1. Pertanyaan dari Danang Harimurti Wijanarko (PT. Energizer Indonesia)
Dalam penyimpanan dengan Metode Block Stacking, apakah terdapat standar nasional/internasional yang mengatur mengenai batasan penumpukkan baik berat, ketinggian, maupun keselamatan?
Jawaban: Ya, sebenarnya ketinggian dari tumpukan itu tidak ada, yang dipertimbangkan adalah karakteristik barangnya. Jadi, antar barang padat, cair, dan gas. Benda padat juga ada yang mudah pecah. Malah tidak boleh ditumpuk atau boleh ditumpuk tapi dengan batas tertentu mengenai safety. Maka dari itu, karakteristik barangnya. Misalkan tong plastik memakai cairan kimiawi yang sering dipakai dua tumpuk atau dua drum. Tapi sekali lagi, kalau bahan berbahaya dan mudah untuk bocor perlu dilihat ulang untuk penumpukkan. Karena ada risk-nya dan membahayakan lingkungan sekitar.
2. Pertanyaan dari Harditriyono Putra
Terkait cara handling produk jadi yang telah masuk ke dalam truk, bagaimana agar kemasan master box tidak rusak pada saat pengiriman? Apakah dalam 1 carrier truck harus diisi penuh atau seperti apa? Karena variasi produk baik dari ukuran master box dan bobot tiap produk berbeda-beda mengacu bahwa produk yang dikirim merupakan grade fast moving.
Jawaban: Bagaimana kualitas dari box-nya, tentu pemutuan ke truk atau kontainer ada standarnya atau ketentuannya. Bagaimana supaya kemasan itu tidak rusak kalau harus dibawa ke tempat yang jauh atau rentang waktu yang lama. Dilihat yaitu kemasan yang harus diperhatikan. Mencari kemasan yang cocok untuk barang itu. Perlu diingat berapa lama perjalanannya. Terutama harus dikapalkan. Antara mengangkut benda padat, cair, dan gas itu berbeda. Pengiriman mobil dengan trailer berbeda dengan gas atau minyak menggunakan kapal. Jadi, di situ adalah masalah dari packaging-nya. Masalah pemuatannya tergantung dari tipikal packaging tadi. Kapasitas dari alat angkut melebihi dari kapasitas maksimum yang diizinkan. Jadi, penuh atau tidaknya carier-nya, kualitas dari packaging harus terpenuhi untuk jenis tertentu dan pemuatan di carier-nya. Tergantung volumenya. Bisa penuh atau tidak.
3. Pertanyaan dari Biutifa FP (PEM Akamigas Cepu)
Di era industri modern seperti saat ini, perubahan apa yang sudah lazim diterapkan di dalam dunia operasional warehousing? Karena seperti yang kita tahu, biasanya warehousing itu lebih jarang untuk mengalami perubahan dengan alasan "Sudah terbiasa seperti itu".
Jawaban: Dilihat dari ruang lingkup warehousing, apabila kecil tidak banyak perubahan statis. Meningkatnya era, jenis barang banyak tapi volumenya juga tinggi, maka perusahaan yang harus meng-handling atau mengelola. Menghadapi varian tinggi dan jumlah yang banyak. Tentu saja kenaikan jumlah barang dan jenis barang juga akan mengikuti warehouse yang akan disediakan. Paling krusial adalah masalah bagaimana mengatasi varian yang tinggi dalam hal mengidentifikasi. Supaya bisa langsung dikenali, sekarang banyak dipakai adalah semacam itu yang langsung WMS (Warehouse Management System) yang terintergrasi di Modul ERP. Dan juga barang-barang harus sesuai dengan umur dan kadarluarsanya juga harus secara tepat dan cepat. Jangan sampai tertinggal. Akibatnya kelihatannya catatan di stock dengan real tidak sama, maka muncullah stock opname. Setiap saat kita bisa mengidentifikasi dan mencatat stock dari gudang, stock opname itu tidak perlu kalau kita sudah mendisiplinkan diri dalam hal perhitungan di sistem informasi. Ke depannya terkaitnya dengan Industri 4.0, bagaimana menajamkan akurasi operasi warehouse dengan bantuan software atau platform-platform.
