1. Pertanyaan dari Budi Wilaksono
Bagaimana cara membuat WBS yang baik dalam manejemen proyek konstruksi?
Jawaban: Kita ingin mengerjakannya seperti apa, kita memiliki pengetahuan mengenai bangunan itu terdiri dari elemen-elemen apa saja, setiap elemen itu dikerjakannya bagaimana. Kalau berdasarkan elemennya, kita sebaiknya berdasarkan elemen, kalau berdasarkan disiplin pekerjaan, kita bagi berdasarkan disiplin pekerjaan, WBS pun bisa demikian tapi kita konsisten melakukannya.
Misalnya berdasarkan elemen, ternyata di level 1 ada pekerjaan yang namanya pekerjaan pipa, ya tentu itu tidak masuk. Kalau membuat sesuatu kita lihat dari level 1, baru kita pecahkan level 1 itu menjadi level yang lebih rinci, pecahkan menjadi level kedua, level kedua ini pendekatannya elemen. Elemen ini sebenarnya pekerjaannya apa saja? Kita lihat dokumentasi kita, biasanya pekerjaan gedung itu pekerjaannya apa saja, kita punya hitorical data tentunya disetiap perusahaan, historical data itu kita masukan di dalam level. Lalu level berikutnya, pagar itu apa saja? Kalau masih bisa dipecahkan, pecahkan lagi. Jadi, kita mulai dari satu sampai level dibawahnya.
2. Pertanyaan dari Bapak Visnu
1) Referensi apakah yang biasanya digunakan dalam penetapan saptan BOQ di Indonesia? Apakah bersifat mandatori?
2) Kapan pendekatan BOQ, elemen/tread digunakan? Atau digunakan secara bersamaan?
Jawaban:
1) Referensinya belum ada, jadi biasanya masing-masing itu punya measurman/pengukurannya itu masing-masing, jadi belum ada yang sifatnya mandatori. Jadi, yang sifatnya mandatori, yang sifatnya referensi itu akhirnya masing-masing punya. Perusahaan satu punya sesuatu yang berbeda dengan perusahaan lain.
2) Itu dikembalikan kepada masing-masing, apakah kita mau menggunakan elemen atau tread dalam pendekatan BOQ, karena diujungnya nanti akan sama sebenarnya, ketika kita mulai dari elemen, kita juga akan melihat berdasarkan pekerjaan. Ketika kita bicara tentang elemen substructure sebagai elemen struktur bawah, ada fondasi, fondasi ada pekerjaannya (menggali, dsb), ada pekerjaan betonnya juga di dalam fondasi. Sama seperti kalau kita melihat dari thread, misalnya pekerjaan galian, galian substructure. Misalnya pekerjaan beton, beton yang mana? Beton fondasi, sebenarnya kembali juga kesana, berati kita bicara beton untuk substructure, misalnya beton kolom, berati kita bicara atasnya.
Bisa jadi kita bisa menggunakan matrix, tapi ujung-ujungnya akan sama, karena nanti kita akan jabarkan, rincikan secara lebih jauh.
3. Pertanyaan dari Bapak Junatha Lim
Tadi Ibu menggunakan istilah kuantitas dan volume secara bergantian, istilah mana yang lebih tepat?
Jawaban: Saya sebenernya lebih suka menggunakan istilah "kuantitas" pekerjaan. Sebenrnya aga dilemma, selalu orang mengatakan kalau kuantitas itu "buah". Saya mungkin di dalam penjelasan ada yang bicara tentang "volume" dalam arti kuantitas, tapi di dalam paparan saya dari awal mengatakan "kuantitas". Karena saya ingin kita bersama sama menggunakan kata kuantitas pekerjaan. Karena darisananya menyebutkan "quantity take off", "bill off quantity". Memang kita bicara tentang kuantitas, hanya satuannya saja yang membedakan
4. Pertanyaan dari Bapak Irfan
Tadi disebutkan pada pembahasan galian tanah dalam perhitungan actual di lapangan terdapat perbedaan ukuran volume, di luar spesfikasi teknis apa itu bisa kurang atau lebih, dan untuk perhitungannya tadi Ibu menyebutkan, untuk menambahkan di kuantitasnya dibanding dihitung dari penambahan volume, kira-kira untuk penambahan kuantitas itu apakah ada persentasenya atau bagaimana?
