[Tanya Jawab] Dasar-dasar PLC (Programmable Logic Controller) untuk Otomasi Industri Manufaktur
Badan Kejuruan Teknik Industri Persatuan Insinyur Indonesia (BKTI - PII)

[Tanya Jawab] Dasar-dasar PLC (Programmable Logic Controller) untuk Otomasi Industri Manufaktur

Internet of ThingsĀ Series #4
0 Peserta Enroll
0 Peserta Lulus
Average: 0
Rating Count: 0
You Rated: Not rated
( 0 )
Biaya untuk Umum
Rp0
Biaya untuk Mahasiswa/Freshgraduate
Rp0
Pemateri
Hatmoko Tri Arianto, S.T., M.Kom., IPM

1. Pertanyaan dari Bapak Prihatmaka
1) Adakah referensi PLC yang memiliki software HMI yang mudah atau baik untuk belajar pemula?
2) Mohon dijelaskan konsep redundancy untuk instalasi PLC, apabila ada client yang meminta dipasang redundancy PLC itu bagaimana? Apa perbedaan redundancy dengan backup?

Jawaban:
1) Sulit kalau dibilang bahwa mana yang lebih baik, itu bergantung oleh kebiasaan masing-masing. Biasanya masing-masing brand itu akan mendekati kampus, ketika nanti di kampus itu sudah terbiasa dengan tools software A maka ketika dia keluar misalnya akan berinteraksi dengan perusahaan, maka dia akan diminta pendapat pasti akan berbicara sesuai dengan yang pernah dipelajari, dan itu yang akan dianggap mudah. Kalau pertanyaannya sebenarnya software ini ada yang gratis adapun yang tidak, banyak yang gratis. Produk Indonesia yaitu outseal, itu ada software yang kita bisa download, kita bisa mempelajari, paling tidak membiasakan untuk membuat ladder dan berfikir bagaimana proses itu diterjemahkan mulai dari diagram menjadi ladder, itu kebiasaan yang harus dicoba atau diasah. Jadi nanti tangan kita yang akan memiliki kemampuan secara refleks, kita kalau sudah sangat biasa membuat ladder dia akan mudah untuk dibuat. Setelah itu begitu kita pindah ke PLC yang lainnya secara basic akan semuanya sama, mulai dari baris, menyusun baris, memilih kalau interlock harus bagaimana, kalau belum pernah itu akan susah Tetapi kalau dicoba dari yang gratis. Kalau saya mau bangun yang industrial gate misalnya, pakai Siemens atau Schneider, Schneider itu juga ada yang bisa di download secara gratis kita bisa mencobanya, bisa disimulasikan juga tetapi tidak menyalahi legalitas. Silakan mencoba dari apa yang bisa didapat secara legal dulu, kalau kita sudah terbiasa nanti mudah-mudahan membangun menggunakan PLC apapun sama saja.

2) Misalnya kita memiliki uang saat ini membeli mobil mewah atau membeli mobil yang asal fungsinya jalan tidak ada masalah. Tetapi beberapa juga kita harus mempertimbangkan dengan fungsional, Safety First, tetapi kalau safetynya tidak berisiko kita tidak harus melakukan sesuatu hal yang berlebih. Jadi kalau misalnya kita memiliki uang dan membeli yang redundancy artinya membeli double tidak ada masalah, namun nanti pusing karena mahal kemana-mana, programmernya berarti bayarnya juga harus lebih banyak. Programmernya yang seharusnya 1 bulan selesai, menjadi 2 bulan baru selesai. Hardwarenya CPU, power supply yang harusnya 1 karena redundancy harus 2 misalnya, jadi itu akan menjadi perhitungan di luar perhitungan safety. Ekonomis dan waktu juga perlu dihitung. Kalau memang itu butuh safety, kalau ada kegagalan 1 menjadikan suatu kerusakan jika memang harus redundancy, mau tidak mau uang harus disiapkan di awal lebih besar daripada kerugian di belakang. Itu bisa dibuat tabel kerugian dan advantagenya.

