1. Pertanyaan dari Ibu Ineu Widyaningsih
Kalau untuk stand-alone IoT apakah lebih cepat proses instalasinya daripada yang integrated dan biasanya berapa lama prosesnya?
Jawaban: Kalau lebih baik saya lebih prefer integrated, karena datanya sudah ada, lebih cepat ya integrated, kalau datanya sudah tersedia maka integrated lebih cepat. Lebih ribet integrated juga karena kita harus belajar sistem yang sudah ada. Kenapa pada saat implementasi banyak sekali yang memilih stand-alone? Kalau mesinnya itu terbuka, yang membuat ada, yang programnya ada, pabrik memiliki semua softwarenya, maka itu akan lebih mudah, karena pada saat kita melakukan itu maka kita harus mencari data on off mesin. Itu harus dibuka terlebih dahulu programnya, dimana datanya, addressnya yang mana, address nomor berapa, itu kita harus mencari sehingga lebih complicated, di mana kita harus mempelajari mesin orang, akhirnya kami lebih banyak memilih stand-alone, karena stand-alone lebih cepat dalam hal intuition secara keseluruhan. Karena tinggal pasang sensor, PLC yang membuat kita sendiri, kita yang program sendiri, sehingga kita tahu apa yang akan terjadi, sehingga proses implementasi atau testing commisioningnya akan lebih cepat daripada pada saat kita memakai integrated sistem. Kalau data PLC nya ada, communicationnya ada, protokolnya tahu, addressnya kita tahu, maka lebih baik pakai integrated. Tapi kalau harus ngobrol dengan vendor mesin, kalau seperti itu pilih stand-alone saja, karena proses diskusinya pasti panjang sekali, jadi kalau menurut saya tergantung dari kondisi mesin. Jadi kalau saya pilih, sebagai kontraktor yang membuat OEE, saya lebih suka stand-alone, karena tidak menganggu instuisi orang. Tapi dari sisi pabrik itu kurang efisien
2. Pertanyaan dari Bapak Tomi Hendrawan
1) Data dari PLC yang disimpan dengan tujuan untuk analisa biasa periodenya berapa lama? Kemudian storagenya baiknya menggunakan SQL atau NoSQL?
2) Mohon info lagi untuk pengiriman data ke cloud secara realtime apakah via HTTP? Apa ada tips implementasi di sisi cloud untuk menerima data yang cukup banyak data streamnya seperti data electrical? Apakah lebih baik menggunakan instance sendiri atau menggunakan seperti cloud function atau lambda?
Jawaban:
1) Data storage biasanya kita simpan 1 tahun. Kalau 1 mesin, 5 tahun masih aman, tapi kalau mesinnya sudah banyak biasanya data storagenya kita pakai 1 tahun. Sekarang umumnya masih SQL tapi ini ada trandingnya, untuk cloud trandingnya NoSQL jadi tidak ada patternnya, tapi trandingnya di cloud NoSQL, tapi kalau di log out, dia SQL.
2) Kami saat ini sudah tidak menggunakan http, karena http sebenarnya digunakan untuk data beberapa waktu yang lalu. Biasanya kalau IoT kita pakai 2 teknologinya. Kita pakai MQTT bisa sampai ngirim data dalam jumlah yang cukup besar, jadi kita bisa ngirim hampir setiap 5 detik untuk hampir 50-100 data ke cloud. Kalau bapak ada resources, bikin saja sendiri pak, jadi MQTT protokol bisa membuat dibawah, untuk pengiriman data menggunakan ESP mikrokontroller atau Raspberry atau mini PC. Kemudian untuk menangkap di cloudnya bapak tinggal membuat aplikasi sendiri untuk menangkap ke MQTTnya atau kalau bapak tidak ingin repot, bapak bisa menggunakan IoT platform, jadi bisa pakai blink, dll, kalau mau pakai yang lokal punya kami punya namanya Go IoT, bapak bisa pakai itu, sehingga bapak tidak perlu lagi memikirkan cara bagaimana untuk komunikasi ke atas jadi bapak bisa fokus ke level yang dibawahnya. Jadi seberapa besar data yang bapak ingin kirim? Kalau hanya sekedar 100-200 data per 5 detik harusnya MQTT sudah bisa.
