1. Pertanyaan dari Bapak Mario Pandapotan
Untuk investigasi kecelakaan atau insiden apakah ada training khusus yang dapat dilakukan? Kalau iya dari mana ya? Institusi pemberi trainingnya siapa ya?
Jawaban: Kalau ini ada khusus trainingnya, dan banyak lembaga training yang melakukan teknik seperti itu. Tapi kalau yang sertifikasi ada khusus.
2. Pertanyaan dari Bapak Ahmad Zul Raihan Fuadi
Mengenai persamaan persepsi kita sebagai sebuah organisasi, karena setiap orang pasti memiliki persepsi yang berbeda, rencana yang berbeda dan pendapat yang berbeda, hal ini yang terkadang menimbulkan perbedaan pendapat di dalam organisasi, bahkan pada satu kasus karena ketidaksamaan pandangan inilah penyebab beberapa insiden di lapangan terjadi.
Jawaban: Itulah pentingnya leadership, jadi pemimpin organisasi itu harus bisa menentukan dan memutuskan. Ada manajer HSEnya dan harus disampaikan ke Direktur Utama jadi memiliki persepsi yang sama tidak berbeda-beda. Kalau menurut saya orang K3nya itu menjelaskan dan orang harus mengikuti dia, dan dia juga harus menyampaikan ke Dirutnya. Kalau misalnya dari TNI ada sistem komando, ada 1 pandangan dari atas tidak boleh berbeda-beda.
3. Pertanyaan dari Bapak Rulli
Bagaimana tindakan kita sebagai K3 kalau di perusahaan industri khususnya industri rumah tangga yang biasanya tidak mempunyai prosedur dan terkendala dengan biaya atau budget perusahaan? Sehingga petugas K3 seakan-akan menjadi kambing hitam.
Jawaban: Realitanya seperti ini, tetapi tergantung dari pemilik perusahaan nya ini peduli atau tidak kepada karyawannya bawa karyawannya jangan celaka atau segala macamnya. Kalau memang dari bosnya sendiri sudah tidak ada upaya ya susah juga, kalau kondisi seperti ini kita harus bisa meyakinkan atasan kita. Salah satu caranya dengan pendekatan biaya, misalnya "Pak kita harus memasang alat program kebakaran, kalau tidak kita pasang nanti akan kebakaran, jika terjadi kebakaran ruginya akan lebih besar". Jadi, manajemen dan bos harus Jelaskan dengan pendekatan biaya tersebut. Kalau perusahaan kecil bisa disesuaikan tidak terlalu canggih, kita tahu harus tahu risiko-risikonya dan Bagaimana pencegahannya, minimal memiliki APAR, APD, sehingga tidak terjadi kecelakaan pada karyawannya.
4. Pertanyaan dari Bapak Wahyu Jatmiko
Dalam K3 mana yang diprioritaskan? Keselamatan kerja atau kesehatan kerjanya dulu?
Jawaban: Kalau zaman sekarang karena zaman covid, kesehatan yang diutamakan karena itu risiko untuk orangnya. Kalau menurut saya mana yang diprioritaskan itu harus sama dua-duanya tetapi pada orangnya bagaimana keselamatan orang.
5. Pertanyaan dari Bapak Sahrul
Bagaimana penerapan K3 di perusahaan industri transport dan logistik?
Jawaban: Pertama untuk transport standarnya kita mengikuti dari pemerintah, dan dari perhubungan itu ada standar untuk keselamatan berkendaraan, jadi kita pastikan alat transportasi kita mengikuti standar tersebut. Untuk logistik dari prosesnya ditempat kita seperti apa, kalau ini berhubungan dengan orangnya maksudnya adalah supir, supir juga memiliki standar, seperti sopir 3-4 jam harus istirahat, dalam sehari harus berapa jam maksimal, harus memiliki prosedur supir yang aman seperti apa berkendaraan, sebagaimana kendaraannya juga.
6. Pertanyaan dari Ibu Tatit
Untuk pengendalian potensi bahaya menengah di industri manufaktur apakah juga harus membuat laporan HAZOP seperti untuk industri dengan potensi bahaya besar kalau tidak, model laporan seperti apa?