2. Pertanyaan dari Bapak Dedy Siddik Sidabutar
Apakah perbedaan dari PLC dan DCS secara konsep?

Jawaban: PLC dan DCS secara fungsi sama, secara fungsi adalah komputerisasi untuk membuat kendali kontrol industri. Yang berbeda satu masalah skala, kalau skalanya DCS itu bisa digunakan istilahnya untuk plan yang lebih luas, kalau PLC hanya untuk simple fungsi saja misalnya 1 mesin untuk packaging saja, 1 mesin untuk mixing saja, suatu mesin untuk proses decesting saja, itu yang terpisah-pisah kita bisa menggunakan PLC saja. Tetapi kalau kita sudah membangun suatu rangkaian besar, mulai dari barang terima, ada proses mixing ya, ada proses di dalam produksi, sampai ke packaging, itu menjadi satu kesatuan yang kalau dihitung secara IO lebih dari Katakanlah 5000, PLC kalau kita menggunakan itu yang di integrasikan bisa juga tetapi akan merepotkan, menjadi banyak unit-unit PLC yang terpasang, tinggal ganti satu dengan DCS, selesai. DCS programmingnya agak sedikit berbeda, BTS itu lebih mendekati ke komputer jadi tidak sesederhana kita membuat ladder seperti di PLC itu secara teknis programmingnya.

Secara komersilnya saya kira DCS karena dia bukan disiapkan untuk simple mini proses berarti dia juga paketnya itu adalah paket besar, jadi kalau kita beli itu sudah dapat mungkin semacam HMI atau scadanya sudah ada, kemudian programming interfacenya sudah ada sendiri, kemudian paketnya tidak datang per unit kecil. Jadi itu kalau ditotal tidak mungkin nanti DCS akan bisa dibayar secara sama dengan PLC modula. Pada awal kita akan mendesain itu sangat disarankan untuk kita men scaling, kalau skalanya termasuk di CS kita menggunakan DCS, kalau cukup dengan PLC karena unit-unit kontrol kita pakai PLC.

3. Pertanyaan dari Bapak Raehan Pranggadijaya
Apakah ada perbedaan antara smartlogic dan PLC?

Jawaban: Project itu bergantung pada produknya, Jadi kalau PLC itu boleh dikatakan, pemrogramannya berdasarkan 61131. Kalau smartlogic itu ternyata menggunakan salah satu bahasa pemrograman di situ sebenarnya, kita sebut saja itu sama dengan PLC, hanya namanya di sopan kan karena tidak berani mengatakan PLC. Tetapi kalau Smart logic itu diprogram dengan cara lain, misalnya dengan bahasa si yang panjang atau yang upload-nya tidak dengan standar 61131, mungkin itu smart Logic. Cari tahu dulu itu sama atau tidak, fungsinya itu pasti konglomenteri hampir sama, perbedaan yang mungkin pemrogramannya saja.

4. Pertanyaan dari Bapak Dedy Sidik Sidabutar
Bisa dijelaskan tentang FBD dan LAD?

Jawaban: Function Block Diagram dan Ladder diagram, function block itu basisnya di ladder cuman sudah pre program sudah disiapkan lebih dahulu. Jadi kalau ladder kadang-kadang harus masang function block, function block basisnya menyusunnya sama seperti di Ladder, sebenarnya hanya bentuknya dan fisiknya grafiknya itu saja yang berbeda. Kalau ladder berkait dengan logic, logic switch relay yang kita susun dan material outputnya, tapi kalau function block itu sudah pre design atau pre program, kita bisa bikin sendiri atau yang sudah disediakan. Misalnya contoh interlocking, atau pre lock. Pre lock itu program report, kita set riset itu, itu kita bisa membuat sendiri menggunakan Ladder, jadi disusun 2 baris kemudian yang baris pertama dimasukkan ke input yang kedua kemudian di migrasi dan sebagainya, itu bisa menggunakan ladder murni. Tetapi kalau sudah disediakan function block yang ada output set reset, itu kita tinggal menggunakan saja Kenapa harus menggunakan ladder, jadi yang akan mempercepat di pekerjaannya.

