1. Pertanyaan dari Bapak Teguh
Bagaimana merancang Data Antropometri untuk merancang tangga dan anak tangga pada bangunan rumah sakit?
Jawaban: Jadi untuk orang normal, dalam kelompok usia dewasa antara 20 -40 tahun kalau dari tinjauan dan pendekatan ergonomi tinggi anak tangganya itu sekitar 15 - 20 cm. Tapi berbeda dengan halnya orang tua kita yang sudah lanjut usia itu berbeda desain tangganya, tidak bisa sesuai dengan standar normal seperti tadi 15 - 20 cm, itu terlalu tinggi untuk orang yang sudah lanjut usia, sehingga faktor tersebut menjadi pertimbangan ketika kita akan melakukan sebuah pengukuran antropometri. Maka tinggi anak tangga untuk orang yang sudah lanjut usia kita buat sedikit lebih rendah yaitu sekitar 7 -10 cm, karena apabila kita memakai tinggi 15 - 20 cm justru akan membahayakan orang tua kita yang sudah lanjut usia, karena kondisi dan kebugarannya sudah menurun, melangkahnya pun tidak bisa cepat, juga tidak bisa jauh tetapi harus pelan-pelan. Nah itu dari tinjauan ergonomi dan antropometri kita harus merubah dan memodifikasi tinggi anak tangganya, berarti nilai rata-rata standarnya harus kita kurangi. Kemampuan untuk mengangkat dan untuk melangkah usia kelompok dewasa yang masih produktif dengan yang sudah manula atau lanjut usia itu berbeda.
Perlu juga menambahkan hand rel atau pegangan tangan, karena dalam semua penggunaan tangga pun akan menjadi penting, itu sebagai salah satu alat pengaman kita
2. Pertanyaan dari Ibu Desi
Mengenai Ergonomi, kadang-kadang kalau kita sudah tahu Data Antropometri kemudian Apply ke Desain, misal seperti yang Bapak jelaskan tadi ada yang 90 ada juga yang 50. Jadi, dalam satu Desain beda-beda. Kuncinya bagaimana agar bisa menentukan nilai, misal 5% atau 50 untuk sebuah Ukuran Desain?
Jawaban: Jadi terkait dengan persentil itu ada dua dimensi kalau dikelompokkan, ada dimensi panjang atau dimensi jangkauan dan ada juga dimensi ruang. Dimensi panjang itu contohnya atau konsepnya seperti ini, dimensi panjang disarankan menggunakan persentil yang kecil, karena dimensi panjang itu contohnya jangkauan bagaimana kita meraih juga bagaimana kita menggapai suatu objek yang paling kecil harus bisa menjangkau. Contoh misalnya kursi, ada tinggi kursi, ada lebar pohon, ada panjang kursi. Untuk yang kursi tinggi itu disarankan menggunakan persentil yang kecil, agar orang pendek posisi kakinya tetap bisa menapak duduk sempurna di lantai dan tidak menggantung posisi kakinya tetapi orang yang tinggi pun tetap bisa duduk juga, tetapi berbeda jika tinggi kursinya menggunakan persentil yang besar, yang pendek itu kakinya menggantung tetapi berbeda kalau lebar kursi, disarankan menggunakan persentil besar. Harapannya orang yang gemuk tetap bisa duduk dalam dimensi lebarnya, lebar kursinya tetapi yang lebar badannya kecil pun bisa tetap duduk juga, berbeda kalau lebar kursi kita pakai persentil kecil, yang gemuk tidak akan bisa duduk.
3. Pertanyaan dari Ibu Desi
Kalau misal kasusnya itu UMKM, berarti kan orangnya terbatas. Merancang alat itu bagusnya kita pakai dimensi orang di sana atau kita boleh pakai dimensi dari PEI dari data sekunder? Biasanya bagaimana, Pak?
Jawaban: Kalau saya kondisi idealnya itu satu operator menyumbangkan satu data antropometri, tapi terkadang memang betul operator atau pekerja disana hanya ada 5 misalnya dan apakah boleh menggunakan bank data atau database yang ada di antropometri Indonesia. Kalau saya pribadi bank data itu kita jadikan alternatif terakhir jika kita tidak bisa mendapatkan data dalam jumlah yang cukup, sebenarnya misal taruhlah Ada 5 operator di UKM itu kita ambil semua dari 5 operator tadi. Dari 5 operator tadi kita bisa mengidentifikasi usianya mereka ada di rentang berapa, kemudian dari suku mana, dan jenis kelaminnya minimal dari 3 data demografi itu kita bisa menambahkan operator yang lain atau responden yang lain walaupun operator tetapi dengan dasar jenis kelamin yang sama, rentang usia yang sama kemudian dengan suku yang sama. Kecuali kalau sudah tidak bisa lagi, misalnya responden kita sangat khusus sekali contohnya atlet basket yang tingginya di atas rata-rata 190 cm, jikalau begitu kita harus menggunakan bank data yang ada ada yang tersimpan tadi kemudian kita bisa mengukur data real, itu nanti diutamakan.
Profil InstrukturAgung Kristanto ST., MT., Ph.D.
Dosen Teknik Industri Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Deskripsi Pemateri:
Pendidikan:
Sarjana, TEKNIK MESIN, Universitas Gadjah Mada, 2001
Magister, TEKNIK MESIN, Universitas Gadjah Mada, 2005
Doktor, Teknik Industri, Khon Kaen University Thailand, 2020
Publikasi
Biomechanical Evaluation of Body Posture of Workers During the Wax Removing Process on Batik Sandals: A Case Study
Effects of corrective insole on leg muscle activation and lower extremity alignment in rice farmers with pronated foot: a preliminary report
Design of ergonomic work facilities on assembly station of mozaic stone for increasing work productivity
Adaptable ergonomic interventions for patients with cerebral palsy to rice farmers activities: reviews and recommendations
FABRICATION AND THERMO-MECHANICAL CHARACTERISTICS OF PHBV/LATEX/VEGETABLE OIL COMPOSITES-MODIFYING ON BIOCOMPOSITES
Redesign of Squared-Profile Wood Sanding Machine for Work-Position and Productivity Improvement (Case study on Abu Production Handycraft, Pleret, Bantul, Yogyakarta)
Perancangan Alat Pembuat Tepung Cassava yang Ergonomis Menggunakan Pendekatan Antropometri (Studi Kasus di Dusun Pendowo, Jepitu, Girisubo, Gunungkidul, Yogyakarta)
DESIGN OF PRESSING TOOL FOR REMOVING WAX IN BATIK SANDALS USING RULA METHOD ON CATIA V5R20 TO INCREASE PRODUCTIVITY
Development of Assistive Technology for Agricultural Workers Based on Congenital Disabilities Orthotic Devices
PERANCANGAN SISTEM KERJA PADA PROSES PENGEMASAN EMPING MELINJO DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI
Perancangan Meja dan Kursi Kerja yang Ergonomis Pada Stasiun Kerja Pemotongan Sebagai Upaya Peningkatan Produktivitas
PERANCANGAN ULANG ALAT PERONTOK PADI YANG ERGONOMIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS KEBERSIHAN PADI
Improvement of Working Position on Frying Pan Lathing Process Using The Ergonomics Approach (A Case Study at WL Alumunium Metal Casting Yogyakarta)