Jawaban: Jadi HAZOP itu memang untuk industri yang besar, kalau menengah itu sebenarnya ada HAZOP yang sederhana namanya HAZIT, lebih simpel namun prinsipnya sama. Apa prosesnya, risikonya, pencegahannya, jadi bisa dibuat HAZOP versi sederhana.
7. Pertanyaan dari Bapak Bramana
Apa perbedaan mendasar risk identification antara HIRARJ dan JSA?
Jawaban: Jadi lebih kompleks saja, JSA itu simple apa proses kerjanya, apa bahayanya, penanganannya. Kalau HIRARJ itu identifikasi bahaya, assessment risiko, risiko itu lebih komplit, jadi resikonya itu dinilai apakah tinggi, menengah dan rendah. Potensinya sering, jarang atau kadang-kadang. Jadi perbedaan mendasarnya adalah prosesnya. Proses sederhana cukup menggunakan JSA, Tetapi kalau prosesnya kompleks. Misalnya di pabrik kimia, petrokimia, gas harus menggunakan HIRARJ karena kompleks.
8. Pertanyaan dari Bapak Ryo
Mengenai 5 Why studi kasus forklift menabrak karyawan tadi, apakah dalam kasus tersebut kita pihak investigasi K3 hanya menganalisa akar penyebab dari pihak yang membawa forklift saja, tidak dengan karyawan yang tertabraknya?
Jawaban: Tadi sebenarnya hanya contoh, tetapi benar kita harus melihat juga dari karyawannya, karena bisa jadi dia juga salah. Tadi hanya contoh tetapi dalam realnya, kita harus tanya karyawan tersebut tertabrak kenapa, apa lewat di sana.
9. Pertanyaan dari Bapak Gabriel Prasetya Arga
Apakah JSA perusahaan Seluruh aktivitas kerja dalam perusahaan? Atau terdapat batasan terkait dengan jenis pekerjaan yang dilakukan Job Safety Analysis? Mengingat perusahaan juga memiliki departemen yang lain sebagai contoh Departemen IT.
Jawaban: Ini tergantung risikonya saja, risiko tinggi kita buat menggunakan JSA, kalau pekerjaan sederhana ya tidak perlu. Kalau IT jadi risikonya firewall, misalnya virus masuk ke dalam sistem perusahaan. Jadi disesuaikan saja dengan proses di tempat itu, jadi kalau menurut saya batasannya apa tergantung risiko.
10. Pertanyaan dari Bapak Toni
Apakah K3 ada hubungannya dengan JAMSOSTEK?
Jawaban: Ya perlu, Jadi kalau misalnya ada kecelakaan kita minta penggantian ke JAMSOSTEK, dan JAMSOSTEK akan investigasi juga. Kalau kita memiliki K3 yang bagus nanti akan jelas, tetapi kalau ternyata tidak ada dan itu adalah keteledoran perusahaan itu sendiri akan beda penanganannya. Itu adalah keteledoran yang akan beda penggantian di JAMSOSTEK. Biasanyapun akan diminta JAMSOSTEK kalau kita klaim sebuah kecelakaan dia kan minta mana insiden repotnya, dan segala macamnya.
11. Pertanyaan dari Ibu Tika Diah Kuswandari
Kalau pabrik memiliki gedung bertingkat dan ada beberapa ruangan di dalam, Bagaimana cara menentukan jumlah P3K dalam gedung bertingkat tersebut? Apakah berpengaruh dengan luas bangunan?
Jawaban: Jadi ini ada standarnya, P3K atau APAR. Kalau APAR setiap 15 M persegi harus ada, P3K pun sama, saya lupa detailnya tetapi ada. Tetapi kalau gedung bertingkat minimal tiap lantai harus ada, mudah diakses, kalau pengaruhnya jumlah orang bukan luasnya.
12. Pertanyaan dari (Tanpa Nama)
Sebetulnya Berapa lama sekali inspeksi dari dinas yang berwenang terhadap pabrik-pabrik? Mengapa di Indonesia sering ada pencemaran lingkungan yang parah di air dan udara, sehingga sangat merugikan dan membahayakan masyarakat luas?
