1. Pertanyaan dari Bapak Boni Laksito
1) Untuk bidang pekerjaan teknik industri, apakah harus menguasai atau mampu membuat Jurnal dan T-Account terkait dengan Cost Accounting ini?
2) Bisa diberikan secara praktis dasar penentuan tarif overhead?
Jawaban: Tidak perlu, karena sekarang cost accounting sudah menggunakan accounting system. Jadi yang bekerja di perusahaan manufaktur itu belajarnya accounting system biasanya sudah di set up. Tetapi kalau mengetahui konsep jurnal entry T-account ini akan membantu. Jadi saya kebetulan juga bicara dengan anak saya, dia dari mechanical engineering, bertanya kepada saya kalau saya engineering apa yang harus saya pelajari? Kalau untuk dari sekian banyak akuntansi, belajar cost accounting atau akuntansi manajerial, yang berkaitan dengan produksi aktivitas di pabrik. Kalau untuk jadi Advisor dan consultant itu perlu belajar yang namanya financial accounting, karena akan belajar akuisisi, manager akuisisi, penilaian saham, obligasi, dll.
Zaman sekarang kita sudah berkaitan dengan accounting system disarankan mereka belajar bagaimana accounting system, karena flownya sudah di simplified, jadi semua sudah di backbone dari accounting system itu. Jadi operator kalau masukin data tertentu dia akan ada kalkulasi di belakang, jadi tidak perlu pak. Bisa diberikan cara praktis dasar penentuan tarif overhead.
Jadi kalau misalnya kita mau alokasikan biaya komputer di kantor pusat, ada beberapa departemen seperti keuangan, HR, IT, produksi, marketing. Bagaimana kita mengalokasi biaya komputer ini di departemen komputer ke departemen yang lain. Kita bisa alokasi cost tersebut keseluruh departemen yang ada di company, berdasarkan key driver-nya itu jumlah komputer di departemen tersebut.
2. Pertanyaan dari Bapak Arjuna Sriwijaya
1) Apakah Job Order Cost System dapat dianalogikan sama seperti Project Cost System? Project maksudnya, misalnya EPC Project.
2) Di slide No. 25, saya lihat direct labor cost masuk ke prime cost dan juga conversion cost. Apakah dalam cost report juga akan masuk ke kedua kategori itu?
Jawaban:
1) Ya. Jadi kalau untuk Project misalnya di EPC Project IKPT dapat project di Caltex, Total, masing-masing Project di pull costnya disitu nanti costing nya dari situ. Tapi di laporan keuangan IKPT, masing-masing job di Total, Caltex, ditotal di laporan keuangan secara keseluruhan, Job Order itu seperti Project Cost System di pull di 1 cost.
2) Tidak, ini hanya untuk analisa secara individu. Karena at the end of the day, baik labor cost atau direct material akan masuk ke cost of goods manufactured. Namun kalau dalam pembahasan, kita ingin melihat prime cost nya, kalau kita mau ada penyederhanaan atau pengurangan prime cost kita bisa lihat labor cost dan direct material.
Kalau cost report kita formatnya berbeda, ini hanya untuk kepentingan satu analisa, dan itu kembali tergantung ke perusahaan apakah akan ada analisa seperti itu atau tidak.
3. Pertanyaan dari Bapak Romauli Marbun
Terkait laporan di production cost yang dibutuhkan manajemen, bagaimana membuat laporan per departemennya? Apakah ada mekanisme-mekanisme yang perlu diperhatikan sehingga laporannya itu aktual dan dapat dipertanggungjawabkan, terutama terkait apabila ada waste dan transfer antar departemen yang kenyataannya sering menimbulkan dispute?
Jawaban: Biasanya kalau di departemen itu kita ada yang namanya ke cost center. Nanti setiap departemen dibuat cost center, nanti masing-masing cost center ada yang namanya cost classification, jadi cost-cost untuk Departemen tersebut itu berdasarkan cost yang berkaitan dengan departemen tersebut. Ini sebenarnya bisa di set up di accounting sistemnya.
Pastinya waste itu akan menimbulkan dispute. Tetapi kalau di sistem itu ketahuan, moving dari 1 departemen ke departemen lainnya terlihat. Kalau target produksi 100 yang dihasilkan hanya 90, departemen yang terakhir mengerjakan, terjadinya pengurangan 100 menjadi 90 itulah yang bertanggung jawab. Nanti ada lagi bagaimana record wastenya, record wastenya akan ada di departemen yang bersangkutan. Tergantung set up diperusahaan dan set up di accounting system.
4. Pertanyaan dari Bapak Ikmal Malik Adytia
Bagaimana cara mengefisiensi semua akuntansi manufaktur ini supaya lebih mudah dipresentasikan dan dijelaskan?
