1. Pertanyaan dari Bapak Hadi Sanjaya
1) Terkait Goodwill atau nama baik sebuah perusahaan apa bisa dicatat sebagai aset atau sejenisnya? Karena saya pernah baca di suatu artikel, perusahaan yang sudah mendeclare kebangkrutan ternyata masih bisa diakuisisi dengan nilai aset kebendaannya dan juga yang non intangible. Seandainya bisa, bagaimana cara mengestimasi nilai sebuah perusahaan dari namanya?
2) Dari pengalaman Bu Sinta bagaimana untuk mengestimasi sebuah perusahaan dari sisi intangible aset, misalnya reputasinya?
Jawaban:
1) Dari aktiva tetap ada tangible aset (nyata) dan intangible aset (aset-aset yang tidak terlihat tapi ada nilainya), salah satunya brand perusahaan itu masuk ke intangible. Kalau diakuisisi itu sebenarnya kita melihat atau memvaluasi dari kapital strukturnya dia, utang jangka panjangnya dia, dan di ekuitasnya dia kita hitung, dimana itu adalah value nya atau value dari perusahaan tersebut. Walaupun misalnya perusahaan tersebut sudah bangkrut, tapi perusahaan masih bisa dilihat dari kapital struktur yang masih ada di dalam perusahaan tersebut, kalau misalnya perusahaan bangkrut, perusahaan ini wajib membayar kewajiban-kewajiban, kewajiban paling pertama itu pasiva lancar yang harus dibayarkan duluan, jadi pasiva lancar itu adalah kewajiban yang harus dibayarkan perusahaan ketika misalnya mengalami kebangkrutan, aset-asetnya harus dijual semuanya, kemudian bayar semua pasiva lancar di, begitu ada sisanya itu yang mungkin bisa divaluasi sebagai intangible aset.
2) Banyak sebenarnya yang bisa dihitung dari aset dari sebuah perusahaan tersebut, jadi memang ada perusahaan-perusahaan yang memang dijual murah, kemudian diperbaiki sehingga valuenya naik dan itu yang dijual. Sebenarnya itu adalah ketika kita melihat dari kapital struktur yang dimilikin oleh perusahaan itu, jadi kita memvaluasi, menghitung, bukan hanya yang kelihatannya saja tapi mungkin kelihatan dari prospeknya segala macam, karena banyak hal-hal yang harus kita jadikan variabel, jadi bukan hanya dari sisi uangnya saja tapi misalkan dari industrinya, prospeknya kedepan apakah masih mungkin atau tidak, kemudian manajemennya misalkan akan ditaruh di perusahan apakah punya kemampuan atau tidak, itu salah satu yang menjadi nilai untuk perusahaan. Jadi sebenarnya banyak sekali dan itu sangat kompleks kalau misalnya dihitung, tapi itu semua bisa menjadi variabel-variabel yang kita pakai untuk memvaluasi dari sebuah perusahaan.
2. Pertanyaan dari Ibu Kuntum Umatin
Sekarang yang lebih banyak berkembang itu bisnis-bisnis yang di bidang aplikasi internet, sehingga bagaimana untuk mengidentifikasi aset-asetnya, dimana banyak yang tidak terlihat, tidak lagi butuh bangunan, tanah, ataupun peralatan yang lain?
