1. Pertanyaan dari Bapak Simson Michael Nicholas
Untuk sekarang saya sangat susah kalau mau meminta file Revit dari pemberi tugas dalam proses tender sebuah proyek, biasanya hanya dapat file berupa PDF, sehingga dalam perhitungan BOQ tidak akurat.
Jawaban: Sebenarnya kalau suatu project memang sudah mandat itu semua stakeholder harus menggunakan BIM dalam bekerjanya, baik itu membuat modellingnya maupun perhitungannya, karena kalau salah satu saja akhirnya tidak akan match atau tidak sinkron antara stakeholder atau antar pihak didalam project. Biasanya itu sudah diatur, jadi ketika project BIM itu biasanya ada BEP (BIM Execution Plan), disitu sudah ditentukan bahwa software yang akan digunakan itu apa dan pertukaran datanya menggunakan format apa, itu memang harus mengikuti standar tersebut, sehingga sudah tidak ada konflik lagi ketika pelaksanaannya, karena kalau modellingnya pakai BIM tapi perhitungan QS pakai manual (PDF) jadinya bisa jadi datanya tidak akurat / tidak sama antar pihak.
Untuk dapat mengakses file, itu kewenangan dari owner, karena owner yang memiliki project, dia yang menentukan bahwa memang project ini akan menggunakan BIM pada proses pembangunannya, darisitu akan ada peserta tender yang mengikuti, peserta tender biasanya masing-masing meminta atau mengambil data BIM yang sudah ada untuk dihitung kuantiti dan volume dari setiap material.
2. Pertanyaan dari Bapak Budi Hartono
Bisa dibalik tidak penggunaannya, untuk evaluasi kondisi existing infra dan juga tata kota yang ada?
Jawaban: Sudah pasti bisa, dengan bantuan JIS yang dapat kita koneksikan ke infrawork itu bisa membantu kita untuk mengevaluasi kondisi existing. Jadi, kalau misalnya kita ingin melakukan renovasi atau perubahan dari kondisi existing yang sudah ada itu bisa kita lakukan dengan 2 kolaborasi ini, dengan JIS dan infraworks, termasuk development atau tata kota itu juga bisa kita lakukan di infrawork. Terkait capturenya itu bisa dengan drone, drone itu lingkupannya luas kalau misalnya lingkupannya masih dalam suatu ruangan itu kita bisa pakai laser scanner, jadi kita olah dahulu datanya di rekap dan kita masukkan lagi ke infrawork. Kalau dengan drone kita capture dahulu datanya kemudian kita masukkan ke rekap, di rekap kita bisa selecting, bisa mendefinisikan tiap komponen dari hasil scanan dari drone tersebut.
Laser scanning sebenarnya ada 2 opsi, opsi pertama yaitu drone, dengan mengcapture kondisi existing sehingga berupa menjadi model lalu kita melakukan analisis-analisis yang kita perlukan, jadi yang menganalisa itu kita sendiri, namun untuk mengambil datanya kitab isa menggunakan teknologi tadi. Opsi kedua yaitu kita bisa menggunakan contohnya infrawork, disitu kita bisa mengambil suatu wilayah dari BIM map, kita ambil datanya kita crop (misalnya suatu wilayah), dan darisitu kita bisa mendapatkan visualisasi modellingnya seperti apa, namun memang hasil fotonya dari satelit jadi secara akurasi tidak terlalu presisi, tetapi untuk permodelan awal saja saya kira bisa memenuhi, tapi kalu memang mau lebih presisi lagi kita bisa gabungkan antara dari map satelit tadi dengan hasil capture kita di lokasi.
3. Pertanyaan dari Bapak Majamas Purba
Berapa lama waktu untuk menghitung estimate project building dengan menggunakan program BIM tersebut?
