1. Pertanyaan dari Bapak Ramadhanu Tri Putra
1) Kapan kita menggunakan Ni > 0.95 dan Ni < 1.02? Dan maksud dari beban Ni yang dimaksimalkan atau diminimumkan itu bagaimana? Masih kurang paham.
2) Peta gempa jika ambil dari website PU atau Puskim apa bisa juga digunakan untuk perhitungan gempa stuktur jembatan?
Jawaban:
1) Contoh daktilitas, misalnya sambungannya tidak direncanakan secara daktail, soalnya daktail disini di desain dengan konsep desain capacity, artinya gesernya biasanya lebih kuat dari lenturnya. Kalau di desain seperti itu artinya kita boleh pakai faktor 0.95, jangan terlalu besar. Ini uniknya ada 2 mata pisau, yang kecil yang bisa ditaruh, tapi intinya kalau yang besar bebannya ditambah, kalau yang kecil bebannya dikurangi. Artinya karena kita tidak merasa nyaman maka kita tambahkan, misalnya kurang daktail, kita pakai 1.02. Ketika gempa, karena gempa kemungkinan tidak terjadi seling, jadi kita pakai 1.
2) Yang khusus jembatan itu ada, yaitu Pusjatan.
2. Pertanyaan dari Bapak Muhammad Afrizal
Apakah beban gempa berpengaruh pada pemilihan tipe struktur jembatan? Apakah itu menentukan rangka baja, prategang, atau tipe jembatan yang lainnya?
Jawaban: Kalau jembatan yang biasa, dari segi kemudahan lebih ditentukannya lebih ke segi material beton kita lebih muda dibanding baja saat ini, maka struktur kita masih di dominasi oleh struktur-struktur baja, kalau prategang biasanya lebih mahal dibanding yang cor di tempat untuk bentang pendek, nanti ada bentang yang menentukan, kalau bentang sekian yang cocok jembatan jenis apa.
3. Pertanyaan dari Ibu Derima Nur Julita
Bagaimana menentukan klasitus di lokasi selain menggunakan interpretasi data tanah?
Jawaban: Tidak, memang itu yang sudah ditetapkan oleh aturannya. Kalau tidak salah, kalau di gedung harus di acara minimal untuk memastikan akurat.
4. Pertanyaan dari Bapak Ega
Tabel faktor modifikasi respon R ada dua tiang vertical dan tiang miring di atas dan di bawah dengan nilai berbeda. Perbedaannya apa ya?
Jawaban: Kalau ada tiang miring itu strukturnya akan lebih kaku.
5. Pertanyaan dari Ibu Dwi Pramesti
Untuk jembatan dengan sistem struktur slab on pile atau kaki seribu menggunakan tiang pancang, bagaimana penentuan nilai R nya? Apakah tiang pancang dianggap sebagai pillar atau dibedakan antara bagian dan pondasinya?
Jawaban: Saya anggap sebagi pillar, tinggal asumsi ke lateralnya, kalau kesininya tidak masalah, seberapa dijepitnya diatasnya tapi biasanya kita anggap free, kalau kita anggap free itu lebih konserfatif dibanding jepit antar hubungan. Kalau kita asumsikan kantilever itu kekakuannya lebih rendah, dicek dua-duanya.
6. Pertanyaan dari Bapak Faisal Ridho
Apakah bisa kita pada saat akan control dimensi di tebal pillar menggunakan nilai R 3 ½ kategori lainnya, tapi pada saat dimensi kita gunakan nilai R 1 ½ atau kategori sangat penting?
Jawaban: Tidak boleh. Satu tempat harus jelas klasifikasinya, apakah dia penting atau tidak penting, ketika kita putuskan bahwa sangat penting semua harus di desain berdasarkan itu.
7. Pertanyaan dari Bapak Rusdiansyah
1) Beban hidup apakah berupa beban lalu lintas dan juga beban pedestrian?
2) Kalau lihat tabel pembebanan, maka pada bagian layan tidak ada gempa. Kalau menurut desain jembatan tahun 2017, perhitungan pondasi mengacu kepada analisa working stress design. Jadi, pondasi tidak perlu dianalisa dalam hal gempa?
Jawaban:
1) Tergantung jembatannya di desain sebagai apa, tapi kalo sebagai jembatan biasa lalu pinggirnya memang direncanakan orang bisa lalu lalang, itu di desain dua-duanya, ada beban trafficnya, ada beban orangnya, orang sudah standar 5 kg.
2) Memang masih ada dualism, tapi sudah ada panduan-panduan bagaimana mendesign dengan cara elaripdi artinya fondasinya bisa di design terhadap beban gempa, tetap harus di design terhadap beban gempa, cuman harus dengan cara elaripdi bukan dengan cara ASD.
8. Pertanyaan dari Ibu Kukuh
Untuk jembatan yang lokasinya dekat dengan sesar gempa, apa ada hal spesifik yang harus diperhatikan dalam desain?
Jawaban: Sebisa mungkin tidak melintang pas disitu, kalau bisa sejajar, jangan terlalu tegak lurus.
Profil InstrukturIr. Suwito, Ph.D
Dosen Manajemen dan Rekayasa Konstruksi Universitas Agung Podomoro
Deskripsi Pemateri:
Pendidikan:
Sarjana Teknik Sipil ITB, 1991
Ph.D in Structural Engineering and Structral Mechanics, University of Colorado at Boulder, USA, 2005
Pekerjaan Sekarang
Dosen dan Peneliti Manajemen dan Rekayasa Konstruksi Universitas Agung Podomoro
Expert in Structural Engineering
Pengalaman Kerja
Dosen dan Peneliti Program Studi Teknik Sipil Universitas Bakrie
Research Faculty at King Saud University, Kingdom of Saudi Arabia
Lecturer and researcher in Civil Construction Engineering, Curtin University Malaysia
Structural Engineer (a combined experience of ore than 15 years designing and evaluating building, bridges and other structures)