1. Pertanyaan dari Bapak Andi Prasetya
Jika titik koordinat fondasi sudah ditentukan oleh pihak klien, namun kontur tanah tidak memungkinkan padat lembek, bagaimana?
Jawaban: Mungkin saya sedikit klarifikasi, bahwa titik koordinat fondasi itu kita yang tentukan (struktur), karena fondasi itu tergantunng kebutuhan berapa banyak. Kalau misalnya menggunakan tiang, berapa banyak tiang pancang yang dibutuhkan, itu struktur yang menentukan. Mungkin yang jadi pertanyaan, jika titik koordinat kolom sudah ditentukan, baru itu logic, sebenarnya hubungan kita (struktural) itu bukan dengan klien tetapi dengan arsitek, arsitek biasanya sebelum menyerahkan ke engineer, dia sudah punya jawaban sendiri karena mereka sudah tahu. Kalau misalnya klien “kekeuh” dan arsitek menerima pendapat klien kita harus bekerja, bangunan itu tidak harus selalu berdiri di tanah keras, tanah keras itu ada di level atas, ada juga di level paling bawah, yang 20 m / 100 m / 150 m dari permukaan tanah. Kalau dia “kekeuh” kita kasih saja bukti logic data yang bicara, misalnya “Bu, ini bisa tapi ujungnya tiangnya itu harus 100 m kebawah, ujung utamanya adalah cost itu bisa 2 - 3 kali lipat, kalau jawaban sudah dihubungkan dengan cost, klien pasti berfikir.
2. Pertanyaan dari Bapak Albert Hansel
1) Hal-hal apa saja yang dipertimbangkan pada analisa pencerahan lantai podium jika terdapat multi tower?
2) Bagaimana perhitungan gaya rencana difragma podium, berat kumulatif yang diperhitungkan pada 1 tower? Ada kolam renang di podium atau diatas tower apakah ada efek dinamis khusus yang ditentukan untuk permodelan kolam renang di atas tower?
Jawaban:
1) Yang disebut podium adalah lantai-lantai biasa yang kalau tower biasanya ditengahnya, dan terkadang disebelahnya ada mall, atau kolam renang dll itu disebutnya lantai podium. Biasanya engineering itu memutuskan apa yang harus dilakukan, apakah menyatukan dengan tower atau memisah? Biasanya engineering itu memisahkan, sehingga antara tower dengan podium itu ada lubang / gap, sehingga pengaruh dari gedung ke podium tidak ada, lebarnya gap itu hasil analisa lendutan akibat gempa, dll sehingga secara jelas membuat gap itu. Bagaimana dari sisi bocor, dll? Itu masalah finishing, apakah dikasih silen atau produk-produk pengisi gap itu.
2) Kolam renang diatas tower tidak terlalu spesifik harus ada kena beban gempa, tidak terlalu spesifik ada consideration itu, cuma tidak tahu kalau misalnya terlalu tinggi, kemudian itu berat beban airnya lumayan banyak pengaruhnya kemana, itu mungkin akan dibahas di detail diskusi nanti.
3. Pertanyaan dari Bapak Muhammad Afrizal
Berapa batas dimensi struktur kantileper pada gedung sesuai batas yang diizinkan dengan ketinggian struktur?
Jawaban: Kalau batas dimensi struktur, sebenarnya memang ujung-ujungnya dibatasi oleh lendutan, karena ujungnya pun adalah untuk kenyamanan penghuninya. Sekuat apapun struktur, misalnya dengan perat pegang atau apa, itu ujung-ujungnya tidak boleh terlalu tinggi karena mengganggu kenyamanan penghuninya. Kalau misalnya panjang sekali tapi bisa diakali dengan perat pegang sehingga lendutannya lebih kecil itu boleh, kalau dengan perat pegang biasanya ukuran dimensinya jauh lebih kecil itu boleh dan harus pakai analisa.
4. Pertanyaan dari (Tanpa Nama)
Apa saja sertifikasi yang harus diikuti dari lulus S1 teknik sipil hingga menjadi ahli instruktur high rise building?