4. Pertanyaan dari Galang Andana (Politeknik Perkeretaapian Indonesia Madiun)
Untuk pemilihan lokasi warehouse bagaimana analisisnya?
Jawaban: Menggunakan Teori Optimasi, dalam penentuan lokasi ada ilmu penentuan lokasi. Ada grafity yang paling populer. Pakai median. Bisa di pembahasan mengenai SCM, khususnya pada penentuan lokasi. Mungkin akan terbatas pada model tertentu.
5. Pertanyaan dari Hermawan Davied Kusuma (Universitas Pertamina)
Menurut Bapak, bagaimana cara menentukan jenis penyimpanan seperti racking atau block stocking pada suatu gudang? Dalam beberapa dokumentasi pada gudang vaksin Covid-19, terlihat menggunakan block stocking system. Mengapa warehouse tersebut lebih memilih demikian?
Jawaban: Kalau ditumpuk harus memerhatikan. Mungkin bisa tanpa ada resiko untuk pecah atau yang lain dan juga mungkin ditumpuk lebih mudah diambil atau tidak perlu materi tambahan. Masalah penyediaan media sarananya. Media simpannya. Kalau media rak harus investasi. Secara ukuran untuk gedung dengan rak harus lebih tinggi. Ya, harus ada cost untuk warehouse. Warehouse-nya kecil, maka rak akan memakan tempat. Tidak bisa memanfaatkan sarana horizontal, maka volume gudang akan memakan banyak. Kalau mau ditumpuk harus melihat karakteristik barang itu bisa ditumpuk atau tidak dan memerhatikan packaging-nya. Maka, itu bisa dilakukan. Kalau gudang vaksin, tidak terlalu besar namun jumlahnya banyak. Tapi selama barang itu tidak memberikan efek resiko ditumpuk itu it's okay. Kalau dia dengan box dia bisa meredam guncangan kalau mengguling itu juga bisa dilakukan.
6. Pertanyaan dari Alvin (UPN Yogyakarta)
Apabila di perusahaan tidak terdapat rekaman handy terminal waktu picking, apakah dapat dihitung waktu siklus rata-rata saat picking order?
Jawaban: Ya, untuk penentuan waktu terkait KBE-nya. Kalau tidak ada rekaman, harus dilakukan pengamatan langsung. Ukuran untuk dengan menggunakan waktu. Ambil beberapa kali, kemudian kira-kira waktu yang terkumpul berapa.
Profil InstrukturIr. B. Laksito Purnomo, S.T., M.Sc, IPM, ASEAN Eng, CSCA, CSCM
Dosen Teknik Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Deskripsi Pemateri:
Pendidikan
• Sarjana Teknik Industri– S.T. ITB (1998)
• Master Manufacturing Management – M.Sc. University of Bradford, England, UK (2014)
• Insinyur – PSPPI ITB (2021)
Pekerjaan
Staf Pengajar, Departemen Teknik Industri, Universitas Atma Jaya Yogyakarta (2000 s.d. skrg)
Sertfikasi
• IPM dan Asean Eng. [PII]
• Certified Supply Chain Analyst [CSCA] – ISCEA
• Certified Supply Chain Manager CSCM – ISCEA
Organisasi:
• Institute of Industrial and System Engineering [IISE]
• Persatuan Insinyur Indonesia [PII]
• Perhimpunan Ergonomi Indonesia [PEI]
Pengalaman Proyek
• Pengadaan Barang & Jasa Pemerintah for Any Indonesian Local Government Agencies
• Owner Estimate/HPS for Petrokimia Company, PJB Rembang
• Purchasing-Procurement Management for Bank Rakyat Indonesia, Panti Nugroho Hospital Yogyakarta
• Suply Chain Management for PT Pupuk Sriwijaya Company, PBJ Muara Karang
Dll.