1. Pertanyaan dari Bapak Majamas MMP
Untuk bore pile dan geolistrik, mana yang lebih teliti untuk mengetahui kontur tanah di dalamnya? Menurut pengalaman bapak bagaimana apakah lebih baik menggunakan bore pile atau geolistrik?
Jawaban dari Nara Sumber: Jadi bor itu mengetahui aktual dan pengambilan sampel di lapisan tanah, jadi kalau kita bor mesin selain kita dapat sampel tanahnya, kemudian kita tahu tingkat kekerasan tanah dari nilai NSPT, jadi itu yang paling aktual di lapangan. Kita tahu nilai N-nya, apakah N-nya di bawah 10, 15, 16, itu tahu sesuai dengan kedalaman di mana kita uji. Lapisannya tetap persis warnanya, karena setiap meter dari pengeboran itu biasanya harus diambil sampelnya sehingga kita tahu bahwa ini adalah lengkung, ini adalah batu keras, ini adalah pasiran, ini adalah lanau, kita tahu persis. Apa bedanya dengan geolistrik? Geolistrik itu adalah resistivitas jadi hasil dugaan pelapisan, hampir sama sebenarnya tetapi geolistrik itu tidak bisa digunakan untuk menghitung penanganan longsoran karena dia tidak menghasilkan nilai parameter geser. Karena parameter geser atau nilai C dan P itu adalah dari pengujian laboratorium a, jadi sampel yang kita ambil tadi kita uji di lab itulah yang harusnya kita gunakan di dalam desain, meskipun di buku yang saya share tadi covernya itu bisa nilai korelasi. N-nya 40 maka C-nya kira - kira berapa, kalau geolistrik itu adalah dugaan kedalaman 10, dugaannya adalah batuan lapuk, muka air tanahnya dugaannya adalah 10. Bagusnya memang kalau geolistrik itu bisa menghasilkan satu area tertentu, jadi kita tahu ternyata memanjang sampai sana itu lapisannya hampir mirip dan biasanya bor dan geolistrik itu hampir mirip nilainya tetapi kita tidak bisa mendapatkan parameter geser dari geolistrik. Jadi mana yang harus digunakan? Kalau memilih diantara dua itu untuk desain rumah orang kita harus memilih yang bor Tetapi dua-duanya kalau bisa dilakukan, jadi sehingga kita punya bayangan dari geolistriknya, perluasan areanya, lapisannya sekian meter persegi sehingga penanganan kita nanti lebih valid dan lebih baik.
2. Pertanyaan dari Bapak Beriko Haggujako
Selamat siang, Izin bertanya pak, bagaimana penanganan kondisi tanah yang berpasir pada konstruksi tunnel / terowongan? Terimakasih.
Jawaban dari Nara Sumber: Jujur di daerah terowongan Saya tidak punya pengalaman, kemudian kondisi pasir di terowongan itu bagaimana struktur terowongan itu bisa menahan beban di atas. Saya mempunyai contoh kasus di jalan tol Sumatera dia menggunakan tunnel, awal desainnya adalah tunnel atau terowongan tetapi tunnel itu tidak jadi, tapi di sana adalah lokasi yang berbatu. Kenapa menggunakan terowongan? Sebenarnya karena kesulitan di dalam cuttingan, mungkin terlalu tinggi gunungnya segala macam sehingga menggunakan terowongan tetapi kalau berpasir saya tidak punya pengalaman. Tetapi intinya mungkin dikontruksi tunnel itu harus mampu menahan beban, apakah itu pasiran ataukah itu batuan atau lapisan-lapisan lengkungan yang lain tetapi metode pelaksanaan pengeborannya di daerah berpasir memang agak rumit.
3. Pertanyaan dari Bapak Achmad Rijani
Izin bertanya, untuk kasus penurunan struktur jembatan / setlement menyeluruh, adakah solusi terbaik yg bisa dijadikan opsi penanganan? Sekedar gambaran lokasi jembatan yang dibangun tersebut merupakan area wilayah bekas penambangan minyak bumi dan struktur jalan diwilayah tersebut banyak terjadi longsoran berulang di berbagai titik.