Jawaban: Kalau inspeksi biasanya setahun sekali dari dinas tenaga kerja, dan Dinas Lingkungan itu ada. Kalau Dinas Lingkungan biasanya ada orang membuat laporan nanti ada inspeksi juga.
Idealnya, perusahaan itu memiliki AMDAL untuk laporan, akan diinspeksi oleh dinas lingkungan setempat. Kalau ada perusahaan yang mencemari lingkungan langsung ditindak oleh dinas lingkungan tersebut. Kenapa masih terjadi menurut saya, ada sistem yang tidak berjalan dengan baik, mungkin saja monitoring dari pemerintah kurang, atau bisa juga industrinya yang nakal, di laporan baik tapi nyatanya tidak. Harusnya tidak terjadi kalau prosedur dan proses yang berlaku dilaksanakan dengan sebaik mungkin dan ada monitoring dari pihak pemerintah.
13. Pertanyaan dari Bapak Yoga Aji Kuncoro
Bagaimana metode penerapan K3 yang mudah dipahami untuk para pekerjanya dan mudah untuk diaplikasikan?
Jawaban: Metode yang mudah itu, apa proses kerjanya, apa risikonya, bagaimana pencegahannya. Jadi disesuaikan juga dengan industrinya, kalau menurut saya ini industri yang menengah ke bawah, supaya mudah itu harus seperti tadi menggunakan gambar, video, tulisan. Jadi, disesuaikan dengan pelaksana lapangan, menggunakan gambar, rambu-rambu di perusahaan, dan ada training tapi dengan bahasa yang mudah jangan bahasa yang rumit.
14. Pertanyaan dari Bapak Septian Dwi Prayogi
Bagaimana mengidentifikasi Hazard yang bukan ditimbulkan oleh human error. Misal disebabkan oleh bencana alam, Apakah seorang K3 harus punya laporan dari instansi tertentu seperti BMKG atau BPS secara berkala?
Jawaban: Kalau untuk kondisi bencana alam, pihak K3 itu harus memiliki informasi juga, sekarang sudah banyak BMKG BNPB sudah memiliki Instagram di mana dia harus cepat mencari informasi. Sekarang sudah mulai seperti sudah ada potensi bahaya tsunami, gempa bumi, jadi orang K3 itu harus cepat update informasinya, buka instagram, twitter. Dan dia harus dekat dengan BNPB area setempatnya dia.
15. Pertanyaan dari Bapak Kustiaditya Wiguna
Pada tim P2K3 anggota timnya harus bersertifikat sesuai dengan jabatannya? Jika ada, Adakah sifatnya mandatory? Dalam UU tertentu?
Jawaban: Peraturan yang berlaku itu hanya satu, sekretaris P2 K3 itu ahli K3 umum, minimal ada 1 orang yang bersertifikat ahli K3 umum.
16. Pertanyaan dari Bapak Abdul Azis
Apa perbedaan sistem manajemen K3 dengan ISO 45001 dengan SMK3 umum?
Jawaban: Kalau prinsip sebenarnya sama sistem manajemen K3, hanya bedanya sistem K3 itu Indonesia dikembangkan oleh peraturan pemerintah Indonesia. Kalau ISO 45001 internasional.
Profil InstrukturHendra Messa, ST
Konsultan dan Trainer K3
Deskripsi Pemateri:
Education :
Industrial Engineering, Bandung Institute of Technology, Graduated 1994
20 years Job Experiences of HSE at various industries:
PT Alstom Indonesia (T&D), QHSE Officer, 2000-2006, Jakarta
PT Star Energy, HSE Engineer, 2006-2009, Pangalengan-Jabar,
Borouge Petrochemical- Adnoc, HSE Sr Engineer, 2009-2016, Abu Dhabi – UAE
PT Essence Indonesia ( IFF), EHS Manager, 2016-2018, Karawang- Jabar
PT Cargill Indonesia (CAN), EHS Country Lead, 2019-2020, Jakarta