Jawaban: Saya memberikan sebuah contoh karena menurut saya ini menarik. Kalau secara bersih tadi kita tahu jumlahnya X meter kubik, tetapi pada kenyataannya di dalam lapangan itu kita tidak mengerjakan X meter kubik, tapi biasanya lebih karena misalnya digali kedalaman 1m, ketika ada pasir uruk disana kan orang tidak mengerjakannya dari level project tapi dia harus turun kebawah. Ketika dia turun ke level bawah tadi yang hasilnya galian itu berarti harus ada area kerja, jadi galian yang harusnya kalo palkep 1,2 jadinya harus dilebihkan untuk tempat si pekerja berdiri, namun didalam perhitungan volume itu orang selalu menyeragamkan yang bersihnya.
Ketika kita menghitung harga satuan itu ditambahkan. Berapa persentasenya? Kita lihat saja, biasanya di projek bapak melebihkannya berapa? Sebagai contoh 1,2 dilebihkan kiri kanan 20cm jadi 40cm. Jadi lebar dan panjangnya itu adalah bukan 1,2x1,2 tapi jadi 1,6x1,6 karna ada sekeliling palkep tersebut diberi working space. Ada perbedaan kuantitas, perbedaan kuantitas tersebut itu bukan diantisipasi di dalam kuantitas yang ada di BOQ, jadi 1,2 x 1,2 x 0,75 (kedalaman) itu kuantitasnya, padahal dalam pelaksanaannya adalah 1,6 x 1,6 x 0,75. Di dalam harga satuan kita naikkan persentasenya, bukan di dalam kuantitas pekerjaan tapi di dalam harga satuannya, berapa persen ada perubahannya?
5. Pertanyaan dari Bapak Ferdinan Indra
Bagaimana cara menghitung BOQ untuk instalasi mekanikal khususnya gondola? Dan berapa kodenya di SMPI?
Jawaban: Saya tidak begitu hafal isinya, tapi saya kira ada di SMPI.
6. Pertanyaan dari Bapak Muhammad Ridwan
Bagaimana menganalisa tingkat kerugian proyek?
Jawaban: Tingkat kerincian WBS akan membantu membuat BOQ secara rinci, dari BOQ selanjutnya kita bicara tentang biaya, selanjutnya baru kita bicara rugi dan tidaknya. Bagaimana menganalisanya? Sebenrnya ini asih dalam perencanaan saat kita membuat BOQ. Bagaimana mengantisipasi kerugiana? Mengukur pekerjaannya detail, dan sesuai spesifikasi. Kita punya waktu site visit, pada saat itulah, apapun yang tidak dijelaskan dalam gambar ataupun spesifikasi kuta tanyakan untuk menjadi adendum dan tambahan, sehingga kita tidak terjebak pada suatu hal yang kita terima gambar itu apa adanya, tanpa pernah sebelumnya kita melakukan analisis terhadap gambar itu. Apakah gambar itu sudah memenuhi scope pekerjaan
7. Pertanyaan dari Bapak Bagus Kuncoro Hadi
1) Untuk harga satuan, dll pakai format harga dari dinas mana Bu?
2) Kalau ada perhitungan di luar proyek itu bagaimana seperti biaya preman, dll.?
Jawaban:
1) Itu tergantung yang memberi proyeknya itu siapa. Misalnya dari PUPR, tentu formatnya juga harus dari PUPR. Tapi setau saya setiap perusahaan mempunyai "resep" untuk harga satuannya seperti apa walaupun formatnya mengikuti format dari pemberi kerja.
2) Hal itu masuk ke dalam biaya tidak langsung, artinya kalau kita bicara misal biaya preman yang tadi disebutkan itu nanti harus dimasukkan saat menghitung biaya, sebagai biaya tidak langsung, berapa persennya akan kita bahas nanti.
8. Pertanyaan dari Bapak Jatmiko Prawiro
1) Apakah pada BOQ rincian pekerjaan sudah dimasukkan spesifikasi teknik? Jika dimasukkan seberapa detail uraian spesifikasi? Apakah spesifikasi detail, cukup ada di dokumen terpisah?
2) Sering terjadi perbedaan volume akibat perbedaan pada gambar dengan BOQ maupun spesifikasi, mengapa ini terjadi? Kemudian bagaimana mengantisipasi dan solusinya?
Jawaban:
1) Harusnya sudah, tapi kalau kita tapi kalau lihat BOQ tadi sudah langsung jumlahnya saja. Saya sampaikan contoh yang paling sederhana secara manual kita menggunakan kertas dimensi tadi, disitu ada rinciannya, sehingga beton K300 tadi itu sebenarnya lembaran yang mendukung BOQ. BOQ itu biasanya sudah langsung jumlahnya sekian, volumetriknya sekian, luasnya sekian.
