1. Pertanyaan dari Bapak Rahmat
BIM ini sebenarnya gabungan dari semua aplikasi. BIM ini dibuat satu aplikasi atau bagaimana, atau dibuat 1 dashboard untuk pemantauan? Jadi, untuk jangka panjangnya nanti bagaimana? Mungkin seperti tadi ada yang gabungan 3D dengan yang ada level 0 sampai level 3.
Jawaban: Kalau kita bicara mengenai BIM bukan software yang dijadikan satu sebenarnya. Masing-masing software memiliki keterbatasan, misalnya dalam pemodelan 3D kita lihat contohnya ada struktur, arsitektur, MEP. Dalam pemodelan 3Dpun, struktur ini misalnya menggunakan software ETAPS, arsitek menggunakan software REVIT, MEP menggunakan software REVIT juga. Di 5D menggunakan CUBICOST, 4D menggunakan software X, 6D menggunakan software Y, 7D menggunakan software Z. Sangat banyak software atau brand yang terlibat dalam 1 BIM ini. Tetapi pertanyaannya, kalau kita menggunakan CUBICOST Apakah itu sudah BIM? Jawabannya sudah, tetapi apakah sudah saling terintegrasi dengan yang lain atau belum? Itu dari kedewasaan BIM, seperti tadi ada BIM level 0 sampai level 3. Ketika kita berbicara seluruh rangkaian ini sudah saling terintegrasi itu baru dinamakan BIM level 3 dan itu akan di storage di dalam BIM HUB, BIM HUB ini akan mengakomodir seluruh software yang tadi disebutkan. Jadi ini bukan software yang digabungkan menjadi satu, bukan satu software dengan multifunction, tetapi apakah semua itu terintegrasi atau tidak. Saya mengambil contoh misalnya di sustainability saya menggunakan E Quest, misalnya software ini belum bisa diintegrasikan dengan facility management, itu masuknya menjadi BIM maturitynya atau kedewasaan BIMnya itu belum full integration tetapi masih hanya bisa dikolaborasikan saja. Jadi jawabannya itu tidak hanya terbatas di satu software yang dijadikan satu atau beberapa software yang dijadikan atau platform seperti apa tetapi integrasi antara satu software dengan software yang lain. Dan masing-masing dimensi ini memungkinkan, contohnya untuk 3D BIM ini memungkinkan untuk terdapat beberapa software juga jadi tidak hanya satu software. Oleh karena itu karena masing-masing software itu memiliki nilai plus dan minusnya, memiliki plus minus masing-masing dan pasti ada batasannya. Sekarang tantangan bagi para Developer atau bagi para software itu, setiap software atau setiap file harus dapat diintegrasikan dengan software-software lainnya, Itu tantangan sampai saat ini.
Untuk pemantauan misalnya saya ambil contoh untuk cost, di sini CUBICOST kita berbicara biaya baik itu struktur, biaya untuk pekerjaan arsitektur, biaya untuk pekerjaan MEP dan biaya dari pekerjaan lain-lainnya. Contohnya jadi 1 software di 5D BIM dia harus bisa mengakomodir pemodelan yang ada di tiga tersebut (struktur, arsitektur, MEP) menjadi satu kesatuan file atau satu kesatuan modeling. Dari modeling tersebut dia akan muncul melewati 5D BIM mungkin schedulenya sekian, kemudian untuk costnya pun dapat diestimasikan sekian. Ketika misalnya untuk pekerjaan struktur estimasi biayanya itu dari pemodelan ini saya ambil contoh 300 juta, tetapi ketika dalam pemantauan atau dalam aktual pun Kita harus melakukan input di dalam 5D BIM, biaya yang dikeluarkan berapa, setelah ditotalkan dia muncul 302 juta. Secara otomatis dia akan memberikan notification dari software di 5D BIM ini bahwa biaya aktual saat ini sudah melebihi biaya estimasi, jadi masing-masing software itu dia akan memberikan notifikasi, atau peringatan bahwa ada hal yang mungkin tidak sesuai dengan desain atau rencana. Contohnya dari video terakhir yang saya berikan, ketika dia mengukur lebar pintu, misalnya harusnya 1,5 M, ternyata diukur hanya 1,45 M, kurang 5CM, dia langsung memberikan warning bahwa ini tidak sesuai dengan desain. Desain itu dari modeling kita, engineer yang memodelkan. Kalau memodelkannya 1,45 otomatis itu tidak akan terbaca notifikasi. Tetapi kalau misalnya kita memodelkan 1,5 tapi pada kenyataannya 1,45 atau 1,46 itu akan memberikan notifikasi dan itu bisa real time, itu salah satu contoh pemantauan atau monitoring yang dapat dikerjakan.