Jawaban: Biasanya tergantung pengalaman, seperti halnya saya, saya bisa menyatakan bahwa “I’m high rise engineer by background”, learning itu lebih membentuk kita sebagai seorang ahli struktur high rise building. Sertifikasi saat itu tidak ada, saya Cuma anggota HAKI, itupun saya tidak terlalu aktif, sekarang ada PII, HAKI, sudah lebih terprogram. Menurut saya ikuti saja yang sekarang ini, PII sebagai insinyur mungkin awalnya itu berat karena banyak keperluan dan kebutuhan, tetapi positive thinking bahwa semua itu akan berpengaruh ke kita dari sisi pengetahuan, pengetahuan itu akan bertambah dan peraturan akan membuat kita lebih confident.
5. Pertanyaan dari Bapak Yulius Sulistio
Pemadam kebakaran termasuk beban apa?
Jawaban: Beban Live load, dan itu akan bagus kalau ini dikonfirmasi, pemadam kebakaran yang datang itu untuk ukuran seberapa.
6. Pertanyaan dari Ibu Firdi Audi
1) Bagaimana konsep daktilitas pada struktur bangunan?
2) Tangga darurat apa perlu diberi dinding beton saja atau boleh menggunakan bata?
Jawaban:
1) Garis besarnya dari konsep daktilitas adalah bangunan itu tidak rubuh total dalam gempa yang sangat berat artinya masih diberi timing/waktu kesempatan orang-orang untuk evakuasi. Nanti akan dijelaskan dalam hal teknik ukuran betonnya, simpangannya, dll.
2) Tangga darurat tergantung kesepakatan instruksi dari bos atau senior, tangga darurat itu kalau sudah cukup di sekeliling lift sebagai core wall, tangga darurat tidak perlu dijadikan beton tetap bata, tapi kalau untuk misalnya menambah kekakuan atau member lateral itu bagus, karena tangga darurat itu istilahnya ada 1 area yang bisa kita pakai, balik lagi ke costnya kalau misalnya core wall sudah cukup kenapa pakai yang lain.
7. Pertanyaan dari (Tanpa Nama)
Mengenai struktur bangunan di program SAP 2000 atau ETAPS, apakah pada permodelan perlu dimodelkan juga tangga?
Jawaban: Biasanya tangga tidak, karena di designya di design graffiti tidak menerima beban, jadi tangga itu menjadi beban, jadi tidak dimodelkan.
8. Pertanyaan dari Bapak Dhafin Lukman
Apakah design bisa meletakkan, sendi, roll atau boleh jepit?
Jawaban: Sendi, roll, dan jepit itu tergantung designnya mau bagaimana, kalau misalnya tangga itu tergantung tangganya. Tangga sederhana misalnya, satunya sendi satunya roll akan stabil tidak? Ternyata tidak, rollnya bisa bergeser, hanya vertical reaction saja itu tidak. Kalau sendi dan sendi itu stabil, kalau jepit dan roll itu stabil. Jadi semua itu tergantung kita, kita mau bagaimana tapi ada efeknya. Kalau misal disini sendi dan disini roll tidak akan stabil langsung collapse, tapi apakah mau sendi dan sendi atau sendi dan jepit itu hasilnya harus sesuai analisa, kalau jepit artinya harus ada bending moment atau lentur yang harus dipertimbangkan, nanti ujungnya kena ke balok. Kalau ini tangga, disini ada jepit dan ada lentur itu akhirnya harus dipertimbangkan ke balok sebagai puntir.
9. Pertanyaan dari (Tanpa Nama)
Metode apa saja yang banyak diaplikasikan di high rise building Indonesia?