Jawaban: Terkait estimasi projek pastinya dengan BIM kita dapat melakukan estimasi itu lebih cepat. Kalau terkait scheduling kita bisa menggunakan naviswork, jadi disitu kita bisa memasukkan data yang kita buat dari Ms. Project lalu kita masukkan ke naviswork, jadi disitu kita bisa lihat progress dari project itu, minggu pertama seperti apa, sampai mana progressnya, minggu kedua, dst.
4. Pertanyaan dari Ibu Nita Mesi Masita
Bagaimana proses BIM dapat mengetahui case dalam konstruksi? Seperti pergeseran, dll.
Jawaban: Dalam BIM ada banyak software, dimana software itu memiliki fungsi yang berbeda-beda, ada yang fungsinya untuk modelling saja, ada yang untuk mengetahui jadwal dari projek, adapun yang untuk menganalisa. Terkait case ini, mungkin maksudnya adalah software untuk analisa, kalau dalam infrastruktur sendiri itu contohnya Structural Bridge Design, disitu kita bisa mengecek gaya dalam dari jembatan itu seperti apa, tegangannya, gaya-gaya beban-bebannya. Kalau misalnya ibu tahu, CSI Bridge itu software untuk menganalisa jembatan, saya rasa perannya sama, cuma saya belum tahu apakah CSI Bridge bisa sampai mengeluarkan report dari komputasi design kita. Kalau structural bridge design ini bisa sampai mengeluarkan report dari komputasinya, jadi setelah report keluar kita bisa mengecek kembali apakah sudah sesuai dengan persyaratan atau belum.
5. Pertanyaan dari Bapak Ada Bina
Untuk penggunaan BIM dalam suatu projek sebenarnya menjadi tanggung jawab siapa? Apakah konsultan perencana, MK, kontraktor, atau owner?
Jawaban: Untuk di Indonesia sendiri itu sudah menjadi mandat, itu tertuang dalam peraturan Menteri No 22 tahun 2018 yang mana menyatakan bahwa, Penggunaan BIM wajib diterapkan pada bangunan gedung negara tidak sederhana dengan kriteria luasnya diatas 2000 m2 dan juga diatas 2 lantai . Menjadi tanggung jawab siapa? Itu baik lagi, yang mau menyediakan software-softwarenya itu siapa, apakah dari ownernya / kontraktornya atau mungkin owner dan kontraktor bahkan mungkin sudah memiliki softwarenya bisa langsung berkolaborasi. Menjadi tanggung jawab bersama atau semua stakeholder yang telibat di dalamnya.
Padat teknologi, dengan kriteria pekerjaan ; bangunan bertingkat menengah dan tinggi, teknologi tidak sederhana dan risiko tinggi, bahan bangunan non standard, memerlukan peralatan mekanik dan elektrik, ini wajib menggunakan BIM paling sedikit sampai dimensi kelima. Sedangkan untuk Padat modal, wajib menggunakan BIM sampai dimensi kedelapan. Ini adalah peraturan dari Pemerintah, sedangkan untuk peraturan Menteri PUPR disini ada poin-poin penilaiannya, bisa dilihat pada link https://jdih.pu.go.id/detail-dokumen/2882/1.
Profil InstrukturSri Oktaviani, ST, MT
Infrastructure Application Engineer
Deskripsi Pemateri:
Pendidikan
GUNADARMA UNIVERSITY, 2014-2018 | Bachelor Degree in Structural Engineering
GUNADARMA UNIVERSITY, 2019-2021 | Master Degree in Infrastructure Management
Pengalaman Kerja
During of eight months I worked at PT. Cipta SatriaInformatika.
PT. Cipta Satria Informatika is a very dynamic and aggressiveIT company. Highly respected by industrial equipmentcompanies who design, simulate, visualize, and digitallymanage their products to help create a competitiveadvantage.
I work with PT. Cipta Satria Informatika about variousinfrastructure projects for the private sector and localgovernment.
Feb 2021 - Present | Infrastructure Application Engineer PT. CIPTA SATRIA INFORMATIKA
Nov 2020 - Feb 2021 | Customer Success (Architectural Engineering Construction) PT. CIPTA SATRIA INFORMATIKA