1. Pertanyaan dari Bapak Fazri Mauludin
Kita sudah punya konten usaha, didapat dari hasil riset berdasarkan segmentasi pasar termasuk harga, setelah berjualan ternyata pendapatan yang kita peroleh untungnya kecil, sangat kecil bahkan hampir mendekati BP. Misal biaya variabel plus tetapnya 100 ribu, pendapatan 110 ribu, kalau kita bandingkan dengan tenaga, sumber daya, dsb tidak sebanding. Bagaimana kita merancang ulang konten produk kita agar kita tetap terjaga kepuasan pelanggan namun untung yang kita dapatkan sepadan dengan sumber daya?
Jawaban: Pertama harus tahu dulu posisi produk kita ini sudah sampai di level mana, apakah kita baru di level perkenalan atau kita sudah di level maturity atau di level decline, kalau dia masih baru perkenalan produk baru, merk kita juga belum dikenal orang, itu hati-hati belum tentu untung malah bisa buntung, karena habis modal kita untuk memperkenalkan produk dulu bahkan awal kita hanya memberikan secara gratis, cuma-cuma kepada orang agar orang mengetes dulu produk kita benar-benar bagus atau tidak. Jadi, biasanya kalau memang permulaan kita akan tekan keuntungan sekecil mungkin, ketika dia sudah mulai menanjak, sudah mulai dikenal orang, sudah mulai banyak yang minta, kita sudah bisa pelan-pelan menyesuaikan harga kembali, kalau sudah dipuncak nanti baru kita punya cara supaya menekan biaya produksi dengan harga yang tetap stabil, jadi lihat dahulu posisi produk yang kita tawarkan ini sudah diposisi mana. Jadi, selama dia masih ada keuntungan sebetulnya tidak masalah walaupun hanya 10% pun, yang penting kalau kondisi terutama pandemi ini jaga supaya cash flow tetap masuk, kalau tidak ada sama sekali itu baru kita khawatir, selama dia masih ada tidak masalah.
2. Pertanyaan dari (Tanpa Nama)
Membuat bisnis plan itu mulainya dari mana?
Jawaban: Memulai rencana dengan membuat fondasi yang kuat, punya visi misi yang jelas, tahu target pasar kita, modalnya berapa, uji kelayakan, baru kita buat perencanaan bisnisnya, setelah melakukan perencanaan bisnis baru kita buat marketting plannya kemudian kita realisasikan bangunlah bisnis kita, itu secara garis besarnya.
3. Pertanyaan dari Bapak Abu Khafidi Rohman
Tujuan bisnis saya untuk persiapan hidup di masa tua, sekarang saya sedang iseng-iseng berternak lebah kelulut skala kecil dirumah, dengan 8 log koloni sudah berjalan 2 bulan dengan hasil 3 \(^1/_2\) liter, saya kemas dengan botol 250 ml, untuk bulan ini belum panen, rencana akhir bulan september 2020. Pemasaran saat ini tetangga, kerabat kerja, kerabat kenal yang lainnya, izin bertanya:
1) Membuat produk turunan madu seperti propolis, tapi masih belum berani karena alatnya lumayan mahal, mohon masukannya apakah ada ide inovasi dan kreatifitas lainnya untuk produk turunan?
2) Peningkatan pemasaran dan trik hasil omset produksi madu untuk skala besar?
Jawaban:
1) Yang namanya wirausaha juga kita tidak bisa bekerja sendiri, begitu juga dengan suatu organisasi, tidak mungkin semua itu kita yang sediakan sendiri, kita yang sediakan bahan bakunya, teknologinya, kita juga yang langsung memasarkan, kita butuh tangan-tangan orang lain. Ketika kita sudah tahu bahwa investasi alatnya itu begitu mahal dan kita tidak menyanggupinya, kenapa kita tidak buat kerjasama dengan orang lain yang memang memiliki teknologi tersebut, jadi buat semacam kemitraan, baru nanti kita membuat bagaimana caranya supaya bisa dihasilkan produk yang kita inginkan, kalau sudah begitu kita tidak terbebani dengan harus investasi dengan teknologi yang mahal. Kemudian bisa juga dengan jalan kita sebagai suppliernya saja, nanti yang mengolah orang lain, itu tidak masalah, sebagai misalnya pijakan dulu sebelum kita nanti mendapatkan modal untuk berinvestasi dengan teknologi yang lebih canggih.
2) Dan untuk pemasarannya, saya rasa pasar madu ini lagi besar karena sekarang kembali ke herbal, kembali ke madu untuk mempertahankan imun mereka, jadi jangan khawatir, karena memang banyak khasiatnya untuk kesehatan. Jadi, pemasarannya nanti bisa mungkin kerjasama dengan lembaga kesehatan atau dengan orang lain yang bisa membuat kemasan yang lebih baik sehingga lebih menarik, bisa jadi madu yang kita punya saat ini memang hanya dalam bentuk botolan biasa yang mirip seperti botol sirup tanpa logo, itu nanti akan memperngaruhi orang, orang akan bertanya-tanya apakah barangnya higienis, amankah, itu yang akan menjadi pertanyaan oleh customer. Jadi, tetap kita harus perhatikan bagaimana kita mau mempackage barang kita dengan baik lalu buat kerjasama dengan orang lain karena yang namanya marketing, kita butuh networking yang luas jangan hanya kita sendiri yang door to door menawarkan ke customer, itu akan sulit untuk mengembangkan usaha.
Profil InstrukturDr. Arina Luthfini Lubis, S.T., MBA, IPM
Dosen Teknik Industri Universitas Ibnu Sina
Deskripsi Pemateri:
Pendidikan
S1, Teknik Industri Universitas Trisakti
S2, Manajemen, Universitas Gadjah mada
S3, Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Universitas Negeri Padang