5. Pertanyaan dari Bapak Rangga Riyo
Untuk komunikasi Apakah ada aturan yang disepakati seperti bahasa pemrograman PLC?

Jawaban: Bahasa pemrograman PLC basic-nya IEC61131. Tetapi kalau pengembangannya masing-masing produk nanti mengembangkan sendiri terutama untuk function block, lalu tampilannya masing-masing memiliki, tetapi kalau secara standarnya dari kiri ke kanan ada baris. Misalnya kita menggunakan Microsoft Word dan Excel, itu isinya kolom-kolom, tetapi bagaimana membuat rumus nanti mengambilnya dari menu yang mana itu beda dengan Google sheet, dan pemakaiannya Google sheet ada di internet, kita ada di desktop misalnya, itu adalah toolsnya, tetapi bentuk kolomnya kemudian pakai rumus dimulai dengan =, itu sama persis. Jadi yang sepakat itu kalau PLC adalah IEC61131.

6. Pertanyaan dari Bapak Muhammad Arifudin Lukmana
Apakah ada produk PLC yang sudah bisa berkomunikasi lewat internet wireless (4.0 ready)?

Jawaban: Di 2 tahun terakhir beberapa PLC sudah mengikuti, salah satu cirinya adalah bahwa PLC sudah mengakomodasi protokol yang digunakan di IoT. Kita tahu di industri 4.0 ini ada 7 pilar salah satunya adalah IoT, IoT adalah teknologi yang digunakan untuk salah satunya mengumpulkan data, PLC supaya datanya bisa dikumpulkan maka mengikuti atau mengadopsi protokol yang digunakan di IoT supaya dia dianggap ready 4.0. Protokol yang digunakan yaitu MQTT, MQTT banyak PLC yang sudah comply bisa diprogram untuk komunikasi ke MQTT, tetapi belum semuanya mungkin seri-seri baru sudah ada. Beberapa merek yang tadi saya Sebutkan, kita sudah coba itu comply dengan MQTT jadi prosesnya langsung dari PLC itu bisa masuk ke internet untuk dikontrol kah, mengirim data kah, itu bisa. Apakah ada, jawabannya ada, tetapi memang mungkin PLC yang baru, di 2 tahun terakhir itu saya lihat ada banyak yang sudah mulai comply untuk protokol MQTT.

7. Pertanyaan dari Ibu Sherly Prastica
Untuk komunikasi modbus TCP atau IP lebih prefer menggunakan kabel LAN atau router?

Jawaban: Yang jelas sama-sama TCP, cuman kalau pekerjaannya LAN itu bisa langsung, kalau router dia sudah ada semacam perbedaan segmentasi jaringan. Atau maksudnya apakah nanti jaringannya untuk PLC itu dipisah kemudian dipakai router untuk berkomunikasi misalnya HMI atau internet maka kalau memang itu tersedia, memungkinkan lebih bagus menggunakan router. Tetapi kadangkala ada beberapa teman-teman yang, mengintegrasikan dari HMI ke PLC, pengalaman dari konfigurasi routernya kurang mungkin juga harus ada extra effort bahwa itu harus dikonfigurasi juga routernya, karena mungkin kalau kita komunikasi pakai protokol modbus itu secara basic di router tidak di bypass, itu harus ditambahkan konfigurasinya. Tapi memang kalau itu secara teknis itu memungkinkan itu juga lebih baik dan tidak masalah.

