Daya dukung tanah tersebut kita bawa, dikunci, dihitung apakah memang sanggup, kalau tiang pancang untuk yang tunggal kemudian dalam bentuk kelompok apakah sanggup untuk menahan beban diatasnya.
Pertanyaan Lanjutan
Rata-rata ketemu lensa berapa meter ya pak?
Jawaban dari Nara Sumber: Kita melakukan primuring ada 2 titik, titik yang zona 31 dan 5. Ke titik rata-rata ketemu lensa itu sekitar rata-rata kedalamannya maksimal 30-32 meter, sehingga karena kedalaman 32 meter ini pada akhirnya untuk yang paling dalam kita tentukan sekitar 32 meter. Itu terjadi di terminal penumpang tadi, kalau kita lihat itu di tangga baja 5 itu ada 2 bangunan. 32 meter ini kita bagi dari 3 segmen, bottom pile, middle pile dan upper pile (BP, MP, UP). BP itu sekitar 12 meter kemudian MP sekitar 7 meter dan sisanya sekitar 13 meter UP.
3. Pertanyaan dari Bapak Majamas
Proyek ini 1 tahun, bagaimana bapak mengatur secara kritikal?
Jawaban dari Nara Sumber: Pertama sekali, perencanaan proyek itu akan sangat diperlukan. Perencanaan proyek itu maksudnya kita harus tahu dulu pekerjaan utamanya apa, main coursenya apa dulu, ibarat kata kalau makanan, makanan beratnya apa dulu. Main course daripada pekerjaan ini kalau kita itu main course-nya adalah pekerja struktur. Yang mana pekerjaan struktur itu adalah pekerjaan pancang. Kedua kita temukan bahwa pekerjaan arsitek itu main coursenya adalah andesit. Kita tarik dulu ke belakang, pengadaannya berapa lama, kemudian pengirimannya berapa lama dan pemasangannya berapa lama. Semua itu kita hitung pakai mess project kita lakukan critical method lalu kita masukkan resource-nya dan lain sebagainya dan itu kita lakukan perencanaan untuk secara garis besarnya apa. Garis besar ini tidak melulu sama dengan realisasinya. Setelah perencanaan besar ini kita lakukan evalusi dan perencanaan besar ini kita kecilkan menjadi pekerjaan rencana 3 bulanan, mingguan dan harian. Dan ini kita lakukan evaluasi dari hari ke hari dimana sebenarnya kesulitan daripada teman-teman di lapangan. Jadi take time, selain memang membutuhkan energi lebih, bayangkan pagi sebelum kerja kita briefing, “kerja kamu hari ini adalah ini”, sorenya malamnya kita panggil hasilnya seperti itu, itu membutuhkan waktu. Tapi di awal kita memang harus merencanakan perencanaan itu dengan baik dan tentunya saya tidak sendiri, ada tim dari head office membantu saya, kemudian berkonsultasi apa saja pekerjaan yang harus dilakukan. Selain itu yang paling penting procurement atau pengadaan, karena segala sesuatunya jika tidak dilakukan dengan baik maka akan terhambat. Jadi pengadaan tersebut penting sekali kita menentukan supportnya siapa, kita lakukan pengadaan itu secara cepat lewat sistem. Kalau tidak lewat manual lewat sistem sehingga dia langsung bisa kerja apa. Apabila terjadi hambatan seperti ketemu lensa dan sebagainya, kita bicara ke PUPR kemudian ketemu konsultan, bagaimana ini, kalau ada masalah dan lain sebagainya. Pertama sekali, kalau ada masalah saya harus menyampaikan solusinya dulu, solusinya itu kadang-kadang saya berikan opsi a, b, c, sehingga nanti teman-teman dari konsultan atau PUPR itu tinggal mana yang harus diputuskan, apabila opsi saya ditolak dan mereka memiliki opsi yang lebih baik, tidak apa-apa saya tidak masalah. Tapi ketika saya memiliki masalah saya menyiapkan opsinya dulu supaya cepat dan mengerucut, dan saya tidak kerja sendiri, ada teman-teman saya, ada dari kantor pusat, Satgas, setiap minggu kita rapat dan sebagainya.
Pertanyaan Lanjutan
Jembatan yang pancang lensanya tidak terpotong, jadi desainnya dirubah. Itu kenapa tidak dibuat jembatan saja secara baja?
Jawaban:
Pertama sekali kita melihat anggaran, karena memang itu covid. Tidak adanya anggaran kita mengepaskan dan juga mengejar waktu.
4. Pertanyaan dari Bapak Hendri Sitepu
Batching plant kalau hanya ada 1 beresiko sekali apabila batching plant tersebut bermasalah bisa mengakibatkan keterlambatan dalam pelaksanaan pekerjaan, kenapa tidak membuat Batching plant sendiri?
