1. Pertanyaan dari Bapak Muhammad Utsman Burair
Tadi ada beberapa risiko dari proses purchase atau pembelian ketika melibatkan pembelian dari luar negeri. Untuk minimasi risiko-risiko tersebut, selain local supplier yang diandalkan apa ya? Karena, beberapa hal terkait dengan price dan kualitas yang beberapa raw material lebih bagus dari luar negeri.
Jawaban: Produk kualitas dalam negeri kita sekarang juga sudah mulai bagus. Kadangkala malah kita produksi dalam negeri tapi kemudian diekspor keluar, kemudian di luar itu digunakan untuk dikembalikan ke negara kita, jadi setidaknya kita menggunakan produk dalam negeri kita. Kalau dikatakan kualitas bisa bersaing produk kita dengan produk yang dari luar negeri. Contoh kalau yang saya baca itu sekarang mulai digalakkan yang namanya tingkat komponen dalam negeri (TKDN), itu pastinya industri kita itu sudah mulai mengarah kepada kualitasnya memang bagus, kualitasnya memang nomor satu. Dan saya juga percaya bahwa sekarang industri itu sudah masuk ke yang namanya selalu melakukan improvement, melakukan perbaikan. Jadi kalau misalnya ada risiko-risiko ketika melakukan global distribution, kemarin yang dilakukan adalah localization, jadi kita memperkuat rantai pasok lokal kita. Kalau kita bicara rantai pasok lokal kita satu yang menarik sekarang itu ada yang namanya program pengembangan kompetensi, pengembangan keahlian industri dalam negeri, salah satunya mungkin yang diinisiasi oleh PII, ada beberapa pelatihan-pelatihan supaya mendongkrak kompetensi-kompetensi teman-teman yang di dalam negeri. Supaya kita bisa bersaing dengan luar negeri mau tidak mau kita harus banyak meningkatkan kompetensi kita, kita terus banyak berlatih, kemudian jiwa kita harus berpikiran terbuka menerima beberapa masukan, improvement-nya seperti apa. Intinya 1, kalau saya melihatnya kita harus mau develop-nya, kita harus mau mengimprove apa yang sudah sebelumnya kita anggap baik, salah satunya adalah melalui program-program pelatihan atau pendidikan yang diselenggarakan di banyak tempat salah satunya PII. Di tempat saya itu di PPM itu juga ada, itu mengasah untuk keahlian kita berpikiran untuk lebih ke kualitas. Tidak lain tidak bukan kita harus terus melakukan improvement atau mengasah kompetensi atau keahlian kita.
2. Pertanyaan dari Bapak Iqnatius Togatorop
Di intermodal ini dikatakan bahwa merupakan suatu kombinasi yang beragam terkait dari perusahaan distribusi. Jika kita ingin melakukan distribusi ke luar negeri tentunya dengan metode intermodal ini akan menjadi kemungkinan bahwa peluang produk yang kita kirimkan itu mengalami kecacatan, baik dari packaging atau barangnya tergores ataupun penyok. Kita sebagai pihak pengirim atau produsennya, bagaimana pertanggungjawaban yang akan kita lakukan ataupun terkait dengan perusahaan distribusinya terhadap perusahaan produsen?
Jawaban: Itu bergantung dari perjanjian kerja sama kita, perjanjian kerjasama antara pengirim dengan mode transportasi. Kadangkala ada yang sudah include dengan asuransi tapi ada juga yang kadang kala tidak ikut karena tidak mau biaya pengirimannya besar. Jadi pertanggungjawabannya kita mengacu lagi kepada bagaimana perjanjian kerjasama yang kita sepakati antara si pengirim dengan si pemilik mode distribusi tadi atau mode transportasi. Termasuk juga kalau kita bicara bagaimana pertanggungjawaban antara si penjual dengan pembeli, oleh karena itu tadi ada incoterms itu mau tidak mau kita lihat juga sampai di mana, karena kalau misalnya kontrak jual belinya itu di Xbox misalnya berarti yang mengurusi masalah transportasi, distribusi itu pembeli, penjual tidak ada urusan. Tapi ketika bicaranya adalah deliver duty paid atau bayarnya itu sampai ke lokasi tujuan si pembeli, mau tidak mau itu tanggung jawab si penjual, mulai dari perjalanannya, mode transportasinya. Kalau misalnya ada kecacatan kerusakan itu tanggung jawab si penjual, penjual kemudian meminta pertanggungjawaban dari si mode transportasi sesuai dengan kesepakatan pada saat kerjasama.
