1. Pertanyaan dari Bapak Muhammad Thaib Hasan
Apakah ada hubungannya Audit Mutu, Raw Material Product, Audit HSE, Persiapan SDM, Maintenance atau Kalibrasi Peralatan, dan ISO dengan Ilusi 4.0?
Jawaban: Kalau menurut saya itu ketelitian dan keakurasian, akurat dan juga kepresisian khususnya pada proses produksinya di industri 4.0 itu akan semakin tinggi keakurasiannya, karena peralatan teknologi yang diperlukan juga semakin canggih. Diperlukan dukungan mutu terutama untuk yang sifatnya elektronika seperti sensor, bagian dari robotika itu membutuhkan keandalan dari komponen-komponennya, kira untuk audit mutu juga perlu ditingkatkan. HSE ini sepanjang manusia ada itu diperlukan, apapun keadaannya, sampai industri berapa pun sepanjang manusianya ada itu pasti akan diperhatikan, karena HSE ini tujuannya manusia, selama manusia memang berperan dan juga pengaruh kepada manusia itu dari lingkungannya saya kira harus tetap ada. Terkait isu industri 4.0 apakah manusia akan digantikan oleh robot, saya kira tidak tergantikan, saya yakin manusia tetap ada hanya perannya bergeser. Tadinya di soft floor itu banyak digunakan oleh manusia, sekarang manusianya bergeser ke tingkat yang lebih ke atas artinya skala konseptual. Yang beroperasi mungkin mesin atau automatic yang lain, seperti robot dan sebagainya. Manusia sebagai tatanan pengendaliannya, jadi akan berkurang secara fisik di lantai produksinya tetapi secara konseptual akan bertambah. Terkait persiapan SDM adalah keterampilan atau kemampuan untuk bisa berpikir secara konseptual, saya pikir itu sangat perlu. Kemampuan yang diperlukan pada era sekarang ini, ada problem solving, kemampuan untuk bisa bekerja sama.
Suatu standar itu pasti mengikuti perkembangan, seperti ISO. Permasalahannya adalah apakah dia akan Intens pada semua aspek yang akan diaudit itu perlu didalami lagi, tapi pasti akan mengikuti perkembangan itu. Kalau dia tetap dengan cara dia, tapi maintenance kalibrasi itu dengan cara yang berbeda yang tidak sesuai dengan objek nya, tentu tidak akan nyambung. Maintenance kalibrasi apalagi kalau dengan peralatan yang masih menggunakan pengukuran, saya kira masih tetap diperlukann. Maka dari itu manusia sebagai kontroler nya, sebagai pengendali untuk peralatan ini, bukan pekerjaannya namun pengendalinya masih di manusia, minimal sebagai pemeriksa. Sepintar-pintarnya peralatan termasuk dalam platform teknologi industri 4.0 tetap saja itu adalah benda mati, meskipun sudah AI atau fisik intelegent nya semakin pintar tetap saja tidak bisa seperti manusia, pasti ada keterbatasan. Manusia sebagai konseptual dan pengendalian kita harus ada.
2. Pertanyaan dari Bapak Nur Santoso
Bagaimana strategi terkait kompetensi dan cara belajar manpower pada proses struktur sistem manufaktur industri 4.0?
Jawaban: Kemampuan konseptual itu semakin diperlukan nanti, kemampuan mengendalikan itu semakin jelas dan semakin akan tajam ke arah sana.
3. Pertanyaan dari Bapak Widodo Dumadi
Apakah industri 4.0 itu menjadi branding saja?
Jawaban: Kalau mau dinamakan branding itu bisa saja, karena itu adalah penamaan moment sejarah pada perkembangan suatu industri. Sama seperti misalkan moment dari Perang Dunia 1, Perang Dunia 2, boleh saja mengatakan perang dunia tapi apakah benar dunia, padahal sebenarnya tidak semua negara terlibat. Dikatakan perang dunia karena impact nya terhadap beberapa negara itu banyak sekali, setidaknya tidak hanya dua negara yang berperang tetapi beberapa negara ikut tetapi tidak semua. Itu juga bisa menjadi perdebatan, subjektif juga, apakah perang dunia benar-benar bisa disebut perang dunia, parameternya apa. Ini hanya untuk menentukan bahwa ada momen yang membuat sesuatu itu berbeda dengan sebelumnya, karena tidak ada tegas sekali Siapa yang berhak untuk menamakan itu, bisa saja Besok pagi sudah muncul industri 6.0 itu bisa terjadi, memang sangat subjektif untuk penamaan seperti itu. Itu belum ada kejelasan yang clear mengenai siapa yang berhak untuk menamakan itu dan apa parameternya. Jika secara akademis terutama lingkungan perguruan tinggi itu bisa menerima dan juga di kalangan pragmatis atau profesi juga bisa diterima baru itu muncul kesepakatan bahwa sudah ada suatu perubahan tertentu yang bisa diterima untuk hampir semua orang.
Profil InstrukturIr. B. Laksito Purnomo, S.T., M.Sc, IPM, ASEAN Eng, CSCA, CSCM
Dosen Teknik Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Deskripsi Pemateri:
Pendidikan
• Sarjana Teknik Industri– S.T. ITB (1998)
• Master Manufacturing Management – M.Sc. University of Bradford, England, UK (2014)
• Insinyur – PSPPI ITB (2021)
Pekerjaan
Staf Pengajar, Departemen Teknik Industri, Universitas Atma Jaya Yogyakarta (2000 s.d. skrg)
Sertfikasi
• IPM dan Asean Eng. [PII]
• Certified Supply Chain Analyst [CSCA] – ISCEA
• Certified Supply Chain Manager CSCM – ISCEA
Organisasi:
• Institute of Industrial and System Engineering [IISE]
• Persatuan Insinyur Indonesia [PII]
• Perhimpunan Ergonomi Indonesia [PEI]
Pengalaman Proyek
• Pengadaan Barang & Jasa Pemerintah for Any Indonesian Local Government Agencies
• Owner Estimate/HPS for Petrokimia Company, PJB Rembang
• Purchasing-Procurement Management for Bank Rakyat Indonesia, Panti Nugroho Hospital Yogyakarta
• Suply Chain Management for PT Pupuk Sriwijaya Company, PBJ Muara Karang
Dll.