1. Pertanyaan dari Ibu Aulia Kusumawati
Terima kasih materinya bu, mau nanya bu, apa bedanya seven tools dan NEW seven tools? Dan bagaimana membedakan dalam penggunaannya? Adakah studi kasus tertentu?
Jawaban dari Nara Sumber: Sebetulnya sama saja masih bisa dipakai di kualitas, sudah banyak jurnal-jurnalnya kalau mau melihat di google scholar saya juga sudah banyak penerapan seven tolls di penelitian maupun di tugas akhir mahasiswa, maupun di perusahaan ataupun UKM, itu semua sudah dipakai kalau kita kunjungan ke perusahaan baik itu manufaktur atau jasa, itu semua sudah dipakai seven tools ataupun new seven tools itu.
2. Pertanyaan dari Bapak Aji Setiawan
Saya pengamat industri, Lulusan dari UI. Saya mau lihat waktu diskusi Ibu dengan dosen saya Bu Dr. Elisa, untuk kualitas sekarang saya melihat kualitasnya hanya berdasar ISO 9000 yang menjadi standar minimal untuk produk-produk di Indonesia. Apakah manajemen mutu itu sedemikian hanya diukur begitu? Karena teman-teman di quality control ternyata di ISO 18.000 dan ISO 28.000, Apakah manajemen quality-nya direndahkan seperti itu? Karena saya melihat produk-produk yang beredar sekarang contoh minyak goreng, itu kadar airnya sampai 60% sampai 80%. Kita yang menggoreng minyak itu sangat lama sekali, apa kualitasnya hanya diukur menurut standar SNI saja?
Jawaban dari Nara Sumber: Untuk penggunaan standar kualitas juga sebenarnya tergantung perusahaannya, misalnya tadi minyak goreng biasanya ada SNI-nya juga yang harus ditepati kemudian juga kehalalan, produk makanan juga harus diperhatikan. Dari pemerintah itu wajib misalnya kalau makanan dapat izin dari POM, itu juga harus dipenuhi, juga agar konsumen lebih percaya apalagi kalau ada logo halal dari MUI dan juga ada standar kualitas yang bisa dipenuhi. Kalau misalnya dia sudah ekspor itu harus memenuhi juga HACCP khususnya untuk produk makanan, semakin besar perusahaannya biasanya kualitas yang dipakai pun lebih advance dibanding dengan produk UKM, aku UKM kadang-kadang tidak diurus, makanya kampus itu seringkali PKM nya itu di UKM agar dia bisa mengurus misalnya dari nama perusahaannya, kehalalannya, label dan merk itu biasanya yang akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap produk-produk yang ada di UKM tersebut. Lalu mungkin yang ISO itu sebenarnya adalah pilihan apakah mau dipakai atau tidak, kadang-kadang kampus juga ada yang memakai ISO untuk standarisasi labnya. Tapi yang jelas untuk kampus itu sekarang standar minimumnya akreditasi yang sekarang sudah dialihkan ke LAM, bahan kalau mau meningkatkan lagi juga bisa ambil akreditasi yang internasional. Makannya itu standarisasinya tergantung daripada perusahaannya, semakin besar perusahaannya tadi yang tingkat maturity semakin besar perusahaannya biasanya dia akan semakin advan mengambil standar mutu kualitas. Ujung-ujung pada standar mutu kualitas itu adalah untuk pemasaran juga, misalnya akreditasi seperti Trisakti unggul itu bisa kita jadikan bahan jualan juga atau bahan promosi jadi lebih dipercaya oleh masyarakat.
3. Pertanyaan dari Bapak Abdul Rouf F
Mau bertanya Pak atau Ibu,
1. Go NoGo itu termasuk alat ukur atau alat bantu ukur ya?
2. Bisa diberikan contoh implementasi seven tool?
Jawaban dari Nara Sumber: 1. Go Nogo itu termasuk alat ukur, kadang-kadang yang variabel atribut tadi di bahan PPT juga ada karena sebenarnya misalnya dia bisa variabel tapi dengan diciptakannya Go Nogo tadi itu menjadi atribut. Misalnya kalau yang muda itu adalah kartu HP biasanya di ujung-ujungnya itu ada tanda silang, tanda silangnya itu bisa kita masukkan supaya tidak salah biar tidak terbalik juga, jadi dibentuk alatnya. Misalnya sudah sesuai dengan alat Go Nogo tadi jadi dianggap sudah sesuai, jadi tidak perlu diukur misal berapa panjangnya atau berapa lebarnya, cukup dimasukkan ke alat Go Nogo tadi, itu contoh implementasi daripada Go Nogo.