8. Pertanyaan dari Bapak Hotman H Simatupang
Apakah microcontroller bisa diintegrasikan ke PLC?

Jawaban: Bisa, bisa 2 level, level diantara 0 sama 1, artinya menggunakan outputnya microcontroller misalnya menggunakan digital 0-5 volt, atau menggunakan analog 0-10 volt. Atau di mikrocontrolernya bapak membuat program yang compatible dengan protokol, banyak teman-teman saya di komunitas itu membuat mikrokontroler dengan protokol modbus, jadi Sudah Standar Industri. Microcontrollernya mengambil dari sensor, dia komunikasi ke PLC atau HMI untuk menggunakan modbus jadi itu memungkinkan sekali.

9. Pertanyaan dari Bapak Frederick Lumban Tobing
Apakah DCS bisa diintegrasikan dengan PLC?

Jawaban: DCS dengan PLC sangat umum, memang kadangkala DCS sendiri tidak menjangkau mesin-mesin yang keseluruhan, jadi dia ada Sentral terpusat. Ternyata di lantai produksi itu beberapa mesin bawaan dari manufaktur, bawaan dari vendor itu sudah ada PLCnya, mau tidak mau dia harus berkomunikasi. Kunci utamanya adalah menggunakan protokol dari sumbernya supaya itu mempermudah. Jadi PLCnya menggunakan protokol profinet misalnya, berarti nanti di jembatani di DCS protokol yang sama untuk komunikasi. Begitu juga dengan protokol yang lainnya tinggal nanti disiapkan modul di DCS tersebut untuk komunikasi ke protokol tersebut.

10. Pertanyaan dari Bapak Junianto
1) untuk IKM atau UMKM implementasi PLC untuk proses apa saja?
2) Apakah ada program untuk meningkatkan daya saing IKM atau UMKM dengan implementasi PLC?
3) Untuk satu pabrik, Apakah cukup memakai 1 PLC atau beberapa PLC?
4) Bagaimana cara menghitung kebutuhan jumlah PLC dalam satu pabrik?
5) PLC buatan Indonesia Apakah bisa menggantikan PLC dari impor? Apa didukung support instalasinya sampai komissioning. Apakah masih ada kendala kendala?

Jawaban:
1) IKM atau UMKM mungkin karyawannya 19 atau dibawah 100. Kita lihat di proses produksi IKM tersebut apa, kalau saya lihat mungkin misalnya IKM membuat makanan itu mungkin ada pemanas, mixing atau mixer, pengering. Kalau kita bilang PLC mahal ada alternatif, bahasa pemrograman yang sama, HMI mungkin menggunakan hal yang sama, artinya itu tersedia di pasar dan programmingnya tetap standar PLC dan prosesnya apa saja bisa saja nanti otomatis untuk packaging, otomatis untuk pengering, otomatis untuk mixer. UMKM pun akan merasakan manfaat yang sama dengan perusahaan manufaktur yang besar.

2) Di kementerian perindustrian kemarin saya melihat ada untuk menggabungkan itu. Jadi pembuat teknologi, mau menggunakan micro, IoT, kecil-kecilan, itu disatukan di suatu acara ke industri yang membutuhkan. Jadi kementerian perindustrian, kalau tidak salah 2-3 bulan yang lalu itu mengumpulkan, jadi mencari orang yang membuat alat kontrol alternatif, dan mencari orang yang membutuhkan teknologi, mudah-mudahan itu menjadi salah satu jalan supaya ini menjadi daya saing UKM. Kalau misalnya sehari dia packaging dengan manual menggunakan tangan bisa memproduksi 1000, kalau dengan alat orang yang sama mudah-mudahan menjadi 5000, berlipat-lipat itu bisa kita lakukan dengan implementasi tersebut.