Jawaban: Metode perhitungan high rise building, kita biasanya menginduk ke lokal, misalnya SNI Gedung itu kan banyak sekali, kita harus appreciate ahli-ahli kita, sudah sekian tahun tercurah untuk hal itu. Tapi kalau gedungnya tinggi sekali misalnya lebih dari normal, yakni diatas 50-60 biasanya kita bandingkan juga dengan sumber-sumber kode atau pedoman dari yang lain. Misalnya AISC atau dari Amerika atau lihat spesifikasi gedung yang kita design, kalau misalnya gedungnya mirip-mirip dengan Gedung yang dari Cina itu kita boleh telusuri referensi studi pustakanya mereka menggunakan apa, dll. Dan komunikasi dengan ahli-ahli struktur di Indonesia.
10. Pertanyaan dari (Tanpa Nama)
Mengenai control structure, apakah sifat antar lantai sudah termasuk struktur aman?
Jawaban: Rule of time, dari peraturan juga bahwa drift ratio harus sekian, simpangan sekian, untuk beberapa kasus itu sudah cukup, dimana kalau itu tidak cukup untuk kita itu biasanya dalam perjalanan waktu, misalnya bangunannya spesifik, suatu saat pada saat TPKB sidang itu ada pertanyaan, “Coba lakukan jangan hanya mengandalkan drift rasio simpangan antar tingkat” itu baru dilakukan. Tapi, selama tidak ada sesuatu yang spesifik, rule of timenya seperti itu sudah cukup, jadi selama ada di dalam peraturan tidak apa apa, cukup.
11. Pertanyaan dari (Tanpa Nama)
Mengenai high rise building dengan konsep perencanaan elastis?
Jawaban: Semua itu mendingan pakai elastis, tapi ada kalanya kita tidak bisa mempertimbangkan hanya elastis saja. Kalau misalkan mengikuti elastis gedung dengan beban gempa yang besar sekali kalau menggunakan sistem perencanaan elastis, ujungnya ada konsekuensi, konsekuensinya itu bisa jadi gedungnya terlalu berlebihan, tapi kalau konsep daktalitas itu ada kompromi bahwa boleh gedung itu rusak parah tapi tidak runtuh, efeknya itu dimesinya reasonable. Bukan mana yang baik, tetapi mana yang pas yang diinginkan dan hasilnya.
12. Pertanyaan dari (Tanpa Nama)
Bagaimana pendapat Bapak tentang bangunan tinggi yang dibuat Negara Cina dalam waktu singkat?
Jawaban: Kalau Cina bisa melakukan hal tersebut, kita pelajari dan pastinya ahli-ahli struktur kita tidak memejamkan mata, pastinya ingin tahu. Inilah sesi dimana kita harus bertanya, curious harus kita munculkan dan your emotional in skill dalam artian mau bertanya itu penting disini. Kalau terlibat dalam suatu organisasi seperti PII atau HAKI harus berani bertanya dan harus berani meminta. Kalau bertanya kepada saya, tidak kompeten karena saya tidak tahu dan mencari tahu, saya lebih ke orang terapan.
13. Pertanyaan dari Bapak Rudianto
Apa Bapak punya blog khusus mengisi instruktural?
Jawaban: Tidak, namun saya boleh sarankan 1 Facebook yang bagus adalah Pak Anin Hudaya, beliau suka memberikan pendapat mengenai Civil Structure di facebooknya.
14. Pertanyaan dari Bapak Ating
Bangunan tidak rusak berat pada waktu gempa besar apakah bisa diperbaiki lagi dan bisa dipakai lagi?
Jawaban: Saya pernah mengalami pada suatu proyek yaitu evaluasi Gedung terbakar, tahun 1998 kerusuhan di Indonesia banyak Gedung terbakar, saya mendapat tugas untuk invertigasi impact kebakaran di Gedung Mall Slipi Jaya. Dilakukan nalisa, visual observasi, dll lalu diserahkan kepada tim untuk di analisa bagaimana kekuatan struktur yang ada. Bisa dipertahankan, bisa diperbaiki, bisa tidak, tergantung sejauh mana dan tergantung seberapa jumlah cost yang timbul. Jadi, kalau bangunan kena kebakaran biasanya si balok dan kolomnya itu tidak cacat cuma kena bakar. Tetapi kekuatan itu masih 100%? Belum tentu, kita harus melakukan studi, ngedrill dulu betonnya, ngelihat apakah sejauh mana paparan apinya sampe ke berapa cm, ujung-ujungnya berarrti terjadi reduksi kekuatan beton berapa puluh persen, 40-50%. Apalagi kena gempa, kalau kena gempa, kolom mungkin sudah ada yang pecah-pecah tapi masih berdiri, jangankan untuk bisa dipakai lagi atau tidak, melakukan investigasi saja harus hati-hati, karena kalau masuk tiba-tiba rubuh. Bos pun akan hati-hati menerima hal tersebut, karena kalau untuk reinstate lagi itu costnya besar, dll, kadang-kadang ada juga yang tidak mau melakukan karena terlalu banyak risiko.