Jawaban: Kita menggunakan accounting system yang akan memudahkan pelaporan sesuai dengan keinginan manajemen. Atau hire konsultan untuk melakukan itu semua. Kebetulan saya juga menggunakan akuntansi pabrikan di kantor, itu sudah di set up, walaupun saya tidak terlibat dioperasi sehari-hari, Tetapi kalau saya ingin mengetahui costing di suatu departemen saya bisa ngerun report itu, jadi di situ ketahuan bahan-bahan yang masuk, Berapa lama pengerjaan, berapa cost di departemen tersebut. Jadi kalau management mau melihat, lihat real down ke masing-masing cost center di departemen atau sub proses reproduksi, dan itu perlu waktu yang lama untuk membuat set up karena at the end of the day setiap set up orang yang accountable. Yang paling kasihan production manager karena di bawahnya ada 10 unit dan semuanya bertanggung jawab ke dia, sedangkan di masing-masing unit ada kepala unit dimana hanya bertanggung jawab cost proses produksi unit di unit itu. Tetapi at the end of the day seluruh cost di seluruh unit itu ada ditangan production manager, kalau direktur ingin bertanya kepada production manager, production manager accountable untuk seluruh unit tadi.
5. Pertanyaan dari Bapak Hady Marzuki
1) Bagaimana model costing yang cocok untuk industri 4.0?
2) Cara mempresentasikan over atau under state cost menjadi Factory Effieciency Report?
Jawaban:
1) Kalau menurut saya, sekarang semakin computerize, costing untuk to the level, the very detail of level tidak akan menjadi masalah. Activity based costing itu sangat relevan karena kita bicaranya semuanya sudah sistem komputerisasi, datanya Link, connected, tidak ada kesulitan lagi.
2) Kalau dari sisi engineering nya saya agak lupa karena sudah lama tidak kuliah. Namun kalau dari sisi akuntansi, ada yang namanya budget, budget itu ada yang namanya controllable cost artinya bisa di cost, direct labor menjadi direct robot. Kalau untuk merepresentasikan over atau under stateed cost menjadi factory efficiency report, kita di dalam budgeting kalau di production departement ada yang kita alokasikan, controllable cost dan uncontrollable cost. Jadi untuk laporan keuangan masing-masing yang bisa dikontrol dia bertanggung jawab untuk itu. Kalau cost alokasi, departemen saya misalnya internal audit, saya mendapat kos alokasi dari departemen IT, saya tidak bisa mengontrol cost itu, yang saya bisa control jumlah laptop di departemen saya, saya tidak accountable. Tetapi kalau di bagian produksi, makin banyak laptop equipment di bagian produksi, dia akan mendapat alokasi cost yang besar, tetapi untuk keadilan semua orang, accountability itu hanya untuk yang bisa dikontrol.
6. Pertanyaan dari Bapak Arjuna Sriwijaya
Untuk plant yang sedang mengalami revamping project atau retrofit project, apakah order cost untuk revamping project tersebut harus di-update ke proses operation cost yang sedang berjalan ataukah harus menunggu sampai revamping atau retrofit selesai dilakukan, minimal sampai tahap commissioning?
Jawaban: Kalau kita ngevamping suatu proses produksi, memang kita perlu suatu cost tools untuk cost tersebut. Treatment cost ada 2, kalau itu tadi masuk treatment-nya lebih banyak ke Jasa konsultasi, jasa setting, jasa tuning, itu bisa langsung dianggap sebagai period cost untuk periode yang bersangkutan. Tetapi biasanya kalau retrofit project itu input ada equipment baru, set up baru, setting baru, line baru. Maka biaya tersebut, kalau menurut standar akuntansi harus dikapitalisasi semuanya, Jadi seluruh biaya retrofit project tersebut akan dikapitalisasi. Nanti capitalization costnya itu masuk ke dalam fixed asset, pengakuan costnya nanti pada saat fixed asset tersebut didepresiasi, ada depreciation cost setiap bulan. Contohnya kalau untuk simple maintenance masuk ke daily cost atau period cost, Tetapi kalau untuk yang berkaitan dengan installment equipmentt yang baru nanti ada pertanyaannya, apakah menambah jumlah produksi Line tersebut, apakah menambah umur produksi lean tersebut. Katakanlah setelah 20 tahun sudah mulai rusak rusak kita retrofit, bisa perpanjang lagi 10 tahun umurnya. Kalau memenuhi kriteria itu maka seluruh biaya retrofit tadi harus dikapitalisasi, karena memperpanjang umur, disusutkan, didepresiasikan sesuai dengan umur tersebut, kalau tidak menambah umur terkait menambah jumlah produksi, kita akan tetap disusutkan berdasarkan umur yang estimasi dari equipment tersebut. Saya lebih prefer, kalau untuk retrofit project ini costnya di tune kemudian dikapitalisasikan lalu didepresiasikan.
Profil InstrukturNino F. Kusmedi, SE, Ak., MMSI, CPA, CIA
Head of Internal Audit, ORYX GTL - Qatar
Deskripsi Pemateri:
Education : SE, Ak, FE Universitas Indonesia
MMSI, Universitas Bina Nusantara
Certification : CPA, CA, CIA, CISA, APM PFQ
Experience :
- Internal Control Manager, Kraft Foods
- Internal Audit Manager, Indocement
- Internal Audit Manager, Al Ghurair
- Head of Internal Audit, ORYX GTL