Jawaban: Dasarnya adalah dari neraca, jadi yang namanya aktiva tetap selalu ada yang disebut dengan tangible aset dan intangible aset. Jadi kalau misalkan ini adalah bisnis-bisnis IT, mereka sudah tidak punya aset-aset seperti mobil, publik atau segala macam, tapi dia mempunyai intangible asetnya, kita lihat dari prospek perusahaan tersebut di masa yang akan datang seperti apa, intangible aset yang bisa kita masukkan ke dalam neraca kita. Perhitungannya juga tidak semudah itu, ini pasti juga ada konversi-konversinya, saya sendiri juga kurang mendalami untuk intangible aset ini seperti apa, tapi pada dasarnya itu kalau misalkan prospek perusahaan itu bagus, masa depan banyak dipakai sama orang, banyak demandnya, itu pasti adalah perusahaan-perusahaan yang prospeknya bagus di masa depan dan kemungkinan dia mempunyai intangible aset baik, jadi aset-asetnya dari sana. Sekarang banyak aplikasi-aplikasi yang digunakan oleh masyarakat kita dan masyarakat kita sekarang sudah terbuai dengan aktivasi-aktivasi tersebut jadi sudah merasa nyaman, akhirnya jadi perusahaan tersebut jadi punya prospek yang lebih baik di masa depan dibanding zaman dahulu, kalau kita bandingkan Gojek, zaman dahulu dengan zaman sekarang 3-5 tahun yang lalu itu intangible asetnya Gojek pasti kecil, tapi kalau kita lihat sekarang itu intangible asetnya besar, karena ada prospek, yang bisa menjadi prospek yang kedepan dia bisa lebih bermanfaat buat banyak orang sehingga jasa yang dia hasilkan itu pasti akan banyak dipakai sama orang, sehingga akan banyak demandnya. Dari hal tersebut kita bisa melihat bahwa itu adalah aset-aset yang tidak bisa kita ukur, agak susah diukurnya seperti apa, kemudian itu juga membuat perusahaan-perusahaan lain untuk terpacu, untuk membuat aplikasi-aplikasi lain lagi yang sifatnya lebih serupa-serupa tapi punya menfaat-manfaat yang lebih spesifik itu adalah intangible aset tadi.
3. Pertanyaan dari Bapak M. Khairul Ramadhan
Jadi untuk 2 tahun ini, saya menjalankan usaha kecil di bidang furniture, dimana saya produksi seperti kitchen set, lemari ataupun perabotan rumah tangga. Sebenarnya untuk order lumayan, tetapi hasilnya tidak nampak, jadi untuk laporan berantakan dan saya sendiri juga tidak mempunyai ilmu apapun untuk di bagian laporan keuangan. Jadi, adakah saran apa yang harus saya pelajari pada tahap awal untuk perbaiki laporan keuangan saya dan menunjang usaha saya agar hasilnya lebih nampak?
Jawaban: Ini adalah mayoritas permasalahan di UMKM kita, karena tidak punya pembukuan, jadi pada dasarnya kalau kita mau membuat laporan keuangan, kita ingin melihat sebenarnya bagaimana kinerja keuangan kita, kita harus rajin mencatat, kita harus rajin mencatat apapun yang harus kita catat, seperti biaya-biaya pengeluaran kita, uang yang kita dapatkan itu harus kita catat, jadi ada general ledger istilahnya, jadi ada buku isinya adalah pencatatan uang keluar masuk, uang keluar masuk itu wajib dicatat karena dari situ kita bisa tahu uang kita ini perginya kemana saja, dan dari sana kita bisa membagi-bagi apakah masuknya ke dalam biaya langsung, biaya tidak langsung, HPP atau bukan, biaya variabel atau fixed cost, jadi memang harus dicatat. Dicatat berapa pendapatan bapak tiap bulan, kemudian biaya-biaya apa saja yang dikeluarkan oleh bapak, dapat uangnya darimana, dan jangan lupa kalau UMKM biasanya adalah bayar gaji untuk pemiliknya karena pada dasarnya biasanya kalau UMKM itu kasnya cuma 1, kasnya