Jawaban dari Nara Sumber: Intinya pondasi, jadi sebenarnya penurunan pondasi itu terjadi karena ketidakmampuan tiang kalau itu pondasi dalam, ketidakmampuan tiang dalam menahan beban. Jadi kalau kita mendesain pondasi dan jumlah tiangnya adalah 10 itu misalnya dari 10 ini bebannya tidak mampu ditahan oleh tiang tersebut terutama karena lapisan tanah di bawah tiang itu masih mengalami pemampatan, masih cenderung adalah lapisan kompresibel itu memang bisa mengalami penurunan. Bagaimana solusinya? Salah satunya mungkin adalah menambah jumlah tiang, banyak kasus kita temui yang dulunya 10 sekarang bertambah menjadi 14 misalnya. Kenapa bisa ditambah meskipun lapisan tanahnya itu lapisan yang sama? Karena desain tiang itu mungkin pondasi dalam ada friction pile, jadi didukung dari sebuah tiang itu penjumlahan dari freaksi dan enbiring. Jadi freaksi itu di lapisan tiangnya, di enbiring itu adalah di ujung tiang, kalau sudah jadi atau jembatan yang sudah beroperasi tentu kita tidak bisa lagi mendalamkan kedalaman tiang atau menambahkan kedalaman tiang. Yang dulunya 10 m misalnya karena dia mengalami penurunan kita tambah jadi 20 meter misalnya itu sulit, yang bisa kita lakukan adalah menambah jumlah tiang sehingga daya dukung di freaksinya itu menjadi besar. Jadi yang dulunya satu tiang itu menahan 50 ton misalnya, penjumlahan dari freaksi dan enbiring sekarang harus kita kurangi menjadi mungkin 30, yang 20 nanti akan di share di tiang berikutnya. Mungkin itu yang bisa dilakukan kalau di tiang yang sudah beroperasi kecuali dari awal yang harusnya ini agak unik karena desain pondasi itu tentu sudah memperhitungkan beban kerja yang ada, kemudian data tanahnya seperti apa, sehingga penjumlahan enbiring dan freaksi itu harus mampu menahan beban yang ada di atasnya.
Longsoran dengan penurunan tiang itu kasus yang sedikit berbeda, jadi kalau penurunan tiang ini berhubungan dengan daya dukung. Jadi kalau longsoran itu ada perbedaan elevasi, jadi ada stabilitas dari satu lereng ada perbedaan elevasi. Saya tidak tahu persis penambangan minyak ini jenis tanahnya apa tetapi penurunan itu sudah pasti berhubungan dengan daya dukung, jadi apa yang bisa dilakukan? Tentu menambah tiangnya, kalau tiang ditambah maka extend lagi pile cap-nya. Jadi pile cap yang sudah ada ukurannya 4x10 misalnya harus kita extend atau kita tambah sehingga daya dukung tiang itu menjadi berkurang dari yang sudah ada.
4. Pertanyaan dari Bapak Venly Martin Laoli
Izin bertanya pak, bagaimana penanganan untuk longsoran di tepi sungai pak? Kejadiannya di kampung tempat tinggal saya di Siantar l, tanahnya longsor dan sudah kami beton Pak. Namun 2 tahun kemudian beton tersebut roboh Pak. Mohon jawabannya pak.
Dan bagaimana jika ada yang berminat menjadi seorang engineer geoteknik Pak? Dimana kami bisa belajar ilmu geoteknik sehingga kami bisa menjadi seorang yang ahli Geotecnical.
Karena di bangku kuliah tidak ada ilmu geoteknik sedalam ini Pak. Terimakasih Pak.
Jawaban dari Nara Sumber: Pertanyaan kedua bagaimana kalau berminat menjadi seorang geotechnical? Yaitu tadi memang masih terbatas engineer geoteknik tetapi kalau ingin diskusi sebenarnya saya bisa membantu terutama kasus-kasus geoteknik, apakah lewat online atau lewat email kalau ada kasus-kasus tertentu kita siap untuk membantu sebenarnya.
