ITS – DUDI Berhasil Ciptakan Drone Logistik Antarpulau

Dipublikasikan oleh Dias Perdana Putra

03 April 2024, 09.10

Model drone untuk pengiriman logistik medis ketika diuji coba pada perhelatan HUT Kabupaten Sumenep ke-752

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) telah menjalin kerja sama yang menghasilkan inovasi yang sangat bermanfaat bagi masyarakat. Salah satu kerja sama yang terbaru adalah antara ITS dengan Beehive Drones dan Tinc (Telkomsel Innovation Center), yang telah berhasil melakukan uji coba operasional pesawat tanpa awak (drone) untuk pengiriman kebutuhan medis antarpulau dan daerah terpencil di Kabupaten Sumenep.

Kerja sama ini lahir dari dua kolaborasi, yaitu antara Beehive Drones dengan Tinc dan Beehive Drones dengan Departemen Teknik Transportasi Laut ITS. Dari kerja sama ini, diajukanlah proposal penelitian yang berjudul "Rancangan Sistem Operasional Pesawat tanpa Awak Antarpulau dan Daerah Terpencil untuk Last-Mile Delivery," yang kemudian mendapatkan persetujuan dalam Program Matching Fund Gelombang IV Tahun 2021 oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kemendikbudristek serta dukungan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep.

Wakil Rektor IV ITS, Bambang Pramujati, menyatakan kebanggaannya karena keberhasilan start-up Beehive Drones, yang merupakan salah satu start-up bidang teknologi transportasi di bawah binaan STP kluster Inovasi Kemaritiman ITS. Hal ini menunjukkan kesuksesan pembinaan start-up untuk menghasilkan produk teknologi baru yang bermanfaat bagi masyarakat.

Chief Executive Officer (CEO) Beehive Drones, Albertus Gian Dessayes, menjelaskan bahwa penggunaan drone adalah solusi praktis untuk permasalahan last-mile delivery dalam distribusi logistik. Dengan solusi ini, distribusi logistik dengan transportasi konvensional dapat lebih terbantu, karena drone menawarkan kecepatan waktu serta kepraktisan sistem distribusi logistik.

Ketua tim peneliti dari ITS, Ir Tri Achmadi, menjelaskan bahwa penggunaan drone ini dapat memperluas layanan transportasi laut beyond port. Drone ini dapat difungsikan untuk tahap ruas pengiriman akhir langsung ke konsumen, atau biasa disebut sebagai last-mile delivery untuk kebutuhan logistik dari kapal yang memiliki kemampuan mengangkut drone.

Tri juga menambahkan bahwa drone logistik medis ini dapat terbang dengan kecepatan 70-100 kilometer per jam dan memiliki jarak terbang sampai 50 kilometer, sambil membawa beban dengan berat maksimum 2 kilogram. Targetnya adalah dapat membawa logistik seberat 10 kilogram dengan lima drone secara bersamaan.

Di akhir, Tri berharap bahwa penggunaan drone ini akan mempercepat penetrasi vaksinasi Covid-19 di Kabupaten Sumenep dan akan terus berusaha untuk mengembangkan teknologi dan sistem yang ada untuk meningkatkan efektivitas dan manfaatnya.

Disadur dari: its.ac.id