3) Bergantung dari lantai produksinya, dan apa yang akan dituju untuk diatur atau dikontrol. Dan kemampuan dari PLCnya, namun pada umumnya PLC itu dipakai untuk menghandle satu fungsi khusus. Misalnya mesin pengering saja, dia menghandle mulai dari barang masuknya ke alatnya itu, pemanasannya, bagaimana dia keluar, menghitung, dsb. Satu fungsi pokoknya di-handle oleh satu PLC. Kalau digabungkan dengan yang lain, dalam hal ini mungkin jumlah IOnya menjadi sangat banyak, biasanya lebih baik diganti dengan DCS, atau di integrasikan dengan DCS itu lebih best practice. Tetapi kalau hanya untuk mengambil data ke atas, masing-masing PLC itu dengan IT cukup, tidak harus dengan DCS, DCS itu kalau kemudian mensinkronisasikan kontrolnya dari ujung ke ujung.

4) Untuk menghitung kebutuhan PLC dari hal yang paling kecil dulu kita penuhi dokumentasi tadi. Menghitung jumlah IO, menspesifikasikan masing-masing IO itu menjadi satu PLC. Kalau nanti dari beberapa unit digabungkan akan menjadi suatu pabrik. Jadi yang pertama kita menghitung kebutuhannya, menghitung kebutuhan IO, CPU, nanti diteruskan Kalau digabungkan dengan unit yang lainnya nanti menjadi satu pabrik yang kita handle.

5) PLC buatan Indonesia kira-kira umurnya 4 atau 5 tahun, dan itu berkembang terus. Saya tidak bisa mengatakan bahwa itu menghentikan impor, teknikal ataupun non teknis banyak faktornya. Tetapi paling tidak itu menjadi salah satu alternatif yang bisa kita gunakan, sudah banyak teman-teman itu dipakai untuk kontrol lift, kemudian dipakai untuk sistem-sistem sederhana di UMKM. Dukungan commissioning, ini bagian yang menjadi pokok pemikiran yang harus kita bantu karena ini foundernya ada dua, Pak Agung dan Pak Dian. Beliau mengawalinya dari eksperimen yang sederhana, membangun softwarenya, kemudian mempublikasikannya, dan luar biasa. Satu lagi buat saya outseal ini tidak hanya di lirik oleh orang Indonesia, yang tadi saya sebut 3 jam sold out, bahkan di luar negeri banyak yang kemudian menghubungi untuk mencari tahu, mencoba, bahkan mau membelinya. Kalau bapak lihat di Facebook, grup outseal Indonesia itu banyak komentar-komentar dari luar negeri yang berusaha bagaimana cara mendapatkannya, dan mereka telah mencoba Bagaimana jika mendapatkan kesulitan, itu luar biasa. Oleh karena itu versi dari softwarenya yang dulu bahasa Indonesia sekarang sudah ada bahasa Inggrisnya. Karena ada pemasukan akademisi kalau tidak salah dari Thailand, untuk ada bahasa Inggrisnya. Orang luar negeri juga mengakui bahwa itu cukup membantu, paling tidak mencoba atau mempelajari PLC itu seperti apa.

11. Pertanyaan dari Bapak Adi Rahmanto
Bagaimana cara kita sebagai teknisi jika ada trouble pada PLC? Apakah ada prosedur khusus untuk mengatasinya, sedangkan di suatu industri besar akan susah untuk mengetahui dimana letak troublenya? Apa pengalaman tersulit Bapak saat trouble shoot PLC Pak? Dan bagaimana bapak mengatasinya?

Jawaban: Trouble mungkin ada dua, trouble pada saat sudah operasional, kalau itu sudah dalam waktu operasional berarti kita harus merefer dari desain, artinya itu sudah berjalan kemudian ada masalah. Bisa jadi permasalahan bukan dari PLCnya, karena VLC ini berhubungan dengan yang di bawahnya level 0, bisa jadi dari sensornya, itu yang harus kita telusuri. Jadi kalau bisa tetap memelihara update terutama adalah dokumentasi- dokumentasi, karena itu suatu saat akan dipakai. Mungkin misalnya kalau yang membuat program sudah tidak ada, itu dokumentasi masih sangat berharga untuk melanjutkan orang.