Lalu pertanyaan mengenai angsuran sungai, tadi saya sudah menyampaikan di awal tebing di sungai mengalami longsor, kasus yang terjadi kenapa longsor itu adalah karena adanya rembesan atau pengaruh air, apakah air hujan, air permukaan atau memang daerah sungai. Saya tidak melihat fotonya sudah dibangun beton, beton itu kalau tidak mengurangi air masuk ke lapisan lerengnya itu masih tetap akan longsor. Jadi kalau tebing itu filosofinya atau prinsipnya ada tebing maka lerenh tebing ini harus stabil dari dorongan material yang ada di tebing. Kemudian gerusan air sungai ini harus bisa di minimalis supaya tidak membuat lapisan tanahnya menjadi jenuh di bagian bawah seperti kasus longsor yang tadi kami sampaikan. Kalau ini masih terjadi sampai kapanpun potensi longsor masih tetap ada. Apakah beton yang dibangun itu sudah meminimalisir air masuk ke lapisan tanah? Ini mungkin tadi bisa dicek oleh Pak Laoli yang ada di Siantar, kalau itu bisa belum bisa mengurangi potensi air masuk ke lapisan tanah mohon maaf mungkin sampai kapanpun masih tetap akan longsor. Betonnya itu seperti apa bentuknya? Apakah betonnya itu hanya dilapisi di permukaannya saja? Ini tidak bisa menahan beban lateral. Jadi seberapa besar beton ini menahan beban lateral, seberapa besar beton ini bisa mengurangi potensi sungai itu masuk ke lapisan tanah.
Sebenarnya sekarang mungkin sudah banyak di beberapa kampus, kalau di kampus kami saya sudah sering menyampaikan kasus-kasus yang kami alami, kasus-kasus terupdate tentang geoteknik yaitu kita sampaikan di kuliah. Kadang-kadang mahasiswa kalau hanya teori agak jenuh memang, jadi kita harus bandingkan ada kasus tertentu sehingga teori yang kita pelajari penanganannya seperti ini, inilah akhir dari penanganan sesuai dengan teori yang kita pelajari, sehingga mahasiswa lebih menangkap dan lebih cepat. Ini kasusnya, teori rumusannya adalah ini, dan peranan akhirnya adalah seperti ini, jadi mohon maaf Pak Laoli dulu mungkin di bangku anda belum ada tapi sekarang saya yakin di kuliah atau di kampus anda mungkin sekarang sudah banyak, apalagi kalau dosennya banyak berpraktek. Jadi kasus-kasus seperti ini, seperti longsoran ataupun pondasi-pondasi mungkin biasanya diajarkan di kampus untuk studi kasus.
5. Pertanyaan dari Bapak Aulia
Izin bertanya, kebetulan saya dari tol Serang Panimbang. Jadi ada beberapa contoh kasus di tempat kami yaitu longsoran. Perlu saya sampaikan datanya memang di tempat kami khususnya di kabupaten Serang ada edikasi tanah expansif lalu kemiringan yang terekam itu sekitar 1 : 1,6 sampai 1 : 2 Pak. Itu di beberapa spot di lokasi tolkam itu ada longsoran dan kami sudah mencoba beberapa kali menangani dengan pelandaian, tetapi ketika memang cuaca ekstrim itu kembali terjadi longsor kembali, itu opsi pertama dan ada opsi kedua ada beberapa juga kami beri struktur semacam bronjong 1 - 2 meter tetapi tetap sama saja juga mengalami longsor kembali. Yang ingin saya tanyakan adalah penanganan yang paling efisien yang mungkin tadi dipaparkan Bapak untuk penanganan tanah yang longsor, mungkin ada tidak secara efisien mungkin dengan kombinasi pelandaian atau dengan drainase unutk menjaga agar air itu tidak masuk ke dalam tanah?