2. Pertanyaan dari Bapak Paulus Adrian
Saya lihat penjelasan BIM ini di Indonesia ada tendering yang prakualifikasi dan ada design and build. Kalau desain and build mungkin kita untuk penggunaan BIM ini saya lihat cukup efektif karena langsung kerja tidak ada distorsi antara desain dan pembangunan karena bisa terkontrol semua. Tetapi, kalau pra-kualifikasi ada tahapan-tahapan yang harus sudah selesai. Jadi, untuk membalikan kembali itu agak sulit. Mungkin ada pandangan lain dari Pak Felix untuk itu?
Jawaban: Saya rasa memang kalau design and build itu relatif tidak ada konflik karena kontraktor yang mendesain dan kontraktor itupun yang membangun. Prakualifikasi itu kita harus melihat case by case, kita harus melihat mungkin dari owner itu memberikan tender, tender itu biasanya terkadang ada beberapa spesifikasi yang memang sudah ditentukan dari owner, ada beberapa juga yang memang betul betul kosong semua. Terkait penggunaan BIM, baik itu tender yang sudah ada spesifikasi dari owner maupun yang belum itu saya rasa Justru itu menjadi salah satu strategi dari kontraktor atau peserta tender. Salah satu strategi yang harus dilakukan itu memodelkan BIM melebihi dari ekspektasi yang sudah disyaratkan atau dapat juga tentunya ada cost yang lebih tinggi. Adapun yang mungkin berstrategi bahwa kita hanya mengikuti persyaratan dari apa yang disyaratkan saja, saya tidak bisa menjawab seperti apa tetapi balik lagi mungkin strategi masing-masing dari setiap kontraktor, ada kontraktor yang memang justru memberikan permodelan BIM itu yang melebihi dari yang disyaratkan tetapi kalau misalnya ada pandangan yang berbeda, yang hanya membuat sesuai persyaratan saja spesifikasinya, itu strategi masing-masing dari kontraktor, saya tidak bisa memberikan jawaban yang pasti seperti apa.
Untuk pra design itu memang secara peraturan pemerintah itu belum dituangkan secara eksplisit, jadi secara peraturan pemerintah, peraturan terupdate ini dia hanya mengatur Padat Karya tidak mewajibkan BIM, ada teknologi wajib menggunakan BIM ke 5, dan padat modal sampai dimensi ke-8. Berbicara mengenai pra construction, jadi kita perlu mengkategorikan dahulu project-nya, apakah itu padat karya, padat teknologi atau padat modal. Kalau misalnya pada teknologi otomatis kita harus menyediakan sampai BIM dimensi ke-5, tetapi untuk padat modal kita harus memberikan itu sampai dimensi ke-8.
Dan salah satu tips untuk para peserta tender, misalnya padat modal, kita masuk ke dimensi ke-8 otomatis di web 3,4,5 sampai 8 dimensi itu harus ada dalam persyaratan dan pastikan software tersebut itu paling terintegrasi antara satu dengan yang lain. Karena ketika sudah terintegrasi misalnya ketika banyak stakeholder yang terlibat, baik itu owner, pengawas, sampai apapun ingin mengakses, biasanya kalau yang sudah terintegrasi itu dapat diakses oleh siapapun. Tetapi ada beberapa, mungkin software atau developer yang filenya itu belum terintegrasi dengan baik, itu justru terkadang tidak dapat diakses oleh stakeholder lainnya, jadi ada beberapa jadi ada beberapa case yang memang kita perlu mensiasatinya atau berstrateginya bahwa pemilihan dari file yang di ikutkan dalam tender itu harus dapat terintegrasi sehingga dapat diakses oleh seluruh stakeholder yang terlibat. Jadi pertama kita perlu melihat dulu jenis proyeknya kemudian pastikan bahwa setiap software atau pengajuan tender yang diajukan itu dapat terintegrasi antara satu dengan yang lain sehingga dapat diakses oleh masing-masing stakeholder.
3. Pertanyaan dari Bapak Komron Budur
Kami sebagai orang ingin memulai laksanakan BIM ini, namun terkadang kebingungan apa software yang harus kami miliki dan dikuasai. Apakah software-software yang saya baca seperti Revit, Tecla apakah itu juga sudah mengcover semua sampai 8 dimensi tadi atau bagaimana? Apakah software-software itu sudah otomatis bisa berkaitan?