Angka-angka ini keluar berdasarkan rincian sebelumnya, oleh karena itu rincian tersebut yang harus kita simpan, karena itu akan menjadi dasar dalam melaksanakan pekerjaan, di dalam rincian itu sudah ada rincian teknisnya.
2) Betul, kadang-kadang gambar mungkin kurang detail atau gambar yang sudah detail tapi kita yang salah dalam menghitungnya. Mengapa ini terjadi? Apakah sudah detail dari WBS dan membuat BOQ nya? Kalau kita melihat perbedaan-perbedaan itu. Antisipasinya adalah pada saat site visit ditanyakan bahwa gambar kurang apa, sehingga ketika kita mengembangkan BOQ berdasarkan data tambahan (site visit dan aanwijzing). Jangan-jangan persoalannya adalah kita tidak membaca gambar ketika site visit dan aanwijzing.
9. Pertanyaan dari Ibu Lia Herawati
Untuk item preliminary itu adakah ketentuannya yang masuk dalam item tersebut apa saja?
Jawaban: Kita tahu Rule of Thumb nya misalnya ada pagar, hal-hal lain diluar itu tergantung dari projek itu sendiri. Tidak ada ketentuan khusus tetapi item-itemnya relatif umum
10. Pertanyaan dari Bapak Simson Michael Nicholas
Biasanya pada waktu tender, soft drawing itu kadang-kadang proses di konsultan baru 50%, hanya pada saat pelaksanaan terjadi perubahan. Kebanyakan kalau kontraktor kecil dijebaknya yaitu tendernya sudah berdasarkan lamsam. Bagaimana solusinya?
Jawaban: Kalau bicara kuantitas sebenarnya alangkah enaknya kalau kontraknya unit price, tapi kalau memang projeknya lamsam dan dengan kasus seperti itu, sebenarnya yang akan menjaga kita itu adalah di dalam kontrak, karena kontrak itu atas kesepakatan 2 belah pihak. Kalau lamsam kita harus bisa bagaimana mengantisipasi resiko, karena misal gambarnya terbatas namun pekerjaannya lebih dari di dalam gambar caranya dengab kita tambahkan unsur resiko. Karena seandainya ada pekerjaan yang lebuh banyak dari yang sudah kita perhitungkan semula.
Profil InstrukturDr. Ir. Susy Fatena Rostiyanti, M.Sc
Dosen Manajemen dan Rekayasa Konstruksi Universitas Agung Podomoro
Deskripsi Pemateri:
PENDIDIKAN FORMAL
2006-2011 Institut Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia
Doktor, Manajemen Rekayasa Konstruksi pada Program Studi Teknik Sipil
1996–1997 Virginia Polytechnic Institute and State University, Virginia, USA
M.Sc., Construction Engineering Management pada Civil Engineering Department.
1988–1993 Institut Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia
ST., Jurusan Teknik Sipil.
PENGALAMAN KERJA AKADEMISI
Universitas Agung Podomoro, Jakarta, Indonesia 2015-Sekarang
2016-2017 Wakil Rektor bidang Administrasi Akademik
2015-2017 Ketua Program Studi Manajemen dan Rekayasa Konstruksi
2015-Sekarang Dosen tetap Program Studi D4 Manajemen dan Rekayasa Konstruksi
2019-Sekarang Kepala Bagian Administrasi Akademik
2019-Sekarang Kepala Bagian Pusat Pengembangan Pembelajaran
Universitas Bakrie, Jakarta, Indonesia 2012-2015
2012-2015 Ketua Lembaga Penelitian dan Pengembangan
2012-2015 Dosen tetap Program Studi S1 Teknik Sipil
Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, Indonesia 2007-2010
Dosen tidak tetap Program Studi S1 Teknik Sipil
Universitas Tarumanagara, Jakarta, Indonesia 1998-Sekarang
1998-2012 Dosen tetap Program Studi S1 Teknik Sipil
2002-Sekarang Dosen tidak tetap Program Studi Magister Teknik Sipil, Konsentrasi Manajemen Konstruksi
PENGALAMAN KERJA STRUKTURAL
Universitas Agung Podomoro, Jakarta, Indonesia
2016-2017 Wakil Rektor bidang Administrasi Akademik
2015-2017 Ketua Program Studi Manajemen dan Rekayasa Konstruksi
2019-Sekarang Kepala Bagian Administrasi Akademik
2019-Sekarang Kepala Bagian Pusat Pengembangan Pembelajaran
Universitas Bakrie, Jakarta, Indonesia
2012-2015 Ketua Lembaga Penelitian dan Pengembangan KEANGGOTAAN ASOSIASI
Ikatan Quantity Surveyor Indonesia 2017-Sekarang