3. Pertanyaan dari Bapak Fajar Surya Ramadhan
1) Untuk membuat program analitik dengan server dan user interface, prosesnya seperti apa? Pengetahuan minimum yang dimilki apa saja?
2) Untuk membuat perangkat automation dengan kontrol berdasarkan IoT hardware paling mini dan ekonomis menggunakan apa pak? Perlu desain board dan rangkaian komponen sedirikah, atau mending menggunakan ada board yang sudah tersedia seperti ESP01 atau ESP8266, karena di produk jadi sudah banyak produk home automation seperti Mi, Bard*, dll.
Jawaban:
1) Tim saya, yang melakukan projek ini biasanya kita rekrut anak IT atau RPL SMK, atau anak IT S1 sudah bisa. Jadi sebenarnya yang mereka kerjakan adalah sebenarnya data analis, jadi mengolah data SQL menjadi data analis, plus web programming. Bisa menggunakan php atau lainnya, jadi skillnya hanya itu, jadi kalau teman-teman IT kalau sudah bisa database, pengolahan data dan web programming itu sudah cukup untuk membangun sistem OEE ini secara mandiri. Nanti yang paling sulit adalah menarik data dari PLC, dan itu videonya di youtube juga sudah banyak, bagaimana menarik data PLC ke PC secara mandiri jadi bisa dikerjakan secara mandiri.
2) Kalau Mas Fajar masih mahasiswa, saya rekomendasikan untuk membuat 1 atau 2 sistem saja dengan membuat board sendiri, tapi sebelum membuat board sendiri, Mas Fajar coba ambil board-board yang sudah ada di tokopedia, dibeli, yang harganya 50-100 ribu, coba dijoin dahulu, ada sensor, ada ESP, program ESP, kemudian konek ke internet, dan ke IoT platform. Banyak platform yang sudah mengajarkan bagaimana mengonekkan ESP ke IoT platform dengan program-programnya.
4. Pertanyaan dari Ibu Frieda Hariyani
Mohon penjelasan sederhana untuk Pembagian Otorisasi Sistem Terintegrasi. Bagaimana baiknya untuk Building Information Management karena data desain, konstruksi, dll berbeda instansi dan jika dishare via email sangat besar, jadi saat diskusi online sering dibatasi akses dan gambar-gambar jadi sulit diperiksa secara detail.
Jawaban: Biasanya kalau data OEE itu saat ini masih bentuknya data jadi belum dalam bentuk gambar, biasanya ada terpisah antara data dan gambar. Kalau data, itu user managementnya clear, itu user managementnya bisa di akses melalui aplikasi user management web aplikasinya, sedangkan dari web aplikasi ke PLC nya itu hanya satu bantuan. Kalau datanya besar, biasanya kami memisahkan antara network data dan network diluar data, network data biasanya kita berikan space. Istilahnya seperti CCTV itu kontainer, dan gambar itu truk, dan data kita itu motor, jadi sebenarnya kalau truknya sudah banyak, motornya kalah, harus hati-hati juga, biasanya kita buat terpisah dan diberikan bandwidth yang mereka tidak diganggu. Kalau dijalan mirip dengan jalan khusus motor atau khusus sepeda, sehingga dia tidak terganggu. Jadi, pada saat network itu dipakai, data online ini tidak terganggu jadi kita biarkan mereka bergerak masing-masing. Memang perlu bandwidth antara data dan gambar atau video.
Bisa diintegrasikan dengan BIM, tapi dalam pengaturan network orang IT nya bisa, jadi kalau digabung akan hancur datanya, delay terus. Jadi antara data, gambar, video itu harus dipisah dengan bandwidthnya, kalau yang modelling saya kurang paham.
5. Pertanyaan dari Ibu Tiena
Pada arsitektur OEE, bila masuk data ke lokal web, apakah keamanan data untuk back up, biaya yang ditimbulkan seberapa besar?