Jawaban: Kalau saat ini kalau kita mencari software yang all-in-one itu belum ada, software yang bisa mencakup seluruh dari 3,4,5 sampai 8 itu belum ada. Dan masing-masing developer atau masing-masing software itu memiliki keunggulannya tersendiri. Bentley, Autodesk memiliki keunggulan masing-masing. Tetapi kalau boleh saya menyarankan mungkin bisa dilihat dari dimensi terendah dulu, ada pengalaman saya menggunakan Revit, jadi memang kalau Revit itu kalau saya bilang memang bagus untuk 3D, tetapi setelah saya explore ternyata Revit Bisa menghitung sampai cost estimation, bisa sampai menghitung volumenya sekian, biayanya sekian, tetapi memang tidak se-advance atau tidak setingkat dengan software software yang khusus untuk perhitungan volume dan biaya. Jadi saya rasa untuk awal Pak Komron mungkin bisa mempertimbangkan dari dimensi yang terendah dulu, salah satu contohnya saya menggunakan Revit. Apa beberapa hal yang saya rasa menjadi nilai plus dan minus karena sebagai owner, apalagi kalau project yang besar sampai mewajibkan 8 dimensi, idealnya harus memiliki software 3 sampai 8 dimensi. Tetapi kita berbicara kenyataan bahwa biaya itu tidak murah, dan saya rasa bisa mencoba dari beberapa software, Revit 3D ternyata bisa mengcover ke 5D walaupun hasilnya tidak seakurat software software yang khusus untuk di 5D. Tetapi ada beberapa software yang memang bisa memiliki fitur sampai ke dimensi tetangganya, dimulai dari dimensi yang rendah dulu, 3D dulu, ketika sudah punya baru bisa Explore ke dimensi berikutnya lagi. Pengalaman saya yang sudah menggunakan beberapa software, belum ada yang bisa mengakomodir seluruhnya. Dan terkadang ada clash misalnya saya memiliki gambar struktur di Etabs atau SAP kemudian saya mau memasukkan pemodelan tersebut ke Revit, Ketika saya mau memasukkan gambar tersebut bisa masuk. Misalnya saya memodelkan permodelan 5 lantai struktur beton, di Revit muncul juga pembangunan struktur itu 5 lantai tetapi ada beberapa sambungan misalnya balok dan kolom itu ada yang tidak smooth. Jadi sampai saat ini saya masih belum menemukan software yang bisa memanage keseluruhannya. Contohnya Tekla, memang lebih difokuskan kepada struktur, ada beberapa software yang memang bisa menganalisis sampai ke volume dari strukturnya itu sendiri juga, tetapi ada case yang tidak bisa, seperti gambar plumbing, gambar arsitektur mau dimasukkan ke Etabs atau SAP itu ada keterbatasan.
4. Pertanyaan dari Bapak Simsom Nicholas
Yang menjadi masalah perencana tidak membagi gambar Revit ke Sub cont, terkadang main cont pun belum tentu semua bisa mengoperasikan Revit BIM.
Jawaban: Di sini peran owner yang dibutuhkan, saya kurang jelas apakah ini proyek dari pemerintah atau swasta, tapi kalau sudah menggunakan BIM biasanya memerlukan BIM HUB, tetapi ini memang kebijakannya harus diambil dari ownernya, ketika pemilik proyek sudah menginstruksikan bahwa itu harus ada di BIM HUB setiap stakeholder itu harusnya bisa mengakses secara bebas. Maksudnya mengakses dengan batasan tanpa dapat mengedit. Mungkin ini proyek swasta yang tidak mewajibkan BIM, bagi perencana mungkin itu lain cerita, tetapi kalau casenya untuk proyek pemerintah seharusnya semuanya bisa diakses.
Profil InstrukturAndre Feliks Setiawan, S.T., M.Sc
Dosen Manajemen dan Rekayasa Konstruksi Universitas Agung Podomoro
Deskripsi Pemateri:
Pendidikan
National Cheng Kung University, Taiwan 2012 - 2014, Structural Engineering
Maranatha Christian University, Bandung, 2008 - 2012, Civil Engineering
Pekerjaan
Podomoro University – Assistant Professor, 2017 - present, Jakarta, Indonesia
Yuo-Pin Construction Co., Ltd. – Assistant Site Manager, 2016 - 2017, Taipei, Taiwan
Raito Engineering Co., Ltd. – Site Engineer, 2014 - 2016, Taipei, Taiwan
PROJECT
Asahimas Chemical (ASC) 2 x 151.5 mw 500 T/H CFB Power Plant, 2016 - 2018
Taiwan Provincial Highway No.9 Widening and Improvement Project, 2014 - 2016
ORGANIZATIONS
Japan Society of Civil Engineers (JSCE), 2020 - present