15. Pertanyaan dari (Tanpa Nama)
Perbedaan core wall dan shear wall, kelebihan dan kekurangannya?
Jawaban: Kalau core wall adanya biasanya menyatu dengan tidak hanya satu bilah, kalau shear wall itu biasanya disebelahnya tangga itu hanya ada 1 wall, tapi kalau tengah-tangah yang mengelilingi lift itu disebut core wall, fungsinya sama untuk menerima gaya lateral, bedanya kalau corrwall biasanya tidak hanya dalam bentuk 2, tapi membentuk 1 kesatuan, treatmennya berbeda, corrwall wal darisini dan darisini dihubungkan oleh balok sehingga menjadi satu kesatuan utuh yang kaku, desainnya berbeda.
16. Pertanyaan dari (Tanpa Nama)
Apakah menjadi struktur engineer itu harus meneruskan ke jenjang S2?
Jawaban: Saya tidak menjawab ya atau tidak, namun pengalaman saya, saya kuliah di ITB dan S2 saya 20 tahun kemudian dan itupun bukan teknik sipil, tapi saya di manajemen. Lalu apakah butuh S2? Pendapat pribadi saya, saya cenderung orang yang menyatakan bahwa yang paling penting adalah pengalaman disbanding studi, tapi kalau misalnya ada kemampuan untuk studi S2 itu bagus, tapi saya sarankan kalau mau mengambil S2 tidak langsung S1 lalu S2, tapi ada jeda waktu dahulu 2 atau 3 tahun praktek, sehingga pada saat mengambil S2 itu tahu apa yang akan dibahas, tahu yang akan dipelajari. Saya tipe orang yang lebih suka profesionalitas, jadi kita sebagai professional mampu, pengetahuan kita tinggi, jam terbang tinggi, jadi saya selama 20 tahun sampai sekarang tidak punya S2 teknik sipil, yang penting pada saat kita kerja kita melakukan yang terbaik, jangan lupa untuk bertanya.
17. Pertanyaan dari Bapak Boni Laksito
Apakah core wall dan shear wall di rewall efektifitas dalam menahan lateral beban sama mengingat porsi bangunan itu berbeda?
Jawaban: Tergantung, seperti contoh bearing wall itu biasanya tidak diterapkan pada bangunan yang terlalu tinggi, apartemen gfpaling 20 lantai. Apakah bearing wall cocok untuk yang 60 lantai? Tidak mungkin, karena bearing wall itu dari atas ke bawah tidak terlalu tebal, jadi efetifitasnya tergantung, mungkin pada saat 10 lantai bagus sekali bearing wall disbanding core wall, dan gempanya sejauh gimana, kondisi tanahnya seperti apa, jadi itu akan banyak menentukan.
Profil InstrukturIr. Rifki Feriandi, MM
Former Director of PT Aurecon Indonesia
Deskripsi Pemateri:
Pendidikan
Sarjana Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, 1993
Magister Manajemen (Stratgic Management) , Prasetya Mulya Business School, 2013
Pekerjaan
PT Davy Sukamta Konsultan Building as a Building Structural Engineer / Project Manager
PT Stadin Strukturindo as a Building Structural Engineer / Project Coordinator
Ove Arup & Partners International Limited as a Building Senior Structural Engineer
PT Cornell Wagner Indonesia then PT Aurecon Indonesia as a Senior Structural Engineer, Associates,