Jawaban: Kalau lokal itu sebenarnya sangat aman, karena jaringannya itu jaringan lokal, sudah tidak ada biaya lagi kalau lokal. Jadi tinggal membuat program, aplikasinya sudah selesai, tinggal dipakai saja, bedanya kalau ke cloud, kalau ke cloud baru akan muncul biaya dan network security yang bermacam-macam. Kalau saat ini pabrik lebih prefer banyak yang menggunakan lokal web untuk OEE sistemnya mereka, untuk melihat OEE kalau di pabrik dulu kita sering melihat tengah-tengah production floor ada tv besar atau sekmen-sekmen besar untuk menunjukkan outputnya, dsb. Untuk pabrik yang sudah mengimplementasi digitalisasi, mereka cukup di komputer mereka sendiri-sendiri, jadi tidak perlu jalan-jalan lagi ke floor, jadi sudah tidak ada biaya lagi, dan tidak ada khawatir soal security karena dia di internal. Untuk back upnya bisa diatur suka-suka, karena itu sifatnya lokal dan single PC jadi aman.
OEE mempercepat informasi data. Kalau saya ke pabrik saya selalu mempelajari, apakah orang-orangnya ingin improve atau mereka dipaksa. IoT menjadi enarable teknologi untuk mempercepat memperoleh data, improvementnya di action dari para orang-orang produksi itu. Itu yang saya maksud bahwa OEE digitalisasi itu bukan sebuah improvement tapi enarable teknologi dan sebagai tools, jadi kalau toolsnya tidak dipakai dengan benar tidak akan ada improvement.
6. Pertanyaan dari Bapak Asep Wahyudin
1) Sistem yang terintegrasi dengan menggunakan Switchub tambahan dan sistem IoT yang terhubung ke jaringan internet isu keamanannya seperti apa? Dan untuk reportingnya kalau dari pengalaman Pak Idham, di generate rutin perhari, per minggu atau seperti apa? Diluar data yang ditampilkan pada dashboard online.
2) Untuk scoring OEE ini berarti hanya read only? Satu arah, tidak ada data yang di write kedalam pabrik atau ke mesin?
Jawaban:
1) Biasanya hardwsitch itu kita pasa firewall, kemudian masuk ke IT infrastruktur di pabrik sehingga isu keamanannya itu di handle oleh sistem pabrik karena kalau kita cerita tentang security itu ceritanya panjang sekali tapi pada saat pengiriman data dari PLC atau IoT sistem ke atas itu biasanya datanya sistemnya sudah enkripsi, tapi akan dilindungi lagi dengan firewall dan aplikasi-aplikasi yang kita suntik untuk security sistem, jadi kita tidak bangun sendiri security sistem, biasanya memakai yang sudah ada. Yang kedua soal generate report, untuk reportingnya kita sudah tidak generate paperless lagi jadi reportingnya sudah langsung dalam bentuk pdf di file sesuai permintaan, bisa perhari, pershift, atau perminggu.
2) Untuk scoring memang read only, monitoring saja, mengambil data tapi tidak kita suntik atau kirim balik ke mesin, karena mesin bukan untuk operation.
7. Pertanyaan dari Bapak Richard Sambera
Selama pembelajaran di kuliah, membangun sistem IoT yang saya ketahui ada banyak cara, salah satunya yang memakai mikrokontroller (ESP32, ESP8266, atau Raspberry) dan memakai IoT platform yang khusus PLC. Dalam penerapan, manakah yang paling baik dalam pengiriman data-data sensor dan sisi kestabilan?
Jawaban: Kalau di pabrik rata-rata semuanya pakai PLC jadi bukan menggunakan mikrokontroller. ESP32, ESP8266, atau Raspberry ini sudah ada sampel kode recordnya untuk membaca PLC, dari mikrokontroller ini untuk membaca sebuah PLC itu sudah sangat umum dan sudah banyak sampelnya dan itu bisa dipakai. Kami saat ini menggunakan ESP8266 untuk aplikasi-aplikasi yang low cost, kalau agak naikan sedikit kita berikan mini PC Raspberry, naik lagi kita berikan mini PC Celeron, naik lagi kita berikan I5. Jadi, kami memiliki fleksibel solusi biasanya untuk melakukan itu, apakah itu semuanya bisa dipakai? Bisa, tergantung aplikasi dan kesepakatan dengan pihak pabrik. Jadi kalau teman-teman dikampus sudah biasa menggunakan Raspberry atau ESP8266 pakai saja nanti tingal konek ke PLC, kalau tidak bisa koneknya nanti bisa kontak saya untuk cari manualnya untuk baca data PLCnya gimana caranya supaya bisa konek.