Prosedurnya, prosedur untuk maintenance pasti ada dari proses bagaimana menelusuri permasalahan itu ada, itu mungkin kita harus didiskusikan lebih lanjut. Intinya kalau trouble shooting adalah melihat kondisi permasalahan sekarang dengan kondisi normalnya, apa yang menyimpang dari situ dulu. Kalau tidak ketemu itu yang menjadi masalah, Tetapi kalau di situ kita melihat ada penyimpangan, ada perubahan, itu yang harus kita targetkan dahulu. Perubahan bisa jadi logic yang dulu kita buat ada yang kurang, jadi permasalahannya diprogram di awal. Tetapi kalau ternyata memang misalnya pembacaan sensornya bergeser, itu suatu hal yang baru, sensornya harus dikalibrasi. Jadi membandingkan apa yang kondisi idealnya dengan kondisi operasional terjadi permasalahan.

Tersulit kalau permintaan customer berubah-ubah, itu pengalaman pribadi saya. Kalau berubah-ubah, kita sudah memiliki dokumen, sudah ditandatangani, besok minta diganti, itu sulit itu dari non teknis. Kalau teknis jika saya tidak bisa masih ada tim, dan tim mungkin masih memiliki teman-teman yang lainnya, forum atau apa bisa kita cari. Tetapi kalau non teknis, cara mengatasinya ya balik ke nonteknis. Tetapi selama itu teknis, Saya Insya Allah yakin akan ada yang mampu untuk kita sama-sama selesaikan.

12. Pertanyaan dari Bapak Sumadi
Apakah bisa jika kita membeli set modul untuk pelatihan PLC Mandiri?

Jawaban: Saya kira banyak yang menyediakan, banyak yang saya sendiri beberapa kali mem profile, ada beberapa universitas yang ada kebutuhan. Banyak juga teman-teman yang membuat sendiri, artinya PLCnya, kalau membuat paket itu biasanya dia sudah berupa meja, nanti sudah ada PLCnya, IOnya, sensornya, tinggal bagaimana mahasiswa belajar merakit wiringnya, kemudian memprogramnya. Tetapi ada juga universitas yang membeli PLCnya, atau bahkan membuat dari Arduino menjadi PLC. Atau mahasiswa disuruh membuat itu kemudian menjadi alat lab. Saya kira kemungkinan alternatifnya banyak, untuk itu kita bisa adakan untuk belajar di kampus. Paling mudah adalah dengan simulator software, jadi simulator software sudah tersedia. Programmernya menggunakan programmer yang real dari branded yang ada, ditambah dengan software untuk simulasinya, nanti dikoneksikan dengan protokol.

13. Pertanyaan dari Bapak Dame Peto Banurea
Apakah ada software PLC untuk latihan?

Jawaban: Sebenarnya PLC dalam latihan dalam hal ini adalah untuk simulasi, nanti ada software juga yang mendekati ke arah virtual reality. Misalnya conveyor gambarnya conveyor 3D, kita bisa melihat hutan-hutan, itu bisa kita connect-kan dengan simulator PLC kita, itu ada softwarenya. Softwarenya PLC sendiri hampir semua untuk development, hampir semuanya bisa untuk simulasi. Jadi simulasi sebelum kita download ke PLC itu sudah disediakan, misalnya meskipun hanya centang. Kalau mau terlihat real, seperti ada panelnya, pompa, conveyor, itu pakai software yang lainnya, tetapi secara komunikasi nanti kita bisa pakai.

14. Pertanyaan dari Bapak Elhansdro
Dengan banyaknya jenis dan merk PLC, apa yang menjadi hal utama dalam memilih PLC yang akan kita gunakan dalam suatu Project yang akan kita kerjakan?