Jawaban dari Nara Sumber: Jadi saya cerita sedikit, Serang Panimbang itu konsultannya Jaya CM. Saya pernah diberi beberapa dokumen, Saya sudah pernah berkunjung di tahun 2021 ke lokasi. Jadi begini memang ekspansif itu dia akan menjadi masalah kalau dia terbuka, jadi kalau ekspansif tidak terbuka itu akan tidur lelap sebenarnya kalau tidak diganggu. Kalau di daerah galian ada ditemukan ekspansif, badan jalan Itu kalau saya merekomendasikan di beberapa kasus, badan jalan yang ada ekspansifnya harus digali minimal 60 cm kemudian badan jalan itu harus ditimbun ulang supaya air dari permukaan perkerasan itu tidak masuk yang dapat menyebabkan jangka panjang menjadi tanah yang lunak. Jadi selalu saya rekomendasikan digaruk dulu meskipun levelnya sudah sesuai, kalau dia galian harus ditimbun ulang. Bagaimana kalau di galian ada ekspansif soil? Penanganan paling murah memang mengurangi kelandaiannya, jadi kalau sekarang satu-satu misalnya meskipun ekspansif itu nspt-nya besar seperti clay shale tapi kalau sudah terbuka dia akan cepat menjadi sangat jelek. Yang paling murah adalah mengurangi kelandaian, yang kedua adalah menutup permukaannya ulang, jadi yang sudah terbuka sudah landai. Kalau itu masih dibiarkan terbuka, besok juga akan longsor meskipun tidak mengganggu badan jalan jadi material longsorannya seperti rekahan saja. Kalau kita di jalan ada sudah lereng lalu dia "menggerowong" yaitu karena tidak ditutup, tetapi kalau sudah landai dia tidak akan mengganggu badan jalan. Jadi harus kita tutup, tutupnya seperti apa? Bisa vegetasi atau material lempung. Jadi saya pernah merekomendasikan ditutup ulang dengan material lempung itu yang paling murah, pertanyaan kontraktor kadang-kadang sulit Pak Bagaimana menimbun kalau lerenynya ada 10 m? Itu alasan teman-teman kontraktor tapi kalau itu bisa dilakukan karena beberapa kasus bisa dilakukan, itu mengurangi potensi air masuk ke bagian bawah, jangka panjangnya itu akan bagus. Setelah itu kita tanamilah vegetasi, rumput-rumput, kalau yang paling tidak bisa ditutupi kita kita tambahkan dengan shotcrete tadi, menutup lereng galian itu yang ada ekspansif supaya airnya tidak masuk. Beberapa kasus tidak berhasil karena saluran di atas itu kalau di lerengnya dia sudah tertutup tetapi dari bagian atasnya dia masih masuk ke bawah, jadi perlu komprehensif lagi. Saya selalu sampaikan kalau atasi itu salurannya juga harus diperbaiki, berapa jauh itu harus tertutup kemudian diberi tali-tali air di atas sehingga air itu nanti tidak masuk ke bagian dalam lerenh yang sudah di shotcrete itu. Tentu ada suling-suling harus kita tambahkan, itu mungkin yang paling mudah yang bisa kita lakukan.
Profil InstrukturDr. Adolf Situmorang, M.T.
Dosen Teknik Sipil Universitas Semarang
Deskripsi Pemateri:
PENDIDIKAN FORMAL
Tahun 2004: S1 Teknik Sipil Universitas Diponegoro (UNDIP)
Tahun 2009: S2 Teknik Sipil, Universitas Diponegoro (UNDIP)
Tahun 2020: S3 Teknik Sipil, Universitas Islam Sultan Agung
RIWAYAT PEKERJAAN
Tahun 2018 – Saat ini : Dosen Universitas Semarang (USM)
Tahun 2010 – 2017 : Dosen Universitas Bangka Belitung (UBB)
Tahun 2020 – Saat ini : Direktur PT Morang Rekayasa Geoteknik (MRG)
SERTIFIKAT KEAHLIAN
SKA Geoteknik Madya : Himpunan Ahli Teknik Tanah Indonesia (HATTI)`
SKA Jalan Utama : Asosiasi Tenaga Ahli Konstruksi Nasional (ATAKNAS)
SKA Jembatan : Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia (HPJI)
SKA Manajemen Proyek : Asosiasi Proteksi
JURNAL ILMIAH
SEMINAR
PENGALAMAN GEOTEKNIK