4. Pertanyaan dari Bapak Majamas MMP
Saya mau bertanya, kalau menentukan kualitas saat kita mengekspor barang dari Indonesia ke Jepang itu sangat tinggi kualitasnya. Apakah sistemnya sama seperti yang Ibu ajarkan itu?
Jawaban dari Nara Sumber: Kalau untuk ekspor tadi yaitu misalkan makanan tergantung pada produknya juga, kalau makanan itu dia ada HACCP yang harus dipenuhi agar kita jadi layak ekspor. Tapi kalau misalnya produknya kayu itu juga pasti tingkat kualitasnya saat ekspor itu pasti lebih baik dibandingkan dengan lokal. Saya tanya misalnya teman saya yang kerja di perusahaan Nike, barang bagus itu malah diekspor atau bahasanya ini sudah kualitas ekspor, kadang-kadang perusahaan-perusahaan besar itu kalau bagus tentu diekspor, kalau ada cacat - cacatnya sedikit bisa tidak jadi diekspor bahkan FO FO itu kalau kita cek sebenarnya sudah ada cacatnya tapi sedikit jadi dia taruh di FO walaupun sebenarnya kalau misalnya bagus dia akan diekspor. Makanya kalau misalnya kita jalan-jalan ke Jepang atau ke Korea itu mencari baju, itu jangan kaget merk-merk terkenal kalau kita buka tahu-tahu ternyata adalah made Indonesia. Karena saya pernah juga sudah jauh-jauh ke Jepang saya lihat-lihat baju dan ternyata saat saya buka adalah made in Indonesia.
5. Pertanyaan dari Bapak Majamas MMP
Apakah setiap negara itu memiliki aturan main quality yang lebih tinggi?
Jawaban dari Nara Sumber: Pasti ada, itu tergantung dari permintaannya juga atau base on request, kalau kita mau ekspor barang biasanya kita sudah punya pelanggan di sana, maka dia yang biasanya menentukan spek-speknya untuk ekspor seperti apa. Seperti misalnya produk kayu, produk kayu yang ekspor itu kualitasnya beda bisa dilihat dari modelnya, bahan bakunya misalnya dia tidak hanya kayu tetapi dia tambahkan model besi, ada kulitnya jadi lebih bagus produknya dan lebih enak dilihat belum juga finishingnya sudah lebih bagus, diberi kilat-kilat karena produknya kayu.
6. Pertanyaan dari Ibu Retno
Selamat sore, perkenalkan saya Retno. Kalau trend manajemen kualitas saat ini perkembangannya seperti apa? Baik itu di sisi akademis atau penelitian dan di bidang industri. Terima kasih.
Jawaban dari Nara Sumber: Kalau dari sisi akademisi itu trend yang terbaru sekarang yang akreditasinya itu sudah LAM juga yang internasionalnya sudah IAB, kemudian dari segi penelitian sekarang sudah oleh Google Scholar, oleh Oscopus, oleh Sinta itu sudah jadi kualitas yang diakui oleh Dikti dan juga harus sudah dicapai oleh dosen. Kemudian kalau di industri tergantung industrinya, karena memang semuanya juga sudah mengarah kepada perbaikan seperti misalnya ISO, untuk makanan ada kehalalan, ada HACCP kemudian juga SNI itu semua juga harus diperhatikan, kalau obat-obatan ada BPOM semuanya harus Kita sesuaikan dengan persyaratan yang diminta oleh pemerintah juga, karena ujung-ujungnya itu pemerintah yang membuat regulasi.
7. Pertanyaan dari Bapak Obbi Fachruddin
Terkait pengukuran QM maturity tersebut dinilai oleh siapa Bu? Apakah bisa melalui audit dari pihak eksternal juga?
Jawaban dari Nara Sumber: Betul, ada audit internal dan juga bisa eksternal. Biasanya kalau di kampus-kampus ada audit internal di badan jaminan mutu seperti kami juga di tiap tahun itu di audit, kalau yang di audit eksternal itu oleh asesor dari LAM atau Ban PT kalau dulu itu biasanya tiap 3 tahun atau 5 tahun tergantung akreditasinya umurnya berapa. Kalau di perusahaan-perusahaan juga seperti itu, ISO itu ada konsultannya jadi ada konsultan ISO yang datang ke perusahaan-perusahaan dan dia yang akan mengecek apakah sudah sesuai atau tidak standar ISO-nya.
8. Pertanyaan dari Bapak Mei Tejo Hartono
Permisi bu, izin bertanya apakah ada referensi untuk standar WI customer complain produk dan prosedur penanganan customer complain tersebut?