Jawaban: Salah satunya adalah kita menghitung dulu, atau mengkalkulasi dulu adalah skala kebutuhan. Jadi misalnya kebutuhan koneksi IOnya berapa, kemudian dari situ ditarik ke berapa besar memori yang dibutuhkan oleh CPU. Berapa kecepatan yang dibutuhkan oleh proses, menjadi satu hal. Kemudian berikutnya adalah bergantung dengan budget dan support, nonteknisnya. Budgetnya dalam hal ini untuk pengadaan tadi, teknisnya adalah kekuatannya sekian, budgetnya berapa, yang kedua adalah support. Support itu artinya siapa yang nanti akan mengerjakan ini, apakah oleh by tender lepas, bapak harus lihat support ke belakang sales dari si penyedia jasa tersebut, orang di sekitar kita. Itu yang menjadi pertimbangan, contoh Saya memiliki uang untuk membeli sistem, DCS sekaligus tidak usah PLC, tetapi setelah itu, internal maupun ada disekitar bahkan di Indonesia ada yang bisa men-support itu, itu akan menjadi risiko. Secara umum seperti itu.

15. Pertanyaan dari Bapak Muhammad Prima Jaya
Part dari PLC mana yang sering rusak dan sering diganti? Dan apakah ada rekomendasi partai yang bagus? Di kerjaan saya memakai Allen Bradley.

Jawaban: Kalau bapak ada Allen Bradley, berarti harus siap-siap dengan brand yang sama untuk persiapan spare partnya. Cuman saran saya jika ada yang sering bermasalah coba di engineering ulang untuk di sekitar input outputnya tersebut, apakah ada risiko perubahan beban atau perubahan elektrikal yang ada eksternal, misalnya ada pengamanan petir yang kurang, itu yang harus disiapkan. Pengalaman saya seperti petir itu sangat berisiko terutama mungkin yang berhubungan PLC dengan instrumen yang ada di terbuka, misalnya di Pertamina di jaringan pipanya, atau di tangki-tangkinya, kemungkinan kalau di situ tidak ada pengamanan, risiko untuk terkena imbas dari petir itu tinggi, kalau sering rusak bisa jadi itu harus dicek dulu secara enginneralnya kira-kira itu pas atau tidak, komunikasinya, lingkungannya dan sebagainya.

16. Pertanyaan dari Bapak Mohammad Wirandi
Apakah ada software gratis yang bisa digunakan untuk membuat Ladder diagram dan bisa mengakomodir seluruh merek modul PLC?

Jawaban: Banyak, seluruh merek PLC tidak ada, masing-masing memiliki kekhususan tersendiri. Tetapi kalau secara standar itu hampir sama, nanti yang agak pasti berbeda itu untuk di function block kemungkinan akan berbeda. User experiencenya, kalau satu narik dari kiri satu narik dari kanan, 1 konfigurasinya di kanan, di bawah, satunya lagi di tempatnya itu sendiri. Tetapi memang ada suatu perusahaan yang software toolnya dipakai oleh Beberapa brand, saya sebut saja codesys, codesys itu dia jualan software dunia saja, dan yang memakai itu Beberapa brand. Ada beberapa brand yang menggunakan software tool yang sama, tetapi mungkin hanya 2 sampai 4, tidak semuanya.

17. Pertanyaan dari Bapak Aditya Moralia
Estetika ladder yang baik itu seperti apa ya?

Jawaban: Saya kalau berkait dengan estetika ladder biasanya mudah dibaca orang, ada deskripsi terjemahannya. Kemudian penyusunannya rapi, kita bisa membuat yang rapi, Jalan bagus, tetapi tidak bisa dibaca orang lain, itu nanti bermasalah ketika nanti akan ada permasalahan atau perbaikan dan kitanya tidak ada, menurut saya secara estetik pun itu kurang bagus. Sebaiknya memang meskipun nanti agak jadi besar filenya, itu ada keterangan-keterangan yang sifatnya memberi petunjuk untuk berbagai hal yang mungkin agak unik dalam proses.