Jawaban dari Nara Sumber: Sangat benar sekali yang dibilang Pak Hendri, kita rencana kerjasama dengan satu batching plant, dan juga kita sempat kerjasama dengan operator batching plant. Kita punya batching dan kita ada vendor untuk mengoperasikan, jadi kerjasama operator, jalan satu atau dua bulan. Karena kembali, pasar yang dilihat disana, menghitung supaya jalan 2 sampai 3 bulan ternyata untuk operasionalnya saja, lagi-lagi karena hitungan bisnis berbicara sehingga memang karena kita pendatang baru, dia bukan areanya, operator yang kita gandeng ini bukan pemain disitu "area disitu". Kebetulan proyek di situ hanya ada 2, proyek pelabuhan Bajo dan proyek zona 1 dan 2 dan ada yang dirincakan. Pada saat berjalan itu hitung-hitungan bisnisnya, kembali lagi angka-angkanya itu setelah dievaluasi 3 bulan dengan berat hati tidak ini. Pada akhirnya kita memang hanya 1.
Mengakibatkan keterlambatan itu sangat benar, kita memberi schedule biasanya, schedule saya sehari sekian. Yang kita perlakukan itu adalah bagaimana memang siklus pengecoran itu bisa dua kali sehari pagi dan malam, caranya yaitu melakukan Inovasi dan juga di betonnya dan melakukan yang namanya manajemen per hari berapa volume yang kita cor sehingga kita lakukan bersama dengan vendor. Menjaga hubungan baik itu akan sangat penting dengan vendor tersebut, apa yang menjadi kewajiban dia dan apa yang menjadi kewajiban saya kita langsungkan bersama-sama.
Kenapa beberapa kita pre-cast untuk mengurangi waist dari material sehingga kita pre-cast, oleh karena itu kita tidak insitu supaya mengurangi yang namanya risiko daripada beton terbuang lebih banyak.
Dalam pelaksanaannya menjaga hubungan baik dengan vendor dan komitmen bersama, dan kita hitung vendornya masih mampu, saya masih mampu 120 kubik per hari, namun ada hari-hari tertentu yang yang bilang saya perlu waktu untuk servis batching plant, dan sebagainya. Itu kita memang mau tidak mau harus paham dengan kondisi itu dan mencari alternatif ketika memang kondisi pengecoran tidak banyak kita harus mengerjakan apa dan bisa kita selesaikan dengan baik.
5. Pertanyaan dari Bapak Bobby Suryono
Dalam perencanaan pancang apakah melibatkan survey hidrografi untuk mengetahui topografi seabed dan lapisan dibawahnya?
Jawaban dari Nara Sumber: Ya itu konsultan, bukan kita yang melakukan konsultan, kita tinggal menerima data saja. Tapi memang pada saat melakukan tes pancang, sempat kita lakukan ketemu lensa tadi
6. Pertanyaan dari Bapak Majamas
Powernya darimana pak? Ada power plant tidak untuk memenuhi listrik?
Jawaban dari Nara Sumber: Ada PLN, namun air bersihnya agak lebih susah. Ada air namun tidak banyak.
Profil InstrukturDaniel D. Aritonang, ST., MT., IPM., ASEAN Eng.
Project Manager Construction Company
Deskripsi Pemateri:
WORK EXPERIENCE
- Project Manager Mei 2018 - now
PT Brantas Abipraya (Persero) • Jakarta, Indonesia
- Site Operation Manager July 2015 – Mei 2018
PT Brantas Abipraya (Persero) • Jakarta, Indonesia
- Engineer and Operation Staff Jan 2013 – July 2015
PT Brantas Abipraya (Persero) • Jakarta, Indonesia
- Quality Control and Engineer 2012 – Jan 2013
PT Jaya Beton Indonesia • Tangerang, Indonesia
ORGANIZATIONAL EXPERIENCE
- Core Team 2019 – now
JPCC • Jakarta, Indonesia
- Member
EDUCATION
- Formal Education
Tarumanagara University • Jakarta, Indonesia
North Sumatera University • Medan, Indonesia
- Informal Education
Asean Engineering Register (AER) 2021-2025.
The Institution of Engineers Indonesia • Jakarta, Indonesia
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK)
Jakarta,Indonesia
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK)
Jakarta,Indonesia
Ministry of Labor of Republic Indonesia
Jakarta,Indonesia
- Training / Course
Dispute Resolution Board Foundation International (DRBF) • Jakarta, Indonesia
Sepikul Indonesia Indonesia • Jakarta, Indonesia
Project Management Institute • Jakarta, Indonesia
Green Building Council Indonesia • Jakarta, Indonesia
Green Building Council Indonesia • Jakarta, Indonesia
SKILLS
• Leading Projects in various project
• Project Management Skills (9++ Years Experience i.e. Construction Methode, Cost Controlling,
Engineering and Procurement, Project Report Analyze)
• Contract Administration for General and Contruction
• Claim Engineer
• Procurement Strategic
• Strategic Planning and Excecuting Project
• Analythical Problem Solving
• Supplay Chain