gabung jadi satu dari perusahaan, pribadi, seharusnya itu dipisahkan terlebih dahulu mana yang untuk keperluan pribadi mana yang untuk keperluan perusahaan. Artinya bapak juga harus mau untuk menggaji diri sendiri dahulu, jadi Bapak harus sisihkan uang dahulu misalkan saya layak dibayar berapa dalam 1 bulan, itu akan menjadi satu biaya untuk apa. Kadang-kadang kita tidak bisa tahu karena paketnya cuma 1 seperti tadi, sehingga tidak jelas yang dipakai ini uang bisnis atau uang pribadi. Oleh karena itu, dari awal saya sarankan untuk dipisahkan antara biaya untuk perusahaan Bapak dengan Biaya Pribadi, dengan cara Bapak ambil saja uang dari awal yang dijadikan biaya untuk Bapak anggap saja itu biaya tenaga kerja yang harus dibayarkan kepada Bapak, sehingga jelas nanti pelaporan keuangannya seperti apa. Karena kalau pelaporan keuangannya masih gabung-gabung itu kita tidak bisa melacak, melihat kinerja dari perusahaan kita. Karena Bapak perusahaannya furniture, bisa jadi bapak nyetok barang, ketika Bapak nyetok barang, terkadang itu tidak terhitung, sudah beli tapi tidak dicatat. Bapak bisa melihat apakah barangnya itu ketika dibeli memang langsung jadi produk dan bisa langsung dijual, sehingga efisien atau misalnya Bapak beli sudah 3 atau 6 bulan yang lalu dan masih dalam bongkahan barang dan belum di apa-apakan, itu adalah beban Bapak, sehingga Bapak tidak bisa melihat apakah perusahaan Bapak ini untung atau tidak atau asetnya naik atau tidak. Harus diperbaiki pencatatannya, di tertibkan, dan barang-barang Bapak dicatat satu persatu ada apa saja.
4. Pertanyaan dari Bapak Zahid Anugrah
Cara menghitung keuangan supaya tidak “keteteran” itu tipsnya bagaimana?
Jawaban: Tipsnya tidak ada, yang penting harus rajin dan tertib mencatat apapun itu yang dikeluarkan, harus dipisahkan antara pribadi dan non pribadi atau bisnis, dan pencatatannya harus setiap hari. Bon-bon jangan pernah dibuang sebelum dicatat, harus dikumpulkan dan disimpan dengan baik sampai bon-bon itu dicatat, itu yang bisa membantu Mas Zahid untuk bisa lebih mencatat pengeluaran-pengeluaran. Atau kalau misalnya ada pengeluaran yang tidak berupa bo, berarti harus cepat-cepat dicatat, jadi di akhir minggu bisa di rekap, jangan sampai kelupaan untuk mencatat semua biaya-biaya yang sudah dikeluarkan, tahap keduanya mengkategorisasikan biaya tersebut masuknya kemana, HPP atau biaya operasional. Mas Zahid harus tahu biaya-biaya yang dikeluarkan sehingga bisa mengerti ini biayanya apa saja yang dikeluarkan sehingga bisa tahu nanti kira-kira di akhir bulan ada laba atau tidak, begitu juga dengan penjualan jangan lupa untuk dicatat semua yang sudah dibayar, yang pakai kredit atau tunai harus dicatat setiap hari.
Profil InstrukturDr. Sinta Aryani, ST, MAIS, IPU
Dosen Teknik Industri Telkom University
Deskripsi Pemateri:
PENDIDIKAN
S1, Teknik Industri, Institut Teknologi Bandung, 1992
S2, Bisnis dan Ekonomi, Oregon State University, 2000
S3, Ilmu Manajemen, Institut Teknologi Bandung, 2021
PEKERJAAN
·Part-time Faculty at School of Business and Management, August 2016 – Now
·Full-time Faculty at Telkom University, January 2015 – Now
·New Business Starter/Owner: Bandung-Lembang, December 2009 – 2016
·Industry Advisor at SENADA Indonesia Competitiveness, a program funded project by USAID, Bandung-Jakarta, June 2007 - July 2009
·Relationship Manager at SENADA Indonesia, a competitiveness program funded project by USAID, Bandung, May 2006 - May 2007