Profil Instruktur

Hatmoko Tri Arianto, S.T., M.Kom., IPM

Praktisi Internet of Things


Deskripsi Pemateri:

Pendidikan
1998 Politeknik Universitas Diponegoro Teknik elektro Diploma-3
2004 Universitas Diponegoro Teknik Elektro Strata-1

Pengalaman Proyek

2020 Pengadaan dan Pemasangan Watermeter Elektromagnetik & SCADA Area
Gondang, PERUMDA Air Minum Tirto Negoro, Kabupaten Sragen
2020 SCADA WTP Babelan Bekasi, JawaBarat. PT Grenex Perkasa
2019 SCADA WTP Kali Angke Tangerang Selatan, Banten. PT PP-PT TTM
2019 Pengadaan dan pemasangan WME area Plupuh & Sumberlawang – PDAM Tirto Negoro Kab. Sragen
2019 Pengadaan dan pemasangan WME area Sukodono – PDAM Tirto Negoro Kab. Sragen
2019 SCADA PLTBg Terantam – Riau; BPPT bekerjasama dengan PTPN V
2019 SCADA Water Treatment Kawasan Marunda Center - Jakarta
2018 Pengadaan dan pemasangan WME area Sambirejo, Gondang – PDAM Tirto Negoro Kab. Sragen
2018 Building Automation System (BAS) Kantor EBTKE Cikini- Kementrial ESDM
2018 SCADA SPAM PETANGLONG (Kab. Pekalongan) IPA 200 LPS, Kementerian PUPERA Ciptakarya Satker SPAM JATENG
2017 Green House IOT Micro Climate control System, Balai Biotek BPPT - Serpong
2017 SCADA SPAM Metro Kuburejo (Kebumen) IPA 200 LPS, Kementrian PUPERA Ciptakarya Satker SPAM JATENG
2017 SCADA SPAM Narmada IPA 200 LPS, Kementrian PUPERA Ciptakarya NTB
2017 AJINOMOTO CHILLER MONITORING SYSTEM, Takasago Thermal Enginering contractor for Ajinomoto manufacture Mojokero – Jawa Timur
2017 Pilot Project PLT Biogas dari Limbah Sawit (POME), PKS Terantam. BPPT – PT Pasadena Engineering
2017 Konsultan Perencana Building Automation Sistem (BAS) Gedung Direktorat Jenderal EBTKE, Kementrian ESDM
2017 Elektrikal & Instrumen Proyek Pengembangan DPPU Bandara Sepinggal Balikpapan, Kalimantan Timur. PT Pertamina (persero)
2016 Electrical/Instrument Installation for SWB Drier Safety Improvement Project, PT Tetra Pak Indonesia.
2016 Dier PLC Upgrading Sarihusada Klaten manufacture, PT Sarihusada Generasi Mahardika

Kursus Lainnya

Integrasi Data ERP Odoo dengan Data Sistem Otomasi Industri (PLC)

Integrasi Data ERP Odoo dengan Data Sistem Otomasi Industri (PLC)

Dasar-dasar PLC (Programmable Logic Controller) untuk Otomasi Industri Manufaktur

Dasar-dasar PLC (Programmable Logic Controller) untuk Otomasi Industri Manufaktur

Pengantar Implementasi IoT di Industri 4.0

Pengantar Implementasi IoT di Industri 4.0

Dasar-dasar Membangun Cloud IoT Berbasis FOSS

Dasar-dasar Membangun Cloud IoT Berbasis FOSS

Pemrograman PLC Terapan Industri Berbasis OpenPLC

Pemrograman PLC Terapan Industri Berbasis OpenPLC

How Design Your IoT System for OEE Scoring

How Design Your IoT System for OEE Scoring