3. Pertanyaan dari Bapak Muhammad Utsman Burair
Kalau untuk meminimasi risiko-risikonya terkait pembelian supplier yang berada di luar negeri apa ya, Pak? Seperti pandemic ini, beberapa keterlambatan pengiriman dan kenaikan harga dari produk.
Jawaban: Kalau masalah pandemi ini tadi sempat saya singgung bahwasanya sekarang ini banyak yang memperkuat supply chain lokal, risikonya kita harus perkuat supplier supplier lokal kita, kita develop kemudian kita perluas supplier lokal kita, dan juga ada yang namanya kerjasama dengan pesaing. Ketika kita ada keterlambatan pengiriman dari supplier kita yang ada di luar negeri karena pandemi, rasanya kita juga bisa mengembangkan kerjasama dengan industri yang sama bergerak di kita atau yang sering disebut dengan coopetition. Jadi kita tanya kepada pesaing kita punya atau tidak material ini saya membutuhkannya, kira-kira mau dijual atau tidak, hal-hal seperti itu bisa menjadi suatu mitigasi risiko di saat pandemi. Jadi kerjasama dengan pesaing atau kita mengembangkan kerjasama yang sifatnya lokal, baik itu supplier lokal maupun pesaing lokal, jadi kita ajak kerjasama. Jadi rasanya kayak banyak baca di beberapa artikel dan jurnal ketika masa pandemi itu yang dilakukan, jadi memperkuat rantai pasok lokal kita, termasuk memperkuat juga kerjasama kita bahkan dengan pesaing kita, karena nanti bisa saling share bahan baku yang mungkin terlalu banyak di satu tempat ini kita bisa beli dari pesaing kita. Tapi memang ada risikonya lagi, risikonya terjadi yang namanya kerahasiaan menjadi terbuka karena kita bekerja sama dengan pesaing. Intinya setiap ada strategi pasti ada resikonya tapi, tapi selama ini risiko yang banyak digunakan adalah bekerjasama atau mengembangkan jaringan rantai pasoknya secara lokal.
4. Pertanyaan dari Ibu Erny Sulistyaningsih
Pada saat pandemi kemarin, saat mendistribusikan barang dari satu kota ke kota lain, apa yang dilakukan pada barang-barang tersebut untuk menghindari penyebaran virus?
Jawaban: Biasanya dilihatnya dari yang dilakukan yaitu protokol kesehatan. Saya kurang tahu kalau pandemi ini virus yang menyebar dari pernapasan, apakah bisa menyebar melalui benda saya kurang tahu, termasuk juga apakah menyebar melalui makanan, ada yang mengatakan bahwa virusnya tidak bisa menyebar ke makanan karena itu ada panasnya. Kalau misalnya penyebaran virus melalui produk yang dikirimkan saya rasa kecil kemungkinannya namun kalau menyebar melalui orang yang mengirimkan itu bisa jadi, bagaimana untuk menghindarinya, paling antara yang mendistribusikan dengan yang menerima harus sadar dengan protokol kesehatan. Misalnya bisa dikurangi dengan masing-masing menggunakan masker pada saat mengirim ataupun menerima. Saya dulu waktu awal-awal ketika menerima paket istri saya selalu menyemprot nyemprot paket yang diterima, lalu saya berpikir apakah virusnya bisa hidup di paket setahu saya virusnya itu bisa hidup di udara kemudian bisa masuk ke manusia, tapi saya tidak tahu kalau bisa hidup di benda mati. Penyebaran itu takutnya bukan dari bendanya tapi dari orang yang mengirimkan yang tidak menggunakan protokol kesehatan atau mematuhi protokol kesehatan selama orang yang menerima paketnya ketika tidak mematuhi protokol kesehatan. Jadi kalau pendapat saya menghindari penyebaran virus baik si penerima maupun si pengirim sama-sama mematuhi protokol kesehatan untuk bisa meminimalkan penyebaran virus.
Profil InstrukturDr. Alain Wijanarka, ST., MT., CSCP, IPM
Dosen PPM Manajemen
Deskripsi Pemateri:
Saat ini bekerja di PPM Manajemen sebagai Kepala Departemen Manajemen Operasi setelah meraih gelar Doktor di Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Alain Wijanarka sebelumnya bekerja di industri manufaktur – PT Hitachi Construction Machinery Indonesia dengan posisi terakhir sebagai Production Engineering Manager. Dari kedua perusahaan tersebut, Alain belajar banyak dan memperoleh kemampuan dan keahlian dalam konsep Manajemen Umum, konsep Manajemen Operasi, Keterampilan Presentasi, Keterampilan Komunikasi, Keterampilan Analitik, Keterampilan Mempengaruhi, Mencari Informasi, dan Manufaktur Praktis.