Jawaban dari Nara Sumber: Biasanya perusahaan kalau punya customer service itu dia menerima komplain-komplain dari produk-produknya, kemudian kalau perusahaannya bagus dia biasanya ada buka nomor misalnya customer service-nya berapa, dia buka nomor dan siap 24 jam atau misalnya office hour biasanya dia akan menerima keluhan dari pelanggan itu dan bisa disampaikan di situ. Tentu juga dia sudah punya prosedur bagaimana menangani customer komplain itu, biasanya kalau perusahaannya bagus seperti misalnya dia satu kali 24 jam itu sudah bisa tertangani keluhan customer komplain tersebut. Biasanya kalau dari perbankan atau telekomunikasi itu alat ukurnya jelas bahkan setelah misalnya ada gangguan telepon di rumah lalu saya komplain, kemudian dari petugasnya sudah datang itu langsung dia menelpon atau minimal WA dan kita akan berbicara dengan customer servicenya dia. Misalnya kita kasih rate 1 sampai 10 Ibu kasih nilai berapa, itu ternyata dijadikan alat ukur juga untuk misalnya kinerja perusahaan dan juga kinerja perorangan atau kinerja karyawannya karena biasanya juga kadang-kadang diberi pesan sponsor juga dari misalnya saya ke bank lalu ke customer service, lalu dia bilang Ibu jangan lupa memberi angka 5 sama seperti go-jek kita juga biasa memberi rating. Itu sebenarnya ada alat ukurnya dan itu standar misalnya untuk transportasi seperti itu dan kalau komunikasi seperti itu, biasanya juga perbankan ada standar-standarnya kalau kita misalnya ke bank yang satu dan ke bank yang lain itu rata-rata mirip-mirip kalau banknya sama-sama besar dan kalau telekomunikasi juga begitu hampir serupa misalnya antara Indosat dan X Telkom dan Telkom itu hampir-hampir mirip sandal kualitas daripada customer servicenya.
9. Pertanyaan dari Bapak Mei Tejo Hartono
Izin bertanya bu, bentuk penghargaan sebuah produk yang diberikan kepada customer terutama dibidang industry dan konstruksi biasanya dalam bentuk apa bu? Apakah berupa sertifikat produk, hasil test atau bisa dalam bentuk yang lain?
Jawaban dari Nara Sumber: Biasanya sampling pengujiannya misalnya uji tekan untuk bidang konstruksi, misal produksinya beton itu ada uji kekuatan beton, itu juga biasanya ada yang ada perencanaan eksperimennya dan mengujinya itu kadang-kadang ada juga yang merusak, sebenarnya juga setiap produk misalnya mobil itu juga ada uji tabraknya, itu termasuk sampling dan karena bersifat destruktif pasti sampling jadi tidak semua yang diuji tabrakan. Kemudian ada pengujian-pengujian ini sambil di dalam produksi itu yang online dan offline itu biasanya ada sertifikasinya minimal cek sheet-nya ada, kalau untuk customer biasanya ada sertifikasinya. Bisa juga di lab - lab Universitas kalau laporan udah siap, itu seperti di Trisakti itu ada uji beton yang siap untuk industri bisa dipakai juga di industrinya.
Profil Instruktur
Dr. Ir. Rina Fitriana, S.T., M.M., IPM, ASEAN Eng.
Dosen Teknik Industri Universitas Trisakti
Deskripsi Pemateri:
Pendidikan
(2008 2013) Doctoral Degree Bogor Agriculture University, Agriculture Industrial Technology
(1999 2000) Magister Management at PPM Graduate School of Management
(1994 1998) Bachelor of Industrial Engineering , Trisakti University Jakarta
Pengalaman Kerja
(2020) Consultant Industrial Expert Staff at Kawasan Industri Aceh Ladong in PT. Sucofindo
(2020) Consultant Industrial Expert Staff at Master Plan Kawasan Industri Kawasan Ekonomi Khusus
Bukit Asam in PT. Taram and PT.Indokoei Internasional
(2019) Consultant Industrial Expert Staff at KPBU Research di PT. Taram
(2017) Head of Industrial Engineering Department Trisakti University
(2014) Secretary of Industrial Engineering Department Trisakti University
(2015 now) Trainer of Certified Business Intelligence Association (CIBIA)
(2015) Certified Business Intelligence Association (CIBIA) From PASAS
(2016) Certified Business Intelligence Proffessional (CIBIP) From PASAS
(2013) Desertation : Business Intelligence System Development for Dairy Agroindustry