Kerja Sama dengan BPDPKS, ITB Kembangkan Bensin Sawit (Bensa)

Dipublikasikan oleh Dias Perdana Putra

21 Maret 2024, 18.41

itb.ac.id

ITB bekerja sama dengan BPDPKS telah berhasil menciptakan teknologi dan menguji coba produksi bensin biohidrokarbon dari minyak kelapa sawit. Demonstrasi ini, yang dinamakan Bensa (Bensin Sawit), dilakukan pada 11 Januari 2022 di Workshop PT Pura Engineering, Kudus, Jawa Tengah. Selama demonstrasi, Bensa diuji pada kendaraan roda dua dan roda empat dan terbukti sebagai bahan bakar yang efektif.

Proses ini melibatkan konversi minyak kelapa sawit menjadi bensin melalui suatu perengkahan yang dikembangkan oleh ITB. Proses konversi ini menggunakan katalis berbasis zeolit, juga dikembangkan oleh ITB. Indonesia, sebagai produsen kelapa sawit terbesar di dunia namun juga salah satu importir bahan bakar bensin terbesar, memiliki kepentingan besar dalam mengembangkan teknologi produksi bensin dari kelapa sawit.

Untuk mengakomodasi hal ini, ITB bersama PT Energy Management Indonesia sedang merancang pabrik bensin sawit berkapasitas 50.000 ton/tahun. Pabrik ini bisa dikembangkan secara mandiri di sentra-sentra kelapa sawit di seluruh Indonesia.

Dr. Melia Laniwati Gunawan dari ITB menjelaskan bahwa pemerintah telah mendorong pengolahan minyak kelapa sawit menjadi bahan baku IVO sebelum diekspor, mengingat produksi yang melimpah. Sebuah unit demo dengan skala 6-7 ton per jam telah dibangun di Kabupaten Musi Banyuasin (MUBA), Sumatera Selatan.

Bahan baku IVO digunakan untuk membuat Bensa di unit produksi percontohan. Proses konversi ini memerlukan katalis, sehingga dibutuhkan reaktor untuk memproduksi katalis tersebut. ITB juga telah membuat unit reaktor untuk memproduksi katalis dengan dukungan dana dari BPDPKS.

Bensin yang dihasilkan memiliki nilai Research Octane Number (RON) antara 105-112, yang sangat tinggi. Dr. Melia menjelaskan bahwa bensin ini bisa dicampur dengan nafta dari minyak fosil untuk menghasilkan bensin dengan RON 93. Setelah berhasil dalam demonstrasi dan uji coba, langkah selanjutnya adalah melakukan optimasi kapasitas produksi dan reaktornya, serta merancang detail engineering design (DED) untuk membuat unit produksi dengan skala besar.

Harapannya, unit produksi ini dapat ditempatkan di perkebunan kelapa sawit para petani untuk memenuhi kebutuhan bensin mereka sendiri, mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar, dan memberikan dampak positif terhadap perekonomian. Kerja sama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan institusi terkait, sangat penting dalam pengembangan teknologi ini.

Disadur dari: itb.ac.id