Semuanya sebenarnya stabil, pengalaman saya problemnya di ketidakstabilan power, jadi kalau bapak bisa jaga kestabilan powernya, baik mikrokontroller dan mini PC itu bisa aman.
8. Pertanyaan dari Bapak Amir
Apakah IoT dapat dimanfaatkan untuk maintenance service pabrik? Mencegah keausan komponen yang mahal, bagaimana caranya IoT mengukur lifetime komponen tersebut?
Jawaban: Bisa sekali, memang kornya dari IoT untuk mengukur lifetime sampai maintenance sebenarnya, kalau kita ingin tahu bagaimana mengukur lifetime suatu komponen sebenarnya simple sinyalnya hanya 1 yaitu on off, daripada alat itu sendiri dipakai atau tidak dipakai kemudian bapak bisa tarik data itu ke PLC atau mikrokontroller kemudian run hournya bapak jalankan. Jadi pakai timer, sehingga bapak bisa tahu berapa lama. Jangan lupa timer dan counternya itu settingnya dari manual book daripada peralatan itu sendiri, jadi seberapa running hour dia harus di maintenance, bisa dilakukan, bisa kirim alarm, kalau dia sudah waktunya untuk diganti, bapak kirim alarm untuk minta diganti. Untuk case Pak Amir ini, IoT benar-benar harus dipakai untuk maintenance service pabrik.
9. Pertanyaan dari Ibu Fionna Ingrid
Menurut Pak Idham apakah alat material handling di dalam pabrik, baik di lantai produksi atau bagian inventori perlu diterapkan OEE?
Jawaban: untuk OEE saya lebih suka impelentasinya di line produksi, jadi yang menghasilkan produksinya continue terus menerus, karena kalau material handling itu biasanya sesuai kebutuhan tidak continue. Jadi agak sulit untuk menghitung OEEnya. Untuk material handling itu bisa kita lakukan untuk mengukur yang namanya performance aset atau historical aset jadi yang diukur preventive maintenancenya, lifetimenya, kemudian sebanyak apa spare part yang dipakai untuk menggantikan sama performance daripada perlatan itu. Tapi sepertinya OEE kurang cocok untuk material handling kalau material handling itu dioperasikan 24 jam terus menerus tanpa schedule itu mungkin, tapi kalau dia unschedule agak sulit untuk mengukur OEEnya.
10. Pertanyaan dari Bapak Teguh Imam Santoso
Apakah kesalahan terbesar dalam menerapkan OEE? Lalu berdasarkan nilai OEE kelas dunia adalah 85%, apakah ini target yang harus dicapai untuk semua industri?
Jawaban: Jadi semua pabrik inginnya world class, jadi target utama mereka 85%, itu sudah jamak selalu diobrolkan. Kesalahan terbesar dalam menerapkan OEE adalah mengupgrade mesin tapi lupa untuk mengupgrade orang, jadi kalau saya implementasi OEE, 50% kegalalan implementasi OEE yang kami lakukan itu karena orangnya tidak mau diupgrade. Jadi, tugas teman-teman di teknis industri, bagaimana mengedukasi sebelum mengimplementasi OEE, pastikan semua orang sudah paham dengan OEE itu sendiri. Karena pada saat kita implementasi OEE isu paling besar adalah PHK, pengurangan orang. Kalau kami lebih gampang, karena kami handlingnya mesin bukan orang
11. Pertanyaan dari (Tanpa Nama)
Bagaimana cara mengkonekkan code scanner ke mikrokontroller sprit arduino? Apakah ada modul khusus? Atau pakai QR code scanner biasa?
Jawaban: Sebenarnya QR codenya kalu sudah ada kabel USB atau serial langsung masuk ke mikrokontroller langsung jalan. Yang pasti bisa, dan tidak perlu QR code scanner khusus, yang biasa saja bisa.
Profil InstrukturIdham Mashar, S.T., M.M.
Praktisi Internet of